WartaPenaNews, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan tidak sebaik tahun lalu. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah suhu perpolitikan yang memanas.
“Kondisi politik yang sangat tidak stabil menjadi salah satu faktor penyebabnya,†ujar ekonom Institute for Development of Economic and Finace (Indef), Nailul Huda, Minggu (26/5).
Menurut Huda, kondisi ekonomi yang kurang baik juga pernah disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang meyebutkan bahwa penerimaan negara sampai April 2019 kurang bagus dibandingkan periode uang sama tahun lalu.
“Sebenarnya pelemahan ekonomi juga diakui oleh pemerintah melalui Menteri Sri Mulyani yang menyebutkan pertumbuhan penerimaan pemerintah sampai April 2019 tidak sebagus pertumbuhan penerimaan pada periode yang sama tahun lalu,†kata Huda.
Ditambah lagi dengan aksi massa pada 22 Mei yang berujung rusuh. Hal tersebut menyebabkan perdagangan menjadi melambat. Apalagi perdagangan via online juga kurang baik karena adanya pembatasan akses di media sosial.
“Yang menjadi menarik adalah harusnya perdagangan via online meningkat menjelang Lebaran namun karena pembatasan sosial media baru-baru ini menyebabkan pedagang online ini susah beraktivitas,†ucap Huda.
“Setelah semua dibuka saya yakin akan kembali normal untuk perdagang online karena memang sedang tumbuh-tumbuhnya,†sambung Huda.
Ekonom Indef lainnya, esther Sri Astuti menambahkan bahwa dampak situasi perpolitikan saat ini di Indonesia berdampak pada pertumbuhan ekonomi tidak menggeliat seperti tahun lalu.
“(Ekonomi) tidak akan sepertI Lebaran tahun lalu, jadi lebih melemah. Dari sisi pertumbuhan ekonomi akan cenderung turun dibandingkan Lebaran tahun kemarin karena tekanan eksternal seperti perang dagang, dan ada kericuhan suhu politik yang overheating,†ujar Sri.
Nah berkaca pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 yang hanya tumbuh 5,07 persen, sementara ditargetkan 5,2 persen. Artinya memang kondisi perekonomian di Lebaran 2019 tidak sebaik tahun lalu.
Sayangnya, kata Sri, sektor industri seperti pertanian, pengolahan, konstruksi dan transportasi tidak mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi sebagaiman target pemerintah 5,2 persen di kuartal pertama 2019.
“Berkaca pada pertumbuhan ekonomi sebelumnya, awal tahun kuartal I pertumbuhan hanya 5,07 persen, sementara target pemerintah 5,3 persen,†tutur Sri.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai pertumbuhan ekonomi sepanjang Januari hingga Maret 2019 itu tidak berbeda jauh dengan angka yang telah diproyeksikan pemerintah.
“Kita perkirakan dari sisi konsumsi (rumah tangga) masih cukup baik di atas 5 persen, dari sisi pemerintah juga cukup baik karena ada akselerasi kemarin. Terutama ke sosial,†kata Sri Mulyani. (*/dbs)