WartaPenaNews, Jakarta – Bumi Nusa Tenggara Timur terkenal akan ragam budayanya yang sangat eksotis. Jika Anda sudah memiliki wastra tenun NTT yang berharga dan paling banyak dicari dunia, sudah menyaksikan keseruan tarian Ja’i. Kini, saatnya untuk memanjakan lidah dengan sajian spesial dari Nusa Tenggara Timur.
Momen istimewa ini dapat dirasakan jika Anda berkunjung ke Kampoeng Tempo Doeloe (7 Agustus – 8 September 2019) di La Piazza Kelapa Gading Jakarta.
Sebuah stand didesain dalam konsep natural. Di dalamnya beragam menu khas Nusa Tenggara Timur disajikan oleh Nyonya rumah Ibu Jeni Bhasarie Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Kupang. Ibu Jeni dan siswa didiknya, mewakili Dekranasda NTT yang mengemban tugas dari Ibu Julie Soetrisno Laiskodat, isteri Gubernur NTT, Bapak Viktor Laiskodat untuk mempromosikan kuliner NTT di Food Festival Kampoeng Tempo Doeloe.
Se’i, Kearifan Lokal NTT Yang Tengah Populer
Se’i atau daging asap  tengah jadi trending topic, berbagai ulasan hingga pelaku kuliner yang menjual Se’i marak di media sosial.  Orang dibuat penasaran akan aroma smokey dan citarasanya yang lezat. Se’i dinilai sebagai kuliner eksotis dari Bumi Timur.
Banyak pelaku kuliner yang menjual dan sebagian meng-up grade menjadi sajian kekinian. Se’i diolah menjadi rice bowl, burger, sandwich atau bento.
Untuk menghasilkan Se’i berkualitas, masyarakat NTT memiliki teknik khusus pengasapan. Kaum ibu akan menumpuk kayu bakar dari pohon kosambi.
Daging sapi yang diasap, diiris tipis memanjang, dibumbui dengan bumbu dan rempah, kemudian dililitkan pada sebatang kayu kosambi bundar.
Se’i sapi, primadona kuliner NTT. Foto: Bud
Agar tidak terkena api, posisi kayu berisi lilitan daging, akan diletakkan lebih tinggi dari tumpukkan kayu. Sebagai flavour, daging akan ditutup menggunakan daun kosambi. Proses pengasapan dilakukan dengan cara memutar-mutar perlahan kayu, agar seluruh permukaan daging matang merata. Pengasapan membutuhkan waktu hingga 9 jam.
Se’i yang telah matang, tekstur dagingnya kenyal lembut, dengan warna merah menggoda.
Bisa dinikmati langsung, atau lebih lezat jika diolah menjadi beragam sajian.
Se’i tersaji spesial dengan Jagung Bose, bubur jagung khas NTT yang dimasak bersama santan, kacang merah, dan kacang tanah. Sebagai pelengkap dan pemberi rasa, disajikan Sambal Lua’t. Sambal cabai rawit dengan irisan buah jeruk limau dan daun jeruk limau.
Citarasa khas Sambal Lua’t, asam pedas, sangat nikmat menyantap Se’i sapi dan Jagung Bose dengan Sambal Lua’t.
Memoles Kuliner NTT Agar Jadi Komoditi Unggulan
Berbagai upaya telah dilakukan Gubernur NTT Bapak Viktor Laiskodat untuk memoles kuliner NTT agar naik kelas, melalui program yang ditindak lanjuti oleh isteri Gubernur, Ibu Julie Soetrisno Laiskodat, seperti meningkatkan nilai jual kuliner NTT agar memiliki standar sebagai komoditi pariwisata.
Meningkatkan aspek kebersihan, pengolahan hingga ke penyajian. Upaya lain yang juga patut diapresiasi dengan memasukkan kuliner NTT sebagai sajian wajib pada industri pariwisata seperti cafe dan restoran.
Melakukan beragam inovasi terhadap pangan lokal agar kian digemari masyarakat luas.
Kuliner juga erat kaitannya dengan kesehatan, lihat upaya dari Bapak Gubernur Viktor Laiskodat yang menghimbau warganya untuk bertanam marungga atau daun kelor.
Daun kelor merupakan salah satu super food Indonesia yang memiliki beragam manfaat khususnya bagi kesehatan diantaranya antioksidan yang cukup tinggi, ampuh menangkal kanker. Selain kandungan zat penting lainnya.
Selain berkhasiat, daun kelor yang dikenal di dunia internasional dengan nama moringa sangat mudah diolah menjadi beragam snack, minuman dan olahan sayur yang nikmat.
Karena dilakukan secara terkonsep kini kuliner NTT khususnya Se’i, Jagung Bose dan Sambal Lua’t telah dikenal dan menjadi bagian dari kuliner lifestyle Nusantara. (Bud)
