WartaPenaNews, Jakarta – Tumpeng merupakan hidangan yang identik dengan hal-hal simbolik.
Kuliner kuno masyarakat Jawa ini lestari hingga sekarang, serta menjadi sajian ikonik dalam berbagai perayaan. Diantaranya Hari Ulang Tahun dan peresmian gedung atau usaha.
16 Varian Tumpeng untuk Manusia dan Mahluk Astral
“Bentuk tumpeng harus bundar kokoh dibagian bawah, kemudian mengerucut hingga ke bagian atas, menyerupai gunung,” kata miss Merr, pebisnis tumpeng online.
Warna kuning menjadi ciri khas nasi tumpeng, tetapi ada juga warna lain seperti biru, dikenal dengan nama tumpeng Kapuranto yang dihadirkan sebagai perlambang permintaan maaf.
Ada pula tumpeng 3 warna terdiri dari 3 lapisan warna putih, kuning, dan putih. Masyarakat Jawa menamakan Tumpeng Kendhit, yang dijadikan perlambang agar dijauhkan dari segala gangguan dan marabahaya, serta pencerahan dan solusi dari kesulitan hidup.
Kombinasi 5 warna dan terlihat menarik dijumpai pada Tumpeng Panca Warna ( Ponco Worno). Tersaji semarak dengan 5 lapisan nasi warna putih, kuning, biru, merah, dan hijau. Pelengkapnya terdiri umbi-umbian muda yang diiris, diantaranya singkong dan ubi jalar, serta bunga setaman.
Tumpeng Ponco Worno dipersembahkan untuk mahluk astral, bertujuan agar hajatan yang diselenggarakan berjalan lancar.
Selain tumpeng, lauk pauk pelengkapnya sarat dengan perlambang simbolis. Lauk-pauk tumpeng harus berjumlah 7 jenis atau ganjil.
7 memiliki arti permohonan dan pertolongan kepada Tuhan agar diberi kelancaran dalam menjalankan pekerjaan. Lauk populer adalah ayam, yang mewakili daratan dan ikan untuk perairan.
Olahan baku berupa Ayam Ingkung atau ayam dimasak opor, menggunakan ayam jantan sebagai perlambang agar terhindar dari sikap angkuh, sombong, pemarah, serta mau mendengar nasehat orang lain.
Ayam Ingkung diartikan sebagai belenggu yang mengikat dan sikap pasrah atas kekuasaan Tuhan.
Pelengkap utama lainnya adalah sayur. Olahan baku dibuat urap atau ghudangan. Irisan berbagai macam sayuran rebus yang dicampur dan diaduk dengan kelapa parut berbumbu.
Sayur yang digunakan dan diolah menjadi urap, harus dipilih dari jenis tertentu karena memiliki perlambang tersendiri, seperti kangkung, bayam, tauge, labu siam, dan kacang panjang. Labu siam atau kluwih, perlambang rezeki berlimpah dan kecerdasan yang tinggi.
Kacang panjang, perlambang panjang umur dan berpikir jauh ke depan.
Sebagai perlambang, kacang panjang harus disajikan utuh, tidak boleh dipotong. Penempatannya dijadikan hiasan di badan tumpeng atau dianyam mengelilingi wadah tumpeng. Kacang panjang untuk campuran urap boleh dipotong-potong.
Keluarga Keraton Yogya memiliki tradisi membuat tumpeng terbanyak dalam berbagai perayaan yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia seperti ketika bayi dalam kandungan, kelahiran, dan perayaan kenaikan tahta.
Sedangkan masyarakat Jawa memiliki 16 varian tumpeng yang tersaji secara simbolik, diperuntukkan untuk konsumsi manusia dan mahluk astral.
Tumpeng Mini, Personal dan Memikat
Di banyak perhelatan, tumpeng seringkali menyisakan nasi yang teksturnya berubah keras dan lauk-pauk yang kurang difavoritkan seperti kering tempe, perkedel dan urap.
Kemudian muncul ide bagaimana tumpeng bisa dinikmati secara personal, serta tidak mubazir.
Para praktisi kuliner mulai membuat tumpeng mini yang disajikan dalam piring makan, lengkap dengan lauk pauk, serta dihias menarik. Tumpeng mini bisa langsung disajikan tanpa merusak keindahan penataannya.
Karena bentuknya menarik, orang mulai beralih dan memesan tumpeng mini. Sebagian pemesan tetap menghadirkan tumpeng besar untuk menjaga kesakralan acara.
Wina Kusnadi, praktisi dan pembuat tumpeng mini yang berdomisili di Depok, mengatakan, “tumpeng mini sudah ada beberapa tahun lalu, namun setahun belakangan, penyajian tumpeng mini paling banyak dicari karena dianggap praktis.
“Biasanya pelanggan memesan untuk hajatan ulang tahun, perayaan naik jabatan dan peresmian gedung atau usaha.
“Uniknya, walau tersaji layaknya tumpeng, untuk sayur dan lauk-pauk pelengkap bisa dipilih dari varian sayur dan lauk khas Nusantara, kata Wina. “Aturannya diambil dari menu yang menyerupai atau mendekati menu aslinya! “Seperti ghudangan atau urap jawa, bisa diganti dengan trancam, urap dari Jawa – Tengah, atau Ulang-ulang, urap khas Maluku.
“Demikian juga dengan varian lauk-pauk seperti ayam, ikan, dan telur. Hasilnya, tumpeng mini kian variatif dan kaya rasa,” ujar Wina.
“Karena mini, ukuran garnis harus diperhatikan agar penampilan tumpeng kian memikat. “Diantaranya, saya membuat garnis dari bahan cabai, wortel, dan lobak berukuran mini yang menyesuaikan dengan penyajian tumpeng, kata Wina, salah satu penulis buku seni membuat tumpeng mini.
“Bagi yang kurang mahir membuat garnis, beragam bunga bisa dihadirkan sebagai hiasan tumpeng mini. Pilih bunga berkelopak kecil, aromanya tidak terlalu menyengat, dan sudah dibersihkan. “Penampilan tumpeng mini jadi semarak dan cantik lho,” kata Wina.
Peranti saji menjadi vocal point penyajian tumpeng mini. “Jika piringnya kurang menarik atau standar, saya menggunakan daun pisang yang dilipat dengan tehnik tertentu, hasilnya jauh lebih menarik, namun jika menggunakan peranti porselen atau logam, cukup di alas daun pisang di bagian bawah, kata Wina berbagi tip. (Bud)
