WartaPenaNews, Jakarta – Designer dan founder Heritage Culture, Tina Andrean memberi warna pada momen peringatan hari lahir RA. Kartini.
Lewat label Heritage Culture, Tina mengeksplor keberagaman batik tulis jawa serta ragam wastra dari berbagai daerah Nusantara menjadi busana “ready to wear”.
Berkolaborasi dengan Bank Mandiri dan The Sultan Hotel and Residence Jakarta, Tina menghadirkan 30 koleksi busana yang diperagakan di Golden Ballroom 1 The Sultan Hotel and Residence Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Budaya Batik Pusaka dipresentasikan dalam 5 sequence dengan beragam tema seperti Cocktail dress, Evening dress, Long jacket, Sumba klasik, dan Kebaya Kartini.
Masing-masing sequence menghadirkan garis rancangan moderen dan elegan yang menghadirkan konsep penggunaan padu padan.
karakter mandiri. Ditujukan untuk kaum perempuan milenial yang dihadapkan dengan beragam kegiatan.
Batik, Maha Karya Perempuan Indonesia
Walau sudah 35 tahun berkarya sebagai designer, Tina mengaku harus ekstra teliti dan butuh kehati-hatian ketika hendak mengubah selembar kain batik menjadi busana.
Adrenalin Tina meningkat karena keinginan untuk menghadirkan beragam busana yang mampu mewakili kepribadian perempuan Indonesia masa kini, sebagai sosok pribadi menarik, aktif, dan anggun,
“Empat tahun belakangan, saya mulai serius mengeksplor wastra Nusantara khususnya batik menjadi beragam busana “ready to wear”. Ini saya lakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral selaku designer,” kata Tina.
Tina mengakui, tidak mudah mengerjakan kain batik, butuh waktu berbulan-bulan. Saya pernah mencoba membatik, dan hanya bertahan 2 jam saja, badan sudah pada pegal semua, kata Tina saat talkshow “Budaya Batik Pusaka”, di Golden Ballroom 1 The Sultan Hotel and Residence Jakarta.
Layaknya wastra Nusantara lainnya, batik memiliki soul, tradisi pembuatan seringkali dilakukan dengan ritual tertentu seperti berdoa dan berpuasa.
Imajinasi pembatiknya hadir dengan beragam motif serta permainan warna yang memukau. Pengalaman menarik dialami Tina ketika ada pelanggan yang meminta motif dan warna kain batik yang telah laku.
“Sayapun buru-buru menghubungi pemiliknya untuk meminta dibuatkan lagi. Jawaban yang saya terima bikin kaget, mereka tidak bisa mengerjakan pesanan, karena motif dan warnanya hanya bisa dibuat 1 lembar saja,” ujarnya.
“Sulit untuk mengulang motif yang sama, karena nama pembatik tidak tercantum di kain. Serta sulit melacak siapa yang membuat, karena jumlah pembatiknya mencapai ratusan,” ucap Tina.
Karena memahami batik sebagai karya seni seperti lukisan, Tina harus ekstra hati-hati ketika menghadirkan batik menjadi busana agar soul, keindahan dan keanggunannya tidak hilang.
Apresiasi ini juga ditujukan kepada para perempuan pengrajin batik, selama berbulan-bulan mereka bekerja dengan tekun menorehkan pewarna ke atas kain.
Sebagian, merupakan perempuan sepuh yang masih setia menjadi pengrajin, kata Tina yang rutin mengenakan batik setiap hari Minggu.
Support Bank Mandiri
Sebagai bank Bumn, Pt Bank Mandiri selalu mensupport upaya dan kiprah untuk pelestarian dan promosi seni wastra Nusantara, salah satunya batik.
Irin Kartiko Wirjoatmodjo, isteri Kartiko Wirjoatmodjo, Dirut PT Bank Mandiri mengapresiasi dalam bentuk support dengan menyelenggarakan beragam event kreatif diantaranya, bazaar 3 hari bersama seluruh isteri karyawan Bank Mandiri yang baru pertama kali diselenggarakan.
Irin berkeinginan seluruh karyawan memiliki wastra khas Nusantara, 1 atau 2 lembar, yang penting harus orisinal karya pengrajin. “Saya suka miris, melihat kaum pria yang mengenakan batik print, karena alasan harga dan kepraktisan,” tukas Irin.
“Sebagai bank bumn, managemen diberi tugas oleh Ibu Rini Suwarno untuk melestarikan batik dalam berbagai usaha, diantaranya bekerjasama dengan designer, membina pengrajin batik dalam meningkatkan kualitas, motif, dan warna sesuai selera konsumen, tambahnya. (bud)
