WartaPenaNews, Jakarta-Profesi Make-up Artist atau yang biasa dikenal dengan MUA saat ini tengah menjadi tren di kalangan milenial. Sebuah penelitian dari Holmes Report menyatakan bahwa pekerjaan dalam bidang kreatif cocok bagi generasi milenial untuk mengeluarkan sisi kreatif yang mereka miliki. Salah satunya adalah Make Up Artist, profesi yang dulunya sangat identik dengan perias salon ini, kini sudah banyak berkembang di masyarakat dan Generasi Mileniallah ya menggandrunginya.
Berbekal keterampilan merias wajah, MUA bukan lagi sekedar hobi atau pekerjaan sampingan. Banyak milenial yang menjadikan MUA sebagai pekerjaan tetap.
Head Teacher & Program Director Sekolah Tata Rias MANEKIN.ID, Kim, mengatakan selain hobi dan kreativitas, penghasilan yang besar juga menjadi daya tarik profesi MUA. “Profesi make up artist tidak memiliki batasan penghasilan. Semakin lama jam terbang MUA maka penghasilan yang dihasilkan juga semakin besar”.
Apalagi lanjut Kim, industry kreatif saat ini kian berkembang dan mulai merambah ke dunia digital lewat social media seperti facebook, Intstagram dan Youtube menjadikan profesi ini menjadi kebutuhan.
“Dengan berkembangnya industry kreatif, memberi dampak bagi profesi make up artist, dengan pangsa pasar yang demikian besar, profesi ini bisa menjadi andalan penghasilan bagi siapapun termasuk generasi milenial,†kata dia.
Kim menuturkan, berdasarkan pengalaman, bayaran Make Up Artist bervariasi mulai dari Rp 300,000 sekali merias hingga puluhan juta rupiah. “Dalam sehari, seorang MUA juga bisa memiliki klien lebih dari tiga jika jam terbangnya sudah tinggi, bisa dihitung berapa penghasilannya sebulan?†ujar Kim.
Di samping penghasilan, sejumlah milenial ingin menjadi MUA karena berharap bisa terkenal. Melalui media sosial, profesi makeup artist menjadi sangat terbantu dalam mempromosikan hasil ‘karya’ mereka. Beberapa penata rias pun menjadi terkenal karena karyanya di media sosial. “Mereka juga ingin dipromosikan, kerjasama dengan artis, jadi selebgram (selebriti Instagram). Penghasilannya jadi semakin besar,” tambah Kim.
MANEKIN.ID Buka Peluang Milenial Berwirausaha
Founder MANEKIN, Natalia Oswandi menuturkan bagi milenial yang ingin menjadi makeup artist, ada beberapa tips yang harus diperhatikan. “Semua orang bisa menjadi makeup artist asal mau belajar. Namun penting pula bisa mempromosikan diri di media sosial karena teknologi digital dapat dimanfaatkan sebagai sarana penjualan utama”.
Lebih lanjut Natalia menjelaskan, dengan mempromosikan lewat social media seperti facebook, IG atau Youtube, calon klien bisa melihat portofolio dan pengalaman yang dimiliki oleh Make Up Artist, serta membuka jaringan yang lebih luas ke depan.
MANEKIN.ID dapat menjadi salah satu pilihan untuk belajar mengenai make up secara professional bagi Anda yang tertarik menjadi seorang Make Up Artist professional. Meski terbilang baru, para pengajar di MANEKIN.ID, memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang make up artist dan merupakan lulusan sekolah make up ternama di Indonesia bahkan di dunia dan sudah memiliki sertifikat International MUA.
Ditambahkan Natalia Oswandi, di MANEKIN.ID peserta akan mendapatkan program untuk kelas tata rias mulai dari tingkat pemula hingga advance. Ia menjamin, dengan belajar di MANEKIN.ID, para siswa bisa mendapatkan skill yang lebih baik karena dibekali dengan modul yang lengkap dan pengajar yang berpengalaman.
“Kami juga menyediakan kelas sesuai kebutuhan, mulai dari self make up professional, make up film, editorial, avant garde hingga special effect,†kata dia.
Selain itu, MANEKIN.ID, juga menyediakan program magang bagi siswa yang lulus dengan nilai terbaik, yang bekerjasama dengan production house, fashion show dan photography, dengan standard international. “Dengan pengalaman magang tersebut, siswa kursus bisa mendapatkan portofolio untuk meningkatkan karirnya di bidang MUA,†imbuhnya.
Dengan dibukanya sekolah make up ini, Natalia berharap agar kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin mengembangkan kegiatan wirausaha dan ditujukan juga untuk orang-orang yang memiliki kemampuan dan minat yang kurang terhadap pendidikan formal namun tetap ingin belajar dan menyalurkan bakat-bakat mereka di bidang lain.