29 March 2024 - 13:35 13:35

Survey: 50 Persen Publik Enggan Nonton Debat

WartaPenaNews, Jakarta – Dari hasil survey dalam debat pertama maupun kedua, tercatat hanya 50 persen ekspektasi publik untuk menonton debat dan hampir semuanya menyaksikan sampai pada sesi terakhir. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Pengamat Politik dari CSIS, Arya Fernandes.

Melihat hal tersebut, Arya mengingatkan kepada semua timses baik BPN maupun TKN, untuk lebih memahami masyarakat dimana berharap agar kualitas debat serta pemaparan materi baik dari calon presiden dan wakil presiden nanti dapat lebih maksimal dan memuaskan masyarakat.

“Kalau kita lihat dari hasil yang kami riset terlihat bahwa, ekpektasi publik yang tinggi itu tidak terpenuhi dengan baik. baik pada debat pertama maupun juga pada debat yang kedua. indikasinya adalah orang ekspektasi nonton debat tinggi, tetapi ketika dilihat dalam hasil survei itu pengaruhnya kecil. Artinya debat itu tidak mampu untuk mempengaruhi pilihan orang terutama orang-orang yang belum menentukan pilihan, atau orang-orang yang masih ragu-ragu atau bimbang, harusnya idealnya tentu bisa menjadi referensi utama bagi publik untuk menentukan pilihan sehingga dia betul-betul mantap untuk memilih, apalagi pemilu kita hanya tinggal 30 hari lagi,” kata Arya di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/3).

“Kenapa debat menjadi penting dan kenapa kita perlu tagih kepada kedua kandidat. Yang pertama, sebagai pemilih sudah jenuh, kampanye yang panjang, kemudian sisi inovasi yang tidak muncul dengan kuat yang dapay tangkap dalam debat pertama dan kedua. disaat yang sama publik partisifasi oflinenya itu juga relatif mengalami penurunan dibanding dua pemilu sebelumnya.”

“Orang menunggu sekali debat ini, kalau debat tidak mampu untuk menghadirkan sesuatu yang baru, orang tentu akan menjadi kecewa dan akan berdampak kepada partisifasi pemilih kita. Kedua adalah di kedua kandidat terjadi satu konndisi sama-sama terjadi ketidak pastian , ketidak pastiannya adalah , 01- masih akan tembus ke angka 60 persen atau tidak, sementara 02 belum pasti, apakah dia kan mampu mendekati perolehan suara atau tidak,” terang Arya.

Ditengah ketidakpastian ini, momen debat harus dimanfaatkan oleh kedua kandidat untuk benar-benar mencuri pemilih. Jika dilihat pada debat pertama dan kedua harusnya penantang lebih agresif, karena mereka punya banyak peluru untuk menyerang pertahana, tetapi mereka kehilangan momentum untuk menggunakan peluru peluru itu dengan baik.

“Saya tidak tahu apakah peluru itu akan disiapkan pada Last minit pada debat ke-empat dan kelima. Kita tak melihat dengan baik, bagaimana terjadi penghilangan gagasan di debat itu, karena orang berdebat tentu ada perdebatan, kita tak melihat ada perdebatan itu, saya tak tahu apakah karena sungkan-sungkan itu atau ada faktor lain,” terangnya.

Jika dilihat isunya, sambung Arya sebenarnya penantang lebih punya banyak peluru, tanya soal tenaga kerja, soal kesehatan, banyak isu isu kesehatan misalnya soal BPJS, soal tenaga honorer kesehatan misalnya , soal pendidikan juga begitu, guru honorer kenaikan gaji PNS , sebenarnya bisa di kontestasikan dengan pertahana ketika debat,” bebernya.

“Petahana juga punya banyak program yang bisa dijual, misalnya kartu Indonesia pintar, Kartu Indonesia Sejahtera (KIS) soal Program Keluarga Harapan (PKH). posisinya dalam debat nanti diperkirakan seimbang, ada peluru untuk menyerang ada juga peluru untuk bertahan tergantung siapa yang bisa lebih mampu untuk memberikan perspektif yang baik kepada pembeli dan meyakinkan pemilih bahwa mereka baik,” terangnya.

Sementara untuk Isu pemilih Perempuan, menurut Arya adalah hal penting, hal tersebut dilihat dari data Pilkada tingkat partisipasi perempuan 164 Pilkadanya 171, tapi data yang di publik KPU 164. Jika diambil agrekatnya tingkat partisipasi perempuan 75 persen, laki-laki tingkat partisipasinya itu 71 persen.

“Artinya perempuan partisipasi mereka tinggi dan menurut saya perempuan juga lah yang nanti akan menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Kandidat harus membahas isu perempuan dan kita tidak mendengar kedua kandidat bisa bicara isu perempuan, misalnya bagaimana akses perempuan terhadap kesehatan, isu soal reproduksi perempuan, keselamatan angka kelahiran Ibu misalnya , atau akses pada ekonomi. Nah kalo ada kandidat yang bicara debat tentang isu perempuan akan mendapatkan atensi perempuan, dan perempuan perempuan juga harus tagih kepada kandidat ini, apa yang mereka perjuangkan para ibu ini,” tutup Arya. (dbs)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
29 March 2024 - 11:14
Polisi Jaga Ketat Gereja di NTT

WARTAPENANEWS.COM -  Guna memberikan rasa aman jelang perayaan Misa Jumat Agung 2024, pasukan Gegana dari personel Brimobda NTT melakukan seterilisasi gereja. Salah satunya di Gereja Katederal Imakulata Atambua, Kabupaten Belu.

01
|
29 March 2024 - 10:12
Tarif Listrik April-Juni 2024 Tidak Naik

WARTAPENANEWS.COM - Pemerintah memutuskan tarif listrik subsidi dan nonsubsidi tidak naik di April-Juni 2024. Meski secara parameter, tarif listrik harusnya mengalami kenaikan. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,

02
|
29 March 2024 - 09:09
Nekat, Pejambret Bawa Kabur Mobil Patroli Polisi

WARTAPENANEWS.COM -  Peristiwa kejahatan jalanan selalu tidak memadang siapa sasaran. Entah apa yang dipikirkan pelaku menjambret mobil patroli polisi sebagai sasaran. Kapolsek Setiabudi Kompol Firman mengatakan, peristiwa tersebut terjadi di

03