WartaPenaNews, Jakarta – Sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah dalam menekan penyebaran virus Covid-19, PT KAI Komuter menghadirkan beragam inovasi pelayanan maksimal demi keamanan, serta kenyamanan penumpang selama pandemi.
Beragam inovasi tersebut menjadi semacam etalase, yang merekam ekspresi suatu masa, khususnya saat dihadapkan pada kondisi pandemi Covid-19.
Kesemuanya dilakukan berdasarkan peraturan, serta kebijakan dari pemerintah, seperti Surat Edaran Menteri Perhubungan, Nomor 58 Tahun 2021, Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi Perkeretaapian pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Terbaru, syarat naik kereta untuk pelajar yang mulai mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) yang diharuskan membawa surat keterangan dari sekolah atau surat keterangan dari Pemda setempat.
Juga mulai diujicobakan penggunaan aplikasi PeduliLindungi sejak tanggal 8 September 2021, di 11 stasiun seperti stasiun Depok, Pasar Minggu, Bekasi Timur, Serpong, Jurangmangu, Jakarta Kota, Juanda, Sudirman, Palmerah, Kemayoran dan Manggarai. Hal ini berdasarkan peraturan dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Antrian mengular hingga ke luar stasiun pada jam-jam sibuk. Foto: Budi Hartono.
Aplikasi PeduliLindungi akan menggantikan syarat STRP dan surat keterangan dinas.
Rencananya akan diberlakukan penerapannya secara serentak di seluruh stasiun se Jabodetabek pada Hari Sabtu, 11/9/2021. Pengecualian buat calon penumpang yang belum bisa divaksin diantaranya, penyintas Covid-19 dan mereka yang dalam kondisi komorbid dapat menggunakan KRL Komuter dengan syarat membawa surat keterangan medis dari dokter puskesmas atau Rumah Sakit.
VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba mengatakan, “Sejak diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat dimulai dari PSBB, PSBB Transisi, PPKM, PPKM Darurat, PPKM Level 4 dan Level 3, hadir beragam peraturan yang bersifat dinamis. Kesemuanya telah disosialisasikan terlebih dahulu kepada pengguna, mengingat latar belakang penumpang KAI Komuter yang beragam.
Setelah masa sosialisasi, lalu dilakukan penerapan peraturan, masih ada saja penumpang yang lupa, bahkan abai. Nah, para staf terlatih dan humanis akan memberi teguran secara halus, serta meminta penumpang untuk mengikuti peraturan, serta arahan petugas di masa pandemi.
Setelah diberlakukannya periode PPKM Level, penurunan pengguna Komuter Line mencapai 79 % dibandingkan sebelum periode tersebut. Namun, PT KAI Komuter akan terus berkomitmen dengan memperketat penerapan protokol kesehatan untuk perjalanan luar kota dan area Jobedetabek.
Kami juga senantiasa menghimbau kepada masyarakat pengguna, untuk tetap di rumah. Tidak berpergian, jika tidak ada kebutuhan mendesak. ”
Upaya yang telah dilakukan di tengah peraturan baru yang dinamis selama masa pandemi, hingga pada pemberlakuan PPKM Level 3, telah berhasil membuat pengguna mematuhi aturan berkendara dengan KAI Komuter.
Di awal pandemi, PT KAI Komuter melakukan tes swab antigen secara acak di sejumlah stasiun, dengan jumlah penumpang terpadat seperti stasiun Manggarai, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Juga mendukung program percepatan Vaksinasi Covi- 19, dengan turut mendistribusikan vaksin ke sejumlah stasiun KRL.
Salah satu sosialisasi oleh KAI Komuter di media sosial mereka. Foto: istimewa.
Komitmen Sepenuh Hati KAI Komuter
Saya, (Budi Hartono), pekerja di sektor esensial mencoba menggunakan layanan KAI Komuter pada tanggal 16/8/2021, sebelum pemberlakuan STRP dan surat keterangan dari instansi digantikan dengan aplikasi PeduliLindungi.
Merasakan ikut dalam antrian panjang dan melihat upaya yang sungguh – sungguh dari manajemen, serta seluruh staff PT KAI Komuter untuk menyelenggarakan transportasi yang mengutamakan keselamatan, pelayanan, kenyamanan, tepat waktu untuk penumpangnya.
Saya sengaja memilih berangkat pada jam sibuk pukul 08.00 WIB dari stasiun Citayam. Terlihat antrian mengular hingga ke luar stasiun. Ketika saya menanyakan kepada salah seorang penumpang yang antri di depan saya, Dimas (25 th), ia menceritakan, “Inilah risiko berangkat pada jam sibuk. Biasanya, saya berangkat lebih awal, agar tidak mengantri. Karena tadi terlambat, ya terpaksa deh harus ikut antri.
Antrian terjadi karena diberlakukannya buka tutup, sehubungan dengan jam sibuk. Petugas akan melakukan penyekatan, jika kondisi di stasiun, maupun di dalam KRL sudah memenuhi kuota, terutama pada jam – jam sibuk pagi 07.00 WIB – 08.00 WIB, sore 17.00 WIB – 18.00 WIB.
Setiap gerbong hanya diperuntukkan untuk 52 orang penumpang, agar bisa jaga jarak aman, “ujar Dimas, yang merupakan pekerja sektor esensial di kawasan Cikini.
Kurang lebih 10 menit, saya kemudian bisa memasuki area stasiun. Dan kembali antri untuk pemeriksaan kelengkapan dokumen syarat perjalanan berupa surat tanda registrasi pegawai (STRP), surat keterangan dari instansi/perusahaan, atau dokumen lainnya. Sebelumnya, petugas telah melakukan pengecekan suhu tubuh calon penumpang.
Pada jam sibuk, antrian ini bisa berlangsung 10 menit, di luar jam sibuk, akan lebih cepat. Setelah dibaca dan memenuhi syarat, surat kemudian di stempel dengan nama stasiun asal tempat saya berangkat. Untuk selanjutnya jika hendak berpergian, surat tugas tidak perlu distempel, cukup diperlihatkan ke petugas.
Saya melihat penumpang prioritas seperti lansia atau yang sedang sakit diberikan dispensasi untuk tidak ikut mengantri.
“Bagi penumpang yang bukan bekerja di sektor kritikal dan esensial, ada dispensasi khusus buat mereka berpergian dengan KRL Komuter, seperti untuk keperluan vaksinasi Covid-19. Syaratnya mudah kok, cukup membawa surat keterangan dari RT/RW yang berisi keterangan tujuan berpergian, distempel, serta ditandatangani basah. Atau, bisa juga dengan menunjukkan undangan dari panitia penyelenggara vaksinasi, yang biasanya telah dikirim melalui email atau melalui aplikasi WA sehari sebelumnya.
Surat pengantar dari RT, juga berlaku ketika ada urusan mendesak seperti membesuk keluarga sakit, berobat, kontrol kesehatan dan beragam hal lain yang dikategorikan penting. Pengguna juga harus menunjukkan ktp atau kartu identitas lain, “kata Anne.
Walau harus antri di luar, hingga di dalam stasiun. Ketika menunggu kereta, kemudian naik, serta menyesuaikan dengan kondisi duduk dan berdiri, penumpang terlihat tertib, jaga jarak aman.
Kebersihan di area stasiun begitu diperhatikan. Terlihat petugas kebersihan hilir mudik, memastikan hand sanitizer, air untuk mencuci tangan, sabun cair, dan tisu senantiasa tersedia. Sebagian terlihat sibuk menyapu dan mengepel lantai.
Di luar jam sibuk, mereka rutin menyemprotkan cairan disinfektan di area stasiun dan di dalam kereta. Kerja mereka cekatan. Kebersihan menjadi faktor yang sangat diperhatikan.
Sayangnya, saya melihat sebagian besar penumpang sudah jarang terlihat mencuci tangan. Tidak seperti ketika di awal pandemi. Mungkin mereka lebih memilih cara praktis dengan menggunakan hand sanitizer, yang sudah mereka siapkan.
KAI Komuter senantiasa menganjurkan kepada penumpang, sebelum naik dan ketika turun, disarankan untuk mencuci tangan dengan benar, guna memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Himbauan untuk memerangi Covid-19 juga hadir dari banner dan spanduk yang diletakkan, serta dipasang di berbagai tempat strategis, agar mudah terlihat dan dibaca penumpang.
Di dalam kereta, jaga jarak tetap diindahkan. Bangku panjang hanya boleh diduduki untuk 4 orang penumpang. Bangku pendek hanya untuk 2 orang, dengan prioritas untuk penumpang lansia, disabilitas, ibu hamil dan penumpang yang sakit.
Selebihnya harus berdiri, dengan jaga jarak aman, tidak saling berhadapan. Selama perjalanan,
penumpang tidak boleh berbicara langsung, menelepon atau menerima telepon.
Himbauan secara rutin dilakukan oleh petugas melalui audio, serta pengawasan dari petugas keamanan yang hilir mudik ke setiap gerbong, untuk memastikan pelaksanaan protokol kesehatan telah dijalankan oleh semua penumpang!
Naiklah di luar jam sibuk. Foto Budi Hartono
Sepenggal Cerita Bermoda dengan KAI Komuter di Masa Pandemi
Ketika kereta tiba di stasiun Depok Baru, seorang penumpang lansia naik dan langsung diberikan tempat duduk oleh penumpang lain. Mungkin lupa atau sedang ada pembicaraan penting, bapak tersebut langsung menelepon seseorang. Masker yang dikenakan dengan benar telah diturunkan, agar ia bebas berbicara.
Tidak ada satupun penumpang yang berani menegur. Bisa saja sungkan, atau menghindar dari pertengkaran karena yang ditegur merasa tidak senang. Tidak lama berselang, petugas keamanan datang menghampiri, karena pembicaraannya terdengar penting, petugas memberi kode, sambil menunggu dengan sabar.
Mungkin lupa dan tidak enak hati, penumpang tersebut menyudahi obrolannya, kemudian buru – buru membenarkan letak maskernya. Petugas kemudian mengingatkan kembali protokol kesehatan, yang harus dipatuhi selama di kereta dengan cara humanis. Penumpang pun merasa dihargai dan menyadari kesalahannya.
Kurang lebih 35 menit menempuh perjalanan, saya tiba di stasiun tujuan Cawang. Saya melihat antrian yang tertib, dengan jumlah penumpang yang tidak terlalu banyak.
Di luar pintu gate, terlihat dua orang ibu-ibu calon penumpang yang berusaha merayu petugas, agar diizinkan tapping dan masuk ke area tunggu kereta. Mereka bukan pekerja di sektor esensial maupun kritikal, tapi pengguna yang harus berpergian karena ada kepentingan mendesak. Walau sudah memberi alasan bahwa surat jalan tertinggal di rumah, petugas dengan santun tetap tidak memperkenankan penumpang tersebut masuk.
Di dalam kereta jagak jarak aman, tidak berbicara dan kenakan maskermu dengan benar. Foto: Budi HartonoÂ
Karena kekeh bertahan, dicarikan solusi oleh petugas wanita. Penumpang diizinkan menunggu keluarganya datang untuk mengantarkan surat izin perjalanan. Untungnya, rumah mereka tidak jauh dari stasiun Cawang. (bud)