22 April 2025 - 18:52 18:52
Search

Brutal, Israel Luncurkan Serangan Paling Mematikan di Gaza

WARTAPENANEWS.COM –   Sudah memasuki minggu ketiga, perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 5.600 warga Palestina, melukai ribuan lainnya, dan membuat lebih dari satu juta orang mengungsi. Meskipun ada seruan gencatan senjata, tampaknya penderitaan dua juta penduduk Gaza belum akan berakhir.

Setelah lama menerima dehumanisasi warga Palestina, masyarakat Israel dipenuhi dengan kemarahan dan dorongan primordial untuk membalas dendam atas pembunuhan warga Israel oleh pejuang Hamas pada tanggal 7 Oktober.

“Kemarahan buta ini kini disalurkan ke dalam gerakan genosida melalui narsisme dan ekstremisme yang dilakukan oleh satu orang yakni Benjamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel), seorang pembohong patologis yang bermuka dua, yang telah melakukan segalanya untuk tetap berkuasa,” tandas Marwan Bishara, analis politik senior di Al Jazeera, dalam tulisannya, kemarin.

Menurut Marwan, kesombongan, korupsi, dan sikap tidak berperasaan Netanyahu patut disalahkan atas kegagalan politik dan militer negara tersebut yang berujung pada serangan 7 Oktober. “Dia pikir dia bisa mengubah seluruh wilayah Palestina yang bersejarah menjadi Tanah Besar Israel. Tentunya dengan menjadikan wilayah pendudukan menjadi permanen dan menahan jutaan warga Palestina di penjara terbuka di Gaza,” tambah Marwan yang juga profesor Hubungan Internasional di American University of Paris.

Marwan melanjutkan, pada tanggal 7 Oktober ketika terjadi serangan Hamas terhadap Israel, kesombongan akhirnya melahirkan kebodohan. Keangkuhan berubah menjadi penghinaan, dan kegagalan menjadi lelucon, atau seperti kata orang Israel, dalam bahasa Arab, fashla (kegagalan) berubah menjadi fadiha (skandal).

Meskipun para pemimpin militer dan intelijen Israel telah menerima tanggung jawab atas kegagalan mereka mencegah serangan tersebut, Netanyahu menahan diri untuk tidak mengambil tanggung jawab apa pun, meskipun sebagian besar warga Israel menyalahkan dia atas tragedi nasional yang mereka alami.

Alih-alih mengundurkan diri, perdana menteri sekaligus pemimpin masa perang tanpa malu malah melancarkan serangan balasan yang sadis tanpa strategi atau tujuan akhir yang jelas. Dalam serangan genosidanya, Netanyahu dibantu dan bersekongkol dengan mantan pengkritiknya di Barat, yang sampai saat ini menyatakan “keprihatinan” mengenai rencananya melemahkan sistem peradilan Israel, melalui koalisi fanatik dan fasisnya, agar tidak dipenjara.

Yang pertama dan terpenting di antara mereka adalah Presiden AS Joe Biden, yang awalnya menghina Netanyahu hampir sepanjang tahun kemudian berubah menjadi mendukung dan melindunginya dari kemarahan Israel dan Arab.

Biden telah berkomitmen dalam perang genosida Netanyahu di Gaza, menawarkan senjata, bantuan taktis dalam perang perkotaan, dan pengaruh diplomatik. Dia telah memerintahkan penempatan dua kapal induk di Mediterania Timur untuk melindungi Israel dan mencegah Iran melakukan intervensi dalam konflik tersebut.

Demikian pula para pemimpin Eropa, yang selama ini bersikap acuh tak acuh terhadap Netanyahu, kini berteriak-teriak untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap pemerintahannya dan perangnya di Gaza. Mereka menolak menyerukan gencatan senjata dan terus membenarkan meningkatnya kejahatan perang Israel sebagai bentuk “hak untuk membela diri”.

Antek-antek Israel di Barat seringkali menerapkan hukum internasional dengan cara yang salah. Israel memang berhak untuk membela diri, namun tidak berhak mempertahankan pendudukan militer brutalnya yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Sebaliknya, rakyat Palestina yang terjajah dan menjadi korban dengan hidup di bawah sistem apartheid rasis Israellah yang mempunyai hak untuk melawan penyiksa mereka berdasarkan hukum internasional. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait