WartaPenaNews, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari pertama pekan ini, diperkirakan akan mampu mengalami penguat hingga level Rp13.586 per dolar AS. Hal itu ditopang oleh meningkatnya data cadangan devisa Indonesia pada awal tahun ini.
Bank Indonesia mencatat, cadangan devisa pada Januari 2020 sebesar US$131,7 miliar atau meningkat dibandingkan Desember 2019 sebesar US$129,2 miliar. Dengan cadangan devisa yang terus meningkat, diperkirakan akan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.
“Perdagangan senin pagi, rupiah akan dibuka menguat imbas dari data dalam negeri yang positif di range Rp13.586-13.720 per dolar AS,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, seperti dikutip dari analisisnya, Senin, 10 Februari 2020.
Dari sisi eksternal, Ibrahim menilai, pelaku pasar keuangan menganggap situasi global semakin kondusif. Misalnya, pemerintahan China dan Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen mereka untuk mengimplementasikan Fase 1 dari kesepakatan perdagangan pada Kamis, 6 Februari 2020.
Baca Juga: BNI Syariah Dukung Pengembangan Halal Entertainment Lewat Animasi Riko The Series
“Presiden AS Donald Trump melakukan pembicaraan dengan Presiden Cina Xi Jinping pada hari Kamis. Kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan komunikasi dan kerja sama yang luas antara kedua belah pihak,” tuturnya.
Sementara itu, ada harapan terkait dengan wabah virus Corona yang telah mampu memperlemah nilai tukar rupiah sejak akhir Januari 2020. Virus ini dipandang akan dapat segera ditanggulangi pemerintahan China dan perekonomian negara tersebut juga diperkirakan akan segera pulih.
“Wakil Gubernur (People’s Bank of China) Pan Gongsheng mengatakan kepada sebuah konferensi pers pada hari Jumat bahwa ekonomi China dapat terganggu pada kuartal pertama, tetapi diperkirakan akan pulih setelah virus dikendalikan,” tegasnya. (mus)
