WartaPenaNews, Jakarta – China menentang penjualan paksa operasi TikTok di AS oleh pemiliknya, ByteDance, dan lebih memilih melihat aplikasi video singkat itu ditutup di AS.
ByteDance, yang merupakan perusahaan asal China, telah dalam pembicaraan untuk menjual bisnis TikTok di AS kepada pembeli potensial, termasuk Microsoft dan Oracle, sejak Presiden AS Donald Trump mengancam untuk memblokir layanan tersebut apabila tidak dijual.
Trump telah memberi ByteDance tenggat waktu hingga 15 September 2020 untuk menyelesaikan kesepakatan.
Namun, pejabat Beijing meyakini bahwa penjualan paksa akan membuat ByteDance dan China tampak lemah dalam menghadapi tekanan dari Washington.
Dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, ByteDance mengatakan bahwa pemerintah China tidak pernah menyarankan untuk harus menutup TikTok di AS atau di negara lain mana pun.
Dua sumber mengatakan China menggunakan kebijakan ekspor teknologi, yang dibuat pada 28 Agustus 2020, untuk menunda kesepakatan apa pun yang dicapai oleh ByteDance, jika perlu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan bahwa AS menyalahgunakan konsep keamanan nasional, dan mendesaknya untuk berhenti menindas perusahaan asing.(mus)