wartapenanews.com -Â China kembali memberlakukan kebijakan ketat COVID-19 di ibu kota Beijing. Pada Senin (25/4/2022) distrik terbesar di pusat kota Beijing, Chaoyang telah mulai memberlakukan pengujian massal.
Tes tersebut berlaku untuk seluruh penduduk asli maupun para pekerja. Chaoyang merupakan markas dari banyak perusahaan multinasional dan kedutaan.
Pada hari pertama tes massal, antrean panjang tampak meliuk-liuk di sekitar mal dan kompleks perkantoran. Warga menunggu untuk diambil sampelnya oleh petugas kesehatan dengan mengenakan alat pelindung diri lengkap.
“Jika satu kasus ditemukan, daerah ini bisa terpengaruh,” kata pekerja kantor Yao Leiming kepada AFP, saat menuju lokasi pengujian di Chaoyang bersama sekelompok rekannya.
Sehari sebelum perintah pengujian massal, warga sudah terlihat khawatir dengan kemungkinan kebijakan Lockdown. Kekhawatiran tersebut memicu panic buying.
Pada Minggu (24/4/2022) supermarket di Beijing dilaporkan mengalami kesibukan yang tidak biasa. Warga bergegas menimbun segala macam kebutuhan pokoknya.
Sejumlah orang terlihat mendorong kereta belanja yang berisi tumpukan penuh makanan. Bahan-bahan makan yang dijual di aplikasi pengiriman juga dikabarkan telah terjual habis.
Sebelumnya, China juga telah berusaha menahan gelombang infeksi di kota terbesarnya Shanghai. Hampir seluruh wilayah kota itu lockdown selama berminggu-minggu.
Meskipun Shanghai menyediakan makanan segar untuk warganya yang terdampak lockdown, tetap saja masih banyak pasien yang melaporkan telah kesulitan mengakses perawatan medis non-Covid. Hal itulah yang membuat warga China di kota-kota lain termasuk Beijing, merasa khawatir.
Selain tes massal, otoritas Beijing juga dilaporkan memberlakukan kontrol ketat untuk orang-orang yang ingin masuk ke kota. Para pelancong diwajibkan memiliki tes COVID-19 negatif maksimal 48 jam.
China telah berjuang untuk mengalahkan wabah terburuknya dalam dua tahun dengan pedoman nol-COVID mereka. Pedoman itu mencakup penguncian ketat, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan.
Para pejabat mengatakan kebijakan ini telah membantu China menghindari bencana kesehatan masyarakat skala besar yang terlihat di tempat lain di dunia selama krisis COVID-19. Namun pendekatan tersebut telah berdampak besar pada bisnis dan moral publik.
Dalam beberapa hari terakhir, Beijing mengalami kenaikan signifikan kasus COVID-19. Pada 24 April terdapat 19 kasus baru bergejala. Jumlah ini turun sedikit dari sehari sebelumnya yaitu 22 kasus.
Meski penambahan kasus berada di angka puluhan, estimasi itu terbilang besar untuk Beijing. Sebab, dalam waktu normal Beijing mencatatkan penambahan satu digit kasus atau nihil. (mus)