WartaPenaNews, Jakarta – Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, tanpa melakukan merger, PT Pegadaian (Persero) bisa melakukan sinergi dengan BUMN lainnya. Rencana akuisisi dengan BRI dan PT Penanaman Modal Nasional (PNM) cenderung menjadikan pegadaian menjadi “anak tiriâ€.
“Jika proses merger ini terjadi akan berdampak terhadap pegawai Pegadaian yang cenderung menjadi “anak tiriâ€. Karena perusahaan besarlah yang akan memegang kendali,†ujar Faisal dalam siaran persnya, Selasa (2/3/2021).
Menurutnya, aksi akuisisi juga tidak serta merta bisa menyehatkan BUMN. Akuisisi ini juga akan berdampak pada akses layanan kepada nasabah, khususnya Pegadaian.
Faisal melanjutkan, holdingnisasi akan lebih cocok mengarah pada klaster keuangan bukan klaster UMKM. Guna membesarkan UMKM bukan dengan cara holding, tapi yang paling penting adalah apa bentuk yang akan dilakukan oleh pemerintah untuk menggabung ketiganya.
Faisal juga menilai bahwa alasan yang dikemukakan pemerintah bahwa holdingnisasi Pegadaian, BRI, dan PNM bisa memperkuat sektor UMKM tidaklah tepat. Karena seharusnya pemerintah melakukan konsolidasi di sektor keuangan. “Cara yang paling ampuh adalah dengan memperkuat sektor keuangan, utamanya pada sektor perbankan,†sambung dia.
Tapi sayangnya, pemerintah telah gagal mengkonsolidasikan perbankan. Sebab sejauh ini perbankan hanya mampu menyalurkan kredit tidak sampai 50 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih kecil dibanding dengan negara-negara lain di Asia.
Selain itu, jika Pegadaian menerbitkan obligasi atau surat utang ratingnya Triple AAA, artinya obligasi milik Pegadaian lebih murah dari pada pinjaman BRI. Jika ratingnya bagus, barangkali bisa dapat 5%.
“Bahkan jika Pegadaian go global bonds, ini bisa menunjukan bahwa Pegadaian tidak punya masalah modal kerja,†kata Faisal. (rob)