9 June 2025 - 00:59 0:59
Search

Gerindra Dinilai sebagai Simbol Oposisi

WartaPenaNews, Jakarta – Peluang Partai Gerindra masuk ke kabinet Presiden Joko Widodo di periode kedua ini akan terjawab dalam kurun waktu dekat. Angin fresh tentang hal demikian sudah disampaikan langsung oleh Jokowi usai bertemu dengan Prabowo Subianto, Jumat (11/10/2019).

Tapi sejumlah faksi justru menyayangkan apabila Gerindra sebagai lambang partai oposisi telah pupus. Dikarenakan, lambang oposisi selama ini dibuat oleh Gerindra dengan benar-benar baik. Apabila Gerindra gabung konsolidasi karena itu hal ini akan membahayakan demokrasi.

“Ini akan jadi berita jelek buat oposisi, karena cuma akan mungkin menyisakan PKS sebagai oposisi. Walaupun sebenarnya demokrasi yang kuat dan sehat itu meniscayakan oposisi yang kuat,” kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, pada wartawan, Jumat malam (11/10/2019).

“Sampai kini yang berubah menjadi lambang oposisi ya Prabowo dan Gerindra, suka gak suka. Bukan PKS. Ikonnya Prabowo, bukan PAN, bukan Demokrat bukan PKS,” tuturnya.

Lantas, menurut Adi, tak terbayang jika Gerindra yang selama ini gawat pada pemerintah setiap harinya, tapi ke depan justru akan memuji-muji Jokowi.

“Tak kebayang kalaupun Gerindra yang selama ini gawat, bahkan cukup ekstrim beda arahan politiknya dengan Jokowi, mendadak setiap hari harus muji-muji Jokowi. Ada benturan psikologis yang tak dapat dicegah. Benar-benar lucu, bagaimana kita dapat menjelaskan pada publik,” tutur pengamat politik UIN Jakarta itu.

Apabila demikian, lanjut Adi, yang akan berubah menjadi korban merupakan rakyat. Saat Pemilihan presiden 2019 kemarin rakyat terbelah, tapi usai persaingan justru dua saingan ini berangkulan mesra dan bagi-bagi kekuasaan.

“Politik kita ini lumayan ruwet dijelaskan, bagaimana hitung jalinan oposisi pemerintah, ya resmi saja, cuman lumayan dikit aneh saja politik kita ini. Tempo hari berantem ekstrim idenya sampai terbelah, mendadak sama sama pelukan, di kabinet. Apa yang dapat kita pertanggungjawabkan pada rakyat kalaupun ini model poltiik kita,” tegas Adi.

“Itu artinya politik kita selama ini gincu saja jika ketidakcocokan dan konfrontasi itu cuma hanya mengonsumsi publik saja. Tetapi kasian rakyat yang hingga sampai saat ini belum banyak yang move on. Lantaran kasian rakyatnya. Dibelah, seakan memang terjadi friksi, tetapi kenyataannya elite landai-landai saja seakan tak terjadi apa-apa,” tutupnya. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait