WartaPenaNews, jakarta – Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Profesor Masdar Hilmy akui prihatin dan bersedih atas penentuan Menpora Imam Nahrawi sebagai tersangka masalah dugaan suap pendistribusian pertolongan pada KONI tahun budget 2018.
Masdar mengatakan jika dirinya tidak menduga dan tidak tahu atas apa yang menerpa Ketua Umum Ikatan Alaumni UINSA itu.
“Kami tidak menduga, ya. Semua tidak tahu apa yang terjadi disana, agar jadi domain hukum. Yang jelas Pak Nahrawi sebagai alumnus tentunya kami benar-benar bersedih, kami terpukul,” katanya.
Masdar memandang Imam Nahrawi merupakan figur yang baik, perhatian, dan perduli pada lingkungan lembaga atau almamater.
Tentang masalah yang dipersangkakan pada Imam Nahrawi, Masdar merasakan tidak memiliki otoritas untuk memberi komentar dan menyerahkan seutuhnya pada penegak hukum.
“Jika ada masalah yang dipersangkakan kepadanya ini benar-benar aku tidak memiliki otoritas untuk komentar. Selain itu secara personal, Imam Nahrawi ini benar-benar tawaduk, selalu berkomunikasi secara aktif dengan para guru di universitas,” katanya.
Dia mengutarakan terakhir kali bertemu Imam Nahrawi di Arab Saudi saat jalankan beribadah haji. Pada saat itu Imam berpeluang hadiri pembentukan Ikatan Alumni UINSA Cabang Spesial Arab Saudi.
“Saat itu, ya, memang tidak kelihatan dalam guratan-guratan wajahnya, tidak terlihat orang yang punyai beban sebegitu beratnya. Itu makanya kami saat itu berprasangka baik mudah-mudahan tidak ada apa-apa,” kata Masdar. (mus)
