WartaPenaNews, Jakarta – Lagu dan Petikan Gitar Merdu Gus Sholah Buat Gus Ipang
Selain dikenal sebagai ulama kharismatik, tokoh politik, arsitek, Gus Sholah merupakan sosok ayah bersahaja dan sempurna di mata keluarganya.
Gus Sholah, Live Musik Dari The Beatles Hingga Elvis Presley
Irfan Asy’ari Sudirman atau dikenal dengan panggilan sayang Gus Ipang, putra sulung alm Gus Sholah, membagikan kenangan semasa kecil bersama ayahnda tercinta.
Masa-masa indah ini akan menjadi bagian penting dalam sejarah hidupnya. Penuh pembelajaran akan nilai-nilai luhur kehidupan dari esensi ajaran islam.
“Waktu saya kecil, tradisi menjemput pagi di rumah, sebelum berangkat ke sekolah, ayah saya selalu memberikan hiburan dengan memetik gitar sambil bernyanyi. Usai berolahraga, ayah duduk di kursi di meja makan, ayah memetik gitar sambil melantunkan sejumlah lagu. Suara ayah merdu, dan memang terdengar sangat merdu. Saya larut dan begitu menikmatinya. Waktu itu, ayah sering menyanyikan lagu-lagunya Elvis Presley dan The Beatles. Beliau hapal lirik, harmoni, melodi, irama serta unsur-unsur musik lainnya. Koleksi buku lagu beliau terbilang banyak, “kenang Gus Ipang.
Sosok Lembut Bersahaja, Tanamkan Esensi Ajaran Islam
“Dalam keseharian, ayah selalu mengajarkan nilai-nilai keislamanan seperti hidup sederhana, jujur dan bertanggung jawab. Jiwanya lembut dan penyayang, hingga sekarang di usia ke 50, saya merasa ayah hanya marah dua kali ke saya. Marah, tapi dengan bahasa yang santun dan lemah lembut, “terang Gus Ipang.
“Ayah merupakan sosok yang demokratis, beliau hanya mengawasi serta memberikan saran untuk tujuan hidup kami. Seperti ketika harus memilih sekolah serta bercita-cita, beliau menyerahkan pilihan ke anak-anaknya, “ujar alumni IKJ ini. Untuk pilihan politik pada pilpres kemarin, saya dan adik berbeda pilihan, tapi ayah tidak melarang atau mempermasalahkan.”
Tidak Sempat Menyaksikan Film Jejak Langkah Dua Ulama
“Salah satu warisan ayah untuk umat islam di Indonesia adalah Museum Islam Indonesia KH.Hasyim Asy’ari yang berlokasi di pesantren Tebuireng – Jombang. Museum yang didirikan sebagai sarana transformasi pengetahuan tentang kehadiran dan proses perkembangan agama islam di Indonesia.
Ayah berharap agar museum Islam Indonesia KH.Hasyim Asy’ari bisa dibangun di daerah lain, agar bisa dijadikan inspirasi bagi seluruh umat islam di Indonesia, bahwa apapun organisasinya tapi mereka lebur. Tidak mempersoalkan perbedaan dalam tata cara beribadah.
Baca Juga: Rakorsin 2020, Ditjen PSP Kementan Diminta Siapkan Sejumlah Strategi
Tidak mudah menuduh serta memaksa kehendak.
Hidup rukun, dengan sesama dan umat lain berlandaskan toleransi yang sangat lekat dengan budaya masyarakat Indonesia.”
“Sempat menjadi saksi berdirinya museum, namun ayah tidak sempat menyaksikan film Jejak Langkah Dua Ulama. Film yang digagas oleh pimpinan pusat Muhammadiyah dan Pesantren Tebuireng, menceritakan dua sosok ulama kharismatik pendiri Muhammadiyah, KHA.Dahlan dan pendiri Nahdlatul Ulama Kyai Haji Hasyim Asy’ari, dalam upayanya membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah.
Serta beragam ikhwal perbedaan tata cara beribadah antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Ayah sempat menyampaikan, walau ada perbedaan, namun lebih banyak persamaan diantara keduanya.
Ayah berpesan, kedepan, NU harus lebih baik, serta mendatangkan manfaat buat Nahdliyin.” (bud)