21 April 2025 - 16:33 16:33
Search

Ini yang Dkhawatirkan IDI Adanya Demo Tolak UU Omnibus Law Cipta Kerja

WartaPenaNews, Jakarta – Hingga Jumat, 9 Oktober 2020, 5 orang dokter meninggal selama minggu pertama Oktober 2020, membuat total 132 dokter wafat akibat COVID-19. Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atau PB IDI, 68 di antaranya merupakan dokter umum (4 guru besar), 62 dokter spesialis (5 guru besar) dan 2 residen. Seluruhnya berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi) dan 61 IDI Cabang (Kota atau Kabupaten).

Menurut data provinsi, rinciannya adalah Jawa Timur 31 dokter, Sumatra Utara 22 dokter, DKI Jakarta 19 dokter, Jawa Barat 11 dokter, Jawa Tengah 9 dokter, Sulawesi Selatan 6 dokter, Bali 5 dokter, Sumatra Selatan 4 dokter, Kalimantan Selatan 4 dokter, DI Aceh 4 dokter, Kalimantan Timur 3 dokter, Riau 4 dokter, Kepulauan Riau 2 dokter, DI Yogyakarta 2 dokter, Nusa Tenggara Barat 2 dokter, Sulawesi Utara 2 dokter, Banten 1 dokter dan Papua Barat 1 dokter.

Tim Mitigasi PB IDI menyebut bahwa ini terjadi akibat lonjakan pasien virus corona, terutama Orang Tanpa Gejala (OTG) dan yang mengabaikan perilaku protokol kesehatan di berbagai daerah meningkat. Klaster-klaster baru penularan COVID-19 juga masih bermunculan dalam beberapa minggu terakhir, karena sejumlah wilayah di Indonesia mulai melepas PSBB dan membuka wilayahnya kembali untuk pendatang.

Ini berarti lebih banyak orang yang menjalani aktivitas di luar rumah. Salah satunya adalah peristiwa demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan, yang disebut Tim Mitigasi PB IDI merupakan salah satu penularan yang potensial.

“Peristiwa tersebut mempertemukan ribuan, bahkan puluhan ribu orang yang sebagian besar tidak hanya mengabaikan jarak fisik, namun juga tidak mengenakan masker. Berbagai seruan nyanyian maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama COVID-19,” ucap Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr M. Adib Khumaidi, SpOT.

“Ditambah banyaknya kemungkinan peserta demonstrasi yang datang dari kota atau wilayah yang berbeda. Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya,” tambahnya,

Lebih lanjut, Adib juga mengatakan bahwa pihaknya hanya mengungkapkan kekhawatiran dari sisi medis dan berdasarkan sains.

“Hal yang membuat sebuah peristiwa, terutama demonstrasi berisiko lebih tinggi daripada aktivitas yang lain. Kekhawatiran kami sebagai tenaga kesehatan, akan terjadi lonjakan masif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang,” katanya. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait