3 July 2025 - 15:33 15:33
Search

Ironi Nasi Anjing, Pelecehan Dalam Kemasan Bantuan

WartaPenaNews, Jakarta – Bagi umat Islam, anjing merupakan hewan yang diharamkan dan mengandung najis berat. Selain dijadikan umpatan kasar yang merendahkan, ditujukan kepada manusia.

Berbagilah Dengan Cara Elok

Jika kemudian oleh sekelompok oknum komunitas non muslim, anjing dijadikan nama untuk produk nasi rames, dan dibagikan kepada umat Islam. Hal ini menjadi tidak wajar dan sangat keterlaluan.

Umat Islam merasa dicederai dan dilecehkan, terlebih dalam kekhusuan pelaksanaan ibadah Ramadan, serta dalam paparan kelaparan yang nyata. Ironi di negeri yang menjunjung tinggi toleransi.

Sontak, warga yang berdomisili di sekitar masjid di Warakas – Tanjung Priok, Jak-ut geger dan buru- buru membuang nasi tersebut ke dalam tong sampah.

“Jijik dan takut, karena dagingnya diharamkan dan mengandung najis,”alasan warga.

Hijrah Indah Ramadan

Sungguh merupakan perbuatan bodoh serta ceroboh, mencoba menganalogikan anjing pada produk nasi rames yang tidak menggunakan daging anjing dan diberikan kepada umat Islam.

Terlepas dari klarifikasi, permohonan maaf oknum pelaku, serta proses hukum yang sedang berjalan, umat Islam yang terdampak secara ekonomi dari pandemi Covid-19 untuk lebih berhati-hati, tidak mudah tergiur untuk menerima bantuan khususnya berupa makanan. Karena unsur halal sudah tentu diragukan.

Mengulik esensi halal, bukan hanya sekedar tidak menggunakan bahan-bahan yang haram, namun proses hulu ke hilir harus memenuhi aspek halal yang sudah ditetapkan oleh fatwa MUI. Pemerintah harusnya mengatur pembagian makanan yang dilakukan oleh masyarakat non muslim kepada umat muslim agar tidak mengganggu akidah keimanan mereka.

Flashback dari kejadian ini, sudah seharusnya umat muslim hijrah, kembali lagi ke fitrah ajaran Nabi Besar Muhammad Shallalahu, alahi wassalam.
Bahwa tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah. Pantang untuk meminta, sekalipun dalam kondisi sulit. Allah memuliakan hambanya yang dalam keadaan susah masih mau bersedekah. Di masa sekarang, sulit menjumpai pribadi umat yang mengikuti sunah Rasul. Namun, masyarakat muslim dibuat geger dan serasa tertampar, ketika seorang ibu pemulung di daerah Tebet mau dan mampu berkorban beberapa ekor kambing pada Idul Adha beberapa tahun lalu.

Datangnya Ramadan mengajarkan banyak nilai-nilai kebaikan. Banyak hikmah yang bisa dipelajari ketika berpuasa. Diantaranya, merasakan penderitaan kaum dhuafa yang kesehariannya terbiasa hidup dalam kelaparan. Puasa menjadi momentum koreksi diri bagi umat Islam untuk tidak berlebihan-lebihan, diantaranya dalam mengonsumsi makanan. Adab makanpun sudah ditegaskan, utamanya makan ketika benar-benar lapar dan berhenti sebelum kenyang, dengan porsi 1/3 makanan, 1/3 minuman serta 1/3 untuk udara.

Nabi Muhammad Terbiasa Lapar

Baginda Nabi Besar Muhammad Shallalahu, alahi wassalam sepanjang hidup terbiasa dan bersahabat dengan Lapar. Beliau bukannya miskin dan para sahabat tidak mampu membantu. Namun, sengaja merahasiakan dan tidak pernah mau meminta bantuan.

Semasa hidup, perut Nabi selalu kempis tidak buncit. Harta yang dimiliki Baginda Nabi semuanya disedekahkan untuk mensejahterakan umatnya. Tidak terpikirkan untuk mementingkan diri dan keluarganya. Beliau takut, kelak berjumpa dengan Allah Subhanallahu wa Ta’ala, harus mempertanggungjawabkan jabatannya, jika masih ada rakyatnya yang miskin dan kelaparan.

Challengenye sekarang, umat Islam harus kembali meneladani ajaran Rasul. Lakukanlah pada momen hari dan bulan terbaik Ramadan tahun ini. Karena kualitas keimanan kita akan naik grade sehubungan dengan ujian nyata pandemi Covid-19.

Insya Allah, jika umat meneladani ajaran Rasulullah, hati menjadi lebih tenang, sabar dan ikhlas dalam menjalani masa-masa pandemi. Jangan pernah menghardik atau menggunjing karena janji pemimpin yang belum terpenuhi. Sebaiknya, perkuat tali ukhuwah islamiah. Yang berkecukupan dapat membantu tetangga yang membutuhkan. Walau hanya dengan sepiring nasi dan lauk yang kita konsumsi.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala mengingatkan ganjaran untuk para pemimpin curang. Yang sibuk memikirkan diri, keluarga serta kelompoknya. Berjanji, tetapi tidak amanah. Percaya, kelak Allah Swt akan melaknat, serta memintai pertanggungjawaban atas jabatan yang diembannya. Biarlah Allah yang menjadi hakim paling adil bagi umat Islam yang di zalimin. (bud)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait