21 April 2025 - 01:39 1:39
Search

Jika Anies Tak Dapat Tiket Capres, Prabowo Bisa Unggul Telak Atas Ganjar

Peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana didampingi Moderator M Khotib memaparkan rilis survei terbarunya 'Jika Anies Gagal Tiket Capres' di kantor LSI di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (5/6) siang. Foto: Joesvicar Iqbal/ipol.id

IPOL.ID – Ada kekhawatiran apa yang terjadi jika Anies Rasyid Baswedan dikalahkan pada Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden 2024, justru sebelum kampanye dimulai. Namun jika yang mengalahkannya bukan suara rakyat di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Tapi bagaimana jika yang mengalahkan Anies adalah ketuk palu Mahkamah Agung (MA). Hal tersebut dikupas dalam rilis terbaru lembaga survei yang dipaparkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.

Peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana menyampaikan, Anies tersisih bukan karena kalah suara di hari Pemilihan Presiden (Pilpres) tapi karena dia gagal mendapat tiket Calon Presiden (Capres) 2024.

Itu terjadi, sambung Ade, jika Partai Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bermasalah secara hukum karena MA memenangkan gugatan Moeldoko.

Kemungkinan kalahnya Demokrat versi AHY di MA, lanjutnya, belum pasti. Tapi kemungkinan itu tak pula bisa sama sekali diabaikan.

“Tanpa kehadiran Anies sebagai Capres, maka Pilpres 2024 hanya diikuti All The President’s men: head to head Prabowo versus Ganjar, sehingga kondisi ini digali dalam presentasi LSI Denny JA kali ini,” papar Ade didampingi Moderator M Khotib di kantor LSI di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (5/6) siang.

Terganggunya koalisi perubahan mengusung Anies karena beberapa hal. Pertama, pada Mei 2023, Partai Demokrat versi Moeldoko mengajukan empat bukti baru ke MA agar kepengurusan disahkan.

“Jika Demokrat versi moeldoko disahkan, Demokrat besar kemungkinan tak mendukung Anies Capres 2024. Ganti pimpinan sah di Partai Demokrat, berganti pula calon presiden,” jelasnya.

AHY sendiri termasuk paling awal membuat pernyataan. Mengenai gugatan hukum Moeldoko terhadap kepengurusan DPP Partai Demokrat melalui Peninjauan Kembali (PK) ke MA berujung untuk menggagalkan Anies Capres 2024.

Kedua, kasus hukum juga menimpa petinggi Partai Nasdem. Kasus korupsi Rp8 triliun membelenggu Johny G Plate sebagai Menkominfo. Masalahnya Johny juga Sekretaris Jendral Partai Nasdem.

“Pemberantasan korupsi memang menjadi prioritas untuk membentuk pemerintahan bersih. Namun konteks dan suasana politik masa kini mudah saja menafsir peristiwa juga sebagai bagian tekanan politik,” terang Ade.

Ketiga, diberitakan pula bisnis yang terdampak setelah deklarasi Anies sebagai Capres Nasdem. Ada jasa katering selama 30 tahun di Freeport terancam diganti. Usaha properti senilai Rp8 triliun yang rencana dapat pinjaman bank pemerintah bakal macet.

“Jika Demokrat atau Nasdem tak lagi mencalonkan Anies, tiket Capres Anies gagal didapat. Tanpa kehadiran salah satu partai itu, Koalisi Perubahan tak mencapai minimum 20% tuk pencalonan presiden,” bebernya.

Namun apa yang terjadi jika hanya (head to head) Prabowo versus Ganjar, karena Anies batal Capres 2024? Siapa unggul, Prabowo atau Ganjar? Di segmen mana mereka menang dan kalah?

Ade menjelaskan, jika Pilpres satu putaran Prabowo vs Ganjar bakal menempatkan Prabowo sebagai pemenang, selisih 7.2%. Elektabilitas Prabowo sebesar 50.4%, Ganjar 43.2%.

Posisi dukungan capres tertutup tiga nama (Prabowo, Ganjar dan Anies), Prabowo unggul tipis 33.9%. Ganjar 31.9%. Anies 20.8%. “Prabowo menang, selisih 2.0% saja di atas Ganjar”.

“Kemenangan Prabowo atas Ganjar lebih telak saat head to head. Selisih kemenangan Prabowo atas Ganjar naik, dari selisih 2.0% menjadi selisih 7.2%,” tukasnya.

Mengapa terjadi peningkatan elektabilitas Prabowo saat head to head dengan Ganjar? Hal itu karena migrasi pemilih Anies tak berimbang.

Mayoritas pendukung Anies lebih banyak berpindah ke Prabowo dibanding migrasi ke Ganjar.

Sebesar 50.8% pendukung Anies pindah ke Prabowo. Sedangkan pendukung Anies pindah ke Ganjar hanya separuhnya 25.4%.

Kemenangan Prabowo atas Ganjar paling tinggi disegmen pendapatan di bawah dua juta perbulan. Di segmen ini, elektabilitas Prabowo capai 51.4% dan Ganjar 41.4%.

Prabowo menang disegmen pendidikan tamat SD ke bawah, dan pendidikan tamat D3 keatas. Ganjar menang disegmen pendidikan tamat SMP sederajat, dan SMA sederajat.

Kemenangan Prabowo atas Ganjar paling tinggi disegmen tamat SD kebawah. Prabowo capai 56.4%. Ganjar sebesar 37.1%.

Kemenangan Ganjar atas Prabowo paling tinggi disegmen tamat SMA sederajat. Ganjar capai 47.7% dan Prabowo 45.4%.

Menurutnya, Prabowo bisa saja menang di tujuh pemilih partai (Gerindra, Golkar, PKB, PKS, Nasdem, PAN, dan Demokrat). Ganjar menang di pemilih PDIP.

Muncul pertanyaan, kemana Anies dan Partai Koalisisi Perubahan jika gagal raih tiket Capres 2024? Ade menyampaikan, Anies bisa bertarung kembali di Pilkada DKI 2024-2029. Atau bisa pula, Anies masuk dalam bursa Cawapres 2024.

“Apapun dipilihnya, Anies tentu memilih, membuat lebih mudah tuk dapatkan tiket Capres di 2029 nanti, lima tahun kemudian,” ujarnya.

“Jauh lebih besar kemungkinan semua partai Koalisi Perubahan: Nasdem, PKS, dan Demokrat bergabung ke Prabowo,” tambahnya.

Terkait bursa Cawapres jika hanya Prabowo vs Ganjar. Bagaimana partai besar lain, untuk Partai Golkar, jika Anies gagal dapat tiket Capres dari Koalisi Perubahan, kartu Golkar justru hidup.

“Golkar buat Anies peroleh tiket Capres cukup berkoalisi dengan salah satu partai apa saja, di luar PPP agar mendapat tiket minimum 20 persen kursi DPR,” katanya.

Golkar justru akan memiliki daya tawar lebih kuat lagi, dapat menggertak. Jika Airlangga Hartarto (AH) tak menjadi Cawapres terpilih (oleh Ganjar atau Prabowo), Golkar bersama partai lain dapat menghidupkan kembali tiket Capres Anies.

“Tapi tentu itu bergantung nekatnya Airlangga berhitung apa yang akan menimpa dirinya dan Golkar jika berani mencalonkan Anies Capres. Airlangga akan berkaca,” tambahnya.

“Airlangga bisa pengaruhi elektabilitas Capres secara tak langsung. Karena bawa mesin partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat untuk isu ekonomi,” ungkapnya.

Sedangkan Cawapres lain hanya memiliki dua atau satu variabel saja yaitu Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Mahfud MD dan Khofifah.

Upaya menggagalkan Anies sebagai Capres di 2024 belum tentu berhasil. Hasil tekanan politik dan hukum justru dapat memberikan militansi tambahan bagi Koalisi Perubahan.

Semakin ditekan justru makin hidup. Bahkan Koalisi Perubahan dapat memainkan kartu ‘diperlakukan tak adil,’ atau ‘dizalimi’.

“Ini untuk mendapat simpati ekstra pemilih. Tapi jika benar akhirnya Anies tak dapat tiket Capres 2024, maka Pilpres bakal selesai lebih cepat, akan jadi Pilpres tanpa putaran kedua,” pungkas Ade. (Joesvicar Iqbal/msb)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait