21 April 2025 - 15:25 15:25
Search

Kemenangan Biden Bisa Berdampak di Negara-negara Arab

WartaPenaNews, Jakarta – “Anda harus memaafkan saya jika perhatian saya tampak sedikit teralihkan,” kata duta besar Saudi untuk Inggris saat pandangannya beralih ke ponselnya. “Saya sedang mengawasi hasil yang datang dari Wisconsin.” Hal itu ia ucapkan delapan hari yang lalu, ketika masyarakat dunia belum tahu siapa yang akan memasuki Gedung Putih pada Januari mendatang.

Ketika Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang Pilpres AS 2020, pemerintah Saudi di Riyadh membutuhkan waktu lebih lama untuk merespons dibandingkan saat Donald Trump terpilih pada pemilihan sebelumnya.

Ini tidak mengherankan: mereka baru saja kehilangan seorang teman.

Kemenangan Biden sekarang bisa berdampak luas bagi Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya.

Kemitraan strategis AS dengan kawasan itu dimulai pada 1945 dan kemungkinan bertahan, tetapi perubahan akan datang dan tidak semua perubahan tersebut diterima di wilayah itu.

Kehilangan sekutu utama

Presiden Trump merupakan sekutu besar dan pendukung keluarga Saud yang berkuasa di Arab Saudi.

Dia memilih Riyadh sebagai tujuan kunjungan luar negeri pertamanya saat menjabat sebagai presiden pada 2017.

Menantu laki-laki Trump, Jared Kushner, menjalin hubungan kerja yang erat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Ketika setiap badan intelijen Barat mencurigai sang putra mahkota berada di balik pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018, Presiden Trump menolak untuk langsung menyalahkannya.

Tidak mengherankan tim Mohammed bin Salman memberi tahu orang-orang pada saat itu: “Jangan khawatir, ini bisa diatasi.”

Trump juga menolak seruan keras di Kongres untuk mengekang penjualan senjata ke Saudi.

Singkat kata: Arab Saudi, serta pada skala yang lebih kecil, Uni Emirat Arab dan Bahrain, akan kehilangan sekutu utama mereka di Gedung Putih.

Banyak hal tidak akan berubah tetapi berikut ini adalah beberapa hal yang kemungkinan besar akan berubah.

Perang Yaman

Presiden Barack Obama, yang Biden dampingi sebagai wakil presiden selama delapan tahun, ketika itu semakin tidak nyaman dengan sepak terjang Arab Saudi dalam peperangan melawan pemberontak Houthi di Yaman.

Saat Obama meninggalkan jabatannya, perang udara itu telah berlangsung selama hampir dua tahun dengan sedikit keberhasilan militer yang menimbulkan dampak kerusakan besar pada warga sipil dan infrastruktur negara.

Presiden Obama sadar ketidakpopuleran perang itu di kalangan Capitol Hill dan ia pun mengurangi bantuan militer dan intelijen AS untuk Saudi.

Pemerintahan Trump memutarbalikkan langkah itu dan praktis memberikan keleluasaan kepada Saudi di Yaman.

Sekarang tampaknya situasi itu akan berubah lagi, karena Biden baru-baru ini mengatakan kepada Dewan Hubungan Luar Negeri bahwa dia akan “mengakhiri dukungan AS untuk perang yang dipimpin Saudi di Yaman dan memerintahkan penilaian ulang hubungan kita dengan Arab Saudi”.

Tekanan yang akan datang dari pemerintahan Biden terhadap Saudi dan Yaman untuk menyelesaikan konflik ini kemungkinan bakal meningkat.

Saudi dan UEA beberapa waktu lalu menyadari bahwa perang ini tidak akan pernah berakhir dengan kemenangan militer.

Mereka sendiri telah mencari jalan keluar yang dapat menyelamatkan wajah mereka sekaligus tidak meninggalkan pihak Houthi pada posisi yang sama ketika perang itu dimulai Maret 2015. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait