25 April 2024 - 00:12 0:12

Kementan Kembangkan Industri Pangan Lokal Berbasis UMKM

WartaPenaNews, Jakarta – Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman sumber daya pangan, namun belum semua dikembangkan secara optimal. Salah satunya adalah beragam pangan lokal seperti sagu, singkong, dan jagung. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) tengah berusaha mengembangkan industri pangan berbasis tepung lokal.

Melalui kegiatan Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL), Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan telah memfasilitasi pembangunan 3 pabrik pengolahan sagu yang berlokasi di Kabupaten Meranti Provinsi Riau, Kabupaten Kepulauan Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Merauke di Provinsi Papua.

Pabrik pengolahan sagu di Merauke sudah beroperasi sejak akhir Oktober 2019, sedangkan dua pabrik lainnya di Meranti dan Karimun mulai beroperasi awal Desember 2019.

Di Kabupaten Merauke Papua, PIPL ditempatkan di Kampung Tambat, yang mempunyai potensi Sagu 250 hektar, sedangkan yang digarap kelompok tani Dwitrap baru seluas 15 hektar.

“Kami sangat senang adanya bantuan alat mesin pengolah sagu melalui kegiatan PIPL Badan Ketahanan Pangan,” ujar Ketua Kelompok Tani Dwitrap, Yakobus.

Melalui peralatan bantuan PIPL, sebatang pohon sagu yang biasanya dikerjakan 3 sampai 5 hari dan menghasilkan 250 kg sagu basah atau 125 kg sagu kering, kini terjadi peningkatan signifikan. Sekarang, 1 batang pohon sagu ukuran 10 sampai 12 meter dapat dikerjakan hanya 1 hari, dan menghasilkan 480 sagu basah atau 240 kg sagu kering.

Baca Juga: Sejumlah Lintasan Rel Commuter Terendam Banjir

“Saya sangat berterimakasih adanya bantuan peralatan PIPL ini, karena selain mampu meningkatkan produksi, juga pendapatan dan kesejahteraan kami,” ujar Yakobus.

Asisten II Bidang Perekonomian Pemkab Merauke, Sunarjo yang ditemui mengatakan, sangat berterimakasih adanya bantuan dari Kementerian Pertanian.

“Kami akan dukung pengembangan sagu di Merauke, karena sagu ini bukan hanya tanaman untuk dikonsumsi, tetapi juga menjadi tanaman adat yang perlu terus dikembangkan,” ujar Sunarjo.

Sunarjo juga akan membantu pengembangan sagu di wilayahnya melalui APBD, dan pemasarannya.

“Semua rapat-rapat dan pertemuan, konsumsinya harus menggunakan pangan lokal dari sagu,” ujarnya.

Ungkapan optimisme juga disampaikan Wakil Bupati Meranti Said Hasyim, dalam launching tepung sagu Kulim Jaya beberapa waktu lalu. Dia menyatakan bahwa tepung sagu dapat menjadi satu lompatan baru, bagi pengembangan pangan lokal sagu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Dengan adanya produk sagu, kami menginginkan sagu Meranti dikenal sampai ke mancanegara, bahkan menjadi sumber pendapatan menjanjikan bagi masyarakat,” harap Said.

Menurut ketua kelompok Kulim Jaya, Erwan, bantuan dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan volume produksi tepung sagu hingga dua kali lipat. “Sebelum adanya bantuan, kami hanya mampu memproduksi tepung sagu 500 kg per hari. Setelah adanya mesin pengolah sagu bantuan PIPL, kami mampu memproduksi tepung sagu hingga 1,2 ton per hari,” ujar Erwan.

Sama halnya di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Pabrik pengolahan sagu bantuan PIPL mampu melipatgandakan produksi hingga 400%. “Sebelum mesin pengolahan sagu ada, kami hanya mampu mengolah 2 pohon sagu per hari, setelah bantuan ini hadir, peningkatan volumenya luar biasa karena bisa menjadi 8 pohon sagu atau setara 1,2 ton tepung sagu per hari,” kata Sinar, ketua kelompok Usaha Sagu Sinar, Kabupaten Karimun.

Peningkatan ini tentu berdampak positif pada pendapatan petani sagu di wilayah ini. “Dengan adanya bantuan kegiatan PIPL, pendapatan petani kami meningkat dari 400 ribu rupiah per hari, menjadi 1,6 juta rupiah per hari,” ujar Erwan.

Subtitusi Tepung Gandum

Menurut Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi, PIPL difokuskan pada produksi tepung berbasis pangan lokal, sebagai alternatif bahan baku untuk industri pangan olahan.

“Kebutuhan gandum mencapai sekitar 10 juta ton, dan 8 juta ton di antaranya untuk industri makanan. Kebutuhan ini sangat besar dan harus dikendalikan, sehingga volume impor gandum bisa dikurangi secara bertahap,” tutur Agung.

“Kita punya banyak sumber pangan lokal yang bisa diproduksi jadi tepung. Sebagian bisa sebagai substitusi tepung menjadi bahan substitusi gandum. Ada singkong, sagu, dan jagung. Ketiga komoditas ini dikembangkan, karena berdampak besar bagi masyarakat,” tambah Agung.

Untuk mengembangkan industri pangan lokal, Agung menegaskan pentingnya tiga komponen, yaitu petani sebagai produsen bahan baku, kelompok pengolahan pangan, dan pemasaran sebagai off taker. Ia berharap dukungan dari pelaku usaha untuk menjadi off taker dari produk tepung yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan PIPL ini.

Selain mengembangkan sagu di 3 provinsi, PIPL di tahun 2020 juga mengembangkan jagung di Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur, serta singkong di Lampung, dan Jawa Tengah.

Targetkan 1.000 Pengusaha Pangan Lokal

Tekad untuk memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan pangan lokal, juga terlihat dari arah pengembangan pangan lokal ke depan yang berbasis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM memiliki peran strategis dalam mengembangkan industri dan komersialisasi pangan lokal. Sektor UMKM menjadi hal paling menjanjikan mengingat 90% pangan dihasilkan oleh UMKM. 99,9% pasar industri dikuasai oleh UMKM yang dapat menyerap 97% dari tenaga kerja nasional serta menyumbang PDB Nasional sebesar 60%.

“Ini adalah gerakan bersama, bukan hanya Kementerian Pertanian, atau Kementerian Koperasi dan UKM, ini urusan rakyat, urusan kita semua, semua bisa jalan apabila ada kebersamaan di antara kita, termasuk UMKM yang kita ketahui memiliki ketahanan usaha luar biasa, dan salah satu penopang perekonomian bangsa,” ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam acara Gelar Pangan Lokal di Yogyakarta, Minggu (8/12/2019).

Kementan menargetkan tumbuhnya 1.000 pengusaha pangan lokal hingga tahun 2024 yang dikenal dengan program PIPL1000.

PIPL 1000 mencakup tiga aspek pengembangan yaitu: inovasi produksi, pengembangan akses, dan penguatan kelembagaan. UMKM pangan lokal akan dibekali pelatihan teknologi pengolahan untuk meningkatkan kualitas dan cita rasa produk pangan lokal. Selain itu, dilakukan perbaikan manajemen bisnis agar pelaku UMKM dapat mengelola bisnisnya dengan handal. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas bahkan hingga ekspor, akan didukung dengan strategi branding dan marketing, serta pengembangan jaringan distribusi baik secara offline maupun online.

“Kita ingin meningkatkan nilai pangan lokal demi memperkuat ketahanan pangan nasional, memberdayakan UMKM lokal serta menumbuhkan kemitraan pangan lokal, baik di hulu maupun hilir di semua stakeholder terkait,” pungkas Agung. (azk)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
24 April 2024 - 12:17
Imbas Tebak-tebakan ‘Hewan Mengaji’, TikToker Galih Loss Berakhir di Jeruji Besi

WARTAPENANEWS.COM -  Polda Metro Jaya menetapkan TikToker bernama Galih yang memiliki akun @Galihloss29 sebagai tersangka. Hal ini dilakukan buntut dari konten tebak-tebakan terkait 'hewan mengaji'. Galih ditangkap oleh Dittipidsiber Bareskrim

01
|
24 April 2024 - 11:16
Alyssa Soebandono Lahirkan Anak Perempuan

WARTAPENANEWS.COM - Alyssa Soebandono baru saja melahirkan anak ketiganya yang berjenis kelamin perempuan. Kehadiran anak ketiganya jelas disambut bahagia oleh istri Dude Harlino beserta keluarganya. Diketahui anak ketiga Alyssa dan

02
|
24 April 2024 - 10:15
Perkosa Perempuan ODGJ, Pria di Bandar Lampung Dibekuk Polisi

WARTAPENANEWS.COM - Seorang pria lansia nekat memperkosa perempuan pengidap gangguan jiwa atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di pinggir jalan. Pelaku berinisial MA (66) warga Gunung Agung, Kecamatan Tanjung Karang

03