19 April 2024 - 18:30 18:30

Kiprah Soekarno, Tien Soeharto, Cucu Canggah R.A. Kartini dan Generasi Muda Indonesia untuk Asa Kuliner Nusantara

Kiprah Soekarno, Tien Soeharto, Cucu Canggah R.A. Kartini dan Generasi Muda Indonesia untuk Asa Kuliner Nusantara

WartaPenaNews, Jakarta – Berbagai ide, gagasan, dan upaya kreatif dilakukan pemerintah dan praktisi untuk memperkenalkan keberagaman kuliner Nusantara. Dari 3 era pemerintahan, kami melihat upaya kreatif yang diinisiasi Bung Karno, Ibu Tien Soeharto, serta sinergi pemerintah dengan praktisi di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi.

Ir Soekarno melalui Ibu Hartini memerintahkan istri menteri kabinet untuk mendata dan mengumpulkan resep-resep masakan dari seluruh daerah Indonesia. Ahli gizi dan ahli kuliner pun dilibatkan, gawe akbar dalam mendokumentasikan produk kuliner ke dalam literasi ini patut diapreasiasi.

Sebuah buku, atau lebih tepat disebut kitab, karena jumlah halamannya yang sangat banyak, menjadi warisan berharga bagi bangsa Indonesia.

Kitab kuliner Mustika Rasa memuat 1,600 (seribu enam ratus) resep, beserta artikel dan tips, diantaranya menata dapur, menutup meja, seni melipat serbet, menganyam selongsong ketupat dan berbagai informasi menarik seputar dunia kuliner serta unsur pendukungnya.

Pembuatan kitab kuliner yang sangat fenomenal di zamannya hingga sekarang menjadi bukti totalitas Soekarno sebagai kepala Negara dan pelestari budaya.

Sayangnya, kitab dicetak dan diterbitkan dalam kondisi yang belum sempurna, karena terjadi pemberontakkan G 30 S PKI. Namun bagi penikmat sejarah, kitab kuliner ini menjadi sesuatu yang berharga dan diburu dengan harga mahal.

Kekinian, Mustika Rasa diproduksi ulang oleh komunitas bambu. Dicetak dalam jumlah terbatas, dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Di masa pemerintahan Soeharto, Ibu Tien memiliki peran menonjol untuk kemajuan kuliner Indonesia. Ibu negara yang aktif turun ke dapur mengolah kuliner “ndeso” favorit presiden Soeharto, menggagas beragam gerakan dan even kreatif untuk kuliner, diantaranya gerakan Aku Cinta Makanan Indonesia yang merupakan bentuk perlawanan atas dominasi kuliner asing yang masuk ke Indonesia pada masa itu.

Ibu Tien selalu mewanti-wanti isteri para menteri, dan isteri diplomat yang sedang bertugas untuk aktif mempromosikan kuliner Indonesia, dalam tataran keluarga dan di dunia Internasional.

Mantan Menteri Luar Negeri Prof.dr Mochtar Kusumaatmadja turut andil memperkenalkan diplomasi kuliner ketika bertemu dengan petinggi dan penguasa asing. Salah satu rekam jejaknya meng-upgrade sajian pecel lele ala fine dinning berkolaborasi dengan hotel berbintang.

Suryantini N. Ganie, Wariskan Buku Kuliner R.A. Kartini

Praktisi dan konsultan kuliner Indonesia Suryantini. N. Ganie menjadi sosok yang paling banyak berjasa atas upayanya membumikan kuliner Nusantara kepada masyarakat Indonesia dan mancanegara.

Mantan wartawati, yang kemudian mendirikan majalah Selera, memanfaatkan jaringan pertemanan dengan istri duta besar dan masyarakat asing yang tinggal di Jakarta, sebagai langkah awal untuk mempromosikan kuliner Indonesia.

Berbagai promosi dan even kuliner dikemas kreatif dan sangat menarik, dengan menjual isu budaya yang diminati masyarakat asing.

Agar tamu asing mengapresiasi, acara diselenggarakan di tempat prestisius seperti hotel berbintang, yang pada masa itu sangat jarang diselenggarakan. Kuliner Indonesia pun naik kelas dan menjadi magnet banyak masyarakat asing untuk mengenal, mempelajari dan mencintai.

Pemilik, dan Pemimpin redaksi majalah Selera, majalah yang membahas kuliner secara komprehensif, menyuarakan “protes” melalui buku.

Buku resep Indonesia Food, Not Only Nasi Goreng ” atau “Pesisiran Food”, yang ditulis menggunakan 2 bahasa, Indonesia dan Inggris, menjadi ekspresi dari kegundahan hati, manakala masyarakat asing hanya mengenal nasi goreng sebagai produk kuliner Indonesia, serta pebisnis hotel berbintang yang dimasa itu belum tergerak untuk mempromosikan menu Indonesia.

Santhi Serad bersama Chef Petty Elliott di London Book Fair 2019. Foto: Dok. Santhi Serad

Sebagai cucu canggah dari R.A. Kartini, Suryantini N. Ganie menerbitkan ulang buku resep warisan eyang putrinya. Buku resep bertulis tangan berbahasa jawa kuno, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, “Kisah dan Kumpulan Resep Putri Jepara, Rahasia Kuliner R.A.Kartini, R.A. Kardinah, dan R.A. Roekmini, memuat 200 resep kuno masakan keluarga besar RM. Adipati Ario Sosroningrat, orang tua Kartini.

Selain menggemari kuliner Jawa klasik yang sebagian terpengaruh oleh budaya kuliner masyarakat pesisiran, tersaji pula kuliner Belanda dan Arab.

Agar bisa dipraktekkan oleh masyarakat, Suryantini menyempurnakan takaran bahan dan melakukan uji coba resep. Upayanya ini sangat inspiratif, karena memberikan cara baru mengenang jasa-jasa Kartini melalui kuliner.

Masih banyak lagi buah pemikiran beliau untuk kemajuan kuliner Indonesia, diantaranya pusat study kuliner Nusantara dan food encyclopedia Indonesia.

Rudy Choirudin, Selebriti Chef Kuliner Nusantara

Upaya dan perjuangan para pendahulu untuk mempromosikan kuliner Indonesia berlanjut ke generasi yang lebih muda, Rudy Choiruddin mengambil peran sebagai presenter kuliner handal.

Wajah Rudy sangat lekat dengan kaum ibu yang ingin mengolah berbagai kuliner Nusantara dengan cara praktis. Tampil on air di sebuah stasiun tv swasta, serta off air berupa demo masak di berbagai daerah, Rudy Choirudin menjadi presenter yang paling banyak mendemokan resep masakan.

Di tengah padatnya jadwal, Rudy menorehkan banyak warisan diantaranya buku masak dan kreasi bumbu dasar masakan Indonesia yang sangat fenomenal. Ibu-ibu dan masyarakat asing yang ingin memasak masakan Indonesia sangat terbantu dengan kehadiran bumbu dasar yang diproduksi massal.

Upaya nya ini mampu memperkuat posisi kuliner Indonesia di dalam dan luar negeri, sebagai kuliner praktis nan eksotis.

Kekinian, Rudy masih aktif sebagai presenter dan instruktur acara masak dan rutin demo masak di berbagai daerah di Indonesia.

Santhi Serad, Pasar Tradisional dan Menghimpun Keberagaman Pangan yang Berserak

Era kekinian, lebih banyak lagi anak-anak muda yang tertarik mengemas kuliner Indonesia dengan beragam konsep dengan ciri khas up-grade, dan fushion (memadukan kuliner Nusantara dengan menu luar). Ada yang menekuni sebagai peluang bisnis, karena menjanjikan.

Tetapi ada pula yang non profit, murni untuk mempromosikan kuliner sebagai identitas dan diplomasi budaya. Salah satunya Santhi Serad, ibu muda yang merupakan salah satu founder di ACMI, (Aku Cinta Makanan Indonesia), gerakan nasional mencintai kuliner Indonesia, yang didirikan bersama William W. Wongso, dan Bondan Winarno.

Berbagai kegiatan dilakukan untuk menghimpun beragam bahan pangan dan sajian yang berserak. Membuat sebuah diskusi menarik, disertai demo masak untuk seluruh anggota, agar wawasan nya bertambah.

Latar belakang Santhi sebagai penulis dan praktisi kuliner Nusantara, serta tanggung jawab sebagai founder di ACMI membawa langkahnya ke berbagai pasar di seantero Tanah Air. Pasar menjadi tempat belajar yang sangat mengasyikkan.

Selama di pasar, Santhi lebur dengan suasana dan pelakunya. Fokus utama men dokumentasikan bahan pangan, serta bumbu yang jarang dijumpai di tempat lain.

Pasar tradisional, bagi Santhi menjadi semacam kanvas kuliner akan keberagaman bahan dan warna-warni bumbu khas Indonesia. Selain membuat dokumentasi, Santhi mewawancarai pedagang, bertanya dan mengulas bahan pangan yang dijumpai.

Totalitas Santhi sudah tidak diragukan, jika informasi yang didapat masih kurang, Santhi akan kembali lagi ke pasar. Butuh waktu berhari-hari untuk meng eksplor pasar ala Santhi.

Kiprah lain yang dilakukan bersama ratusan anggota ACMI mendokumentasikan kuliner, kemudian meresepkan dan memasak bersama. Acara food testing menjadi pamungkas disertai koreksi citarasa menu yang diolah.

Baru-baru ini, Santhi diberi amanah oleh Komite Buku Nasional dan Badan Ekonomi Kreatif sebagai kurator sajian Indonesia di London Book Fair 2019. Berbagai pekerjaan menantang, sebelum, menjelang, dan pada saat acara menjadi tanggung jawab, sekaligus pembuktian talenta nya sebagai salah satu praktisi kuliner Nusantara.

Bersama rekannya Chef Petty Elliott mereka berkolaborasi apik, menghadirkan “Spice Island Revisited” dalam beragam sajian.

Walau tidak menemukan kesulitan berarti, tanggung jawab moral selaku pribadi terhadap kemajuan kuliner Indonesia menjadi acuan setiap program yang dibuat untuk perhelatan akbar tersebut.

Promosi teh Indonesia. Foto: Dok. Santhi Serad

Misalnya, ketika memilih dan memilah resep, Santhi menyadari, pemilihan harus fair, didasarkan akan penghargaan dan kecintaan terhadap kuliner Nusantara yang beragam. Masing-masing kuliner memiliki kelezatan yang khas dan tidak elok untuk dibandingkan.

Namun ketika dihadirkan di London, Santhi harus realistis dengan memilih menu dengan penggunaan bahan dan bumbu yang mudah didapat di sana.

Tugas lain, membuat konsep sajian yang lebur dengan standar internasional. Serta kurasi rasa yang menyesuaikan dengan selera masyarakat Eropa, tetapi tetap terjaga ke otentikan rasanya.

Dan perasaan suka cita ketika menghimpun cerita menarik yang melatar belakangi hadirnya masakan tersebut.

Kolaborasi bersama chef Petty Elliott dan Chef Peter Gordon dari The Providores Restaurant, London memberi nilai tambah pada sajian tuna bumbu gohu, nasi kuning, kari bebek aceh, kering tempe di menu utama. Lapis legit, bubur sumsum menjadi pamungkas jamuan.

Selain seduhan sedap kopi flores bajawa dan teh oolong dari Jawa Barat yang mampu memberikan rasa puas, sekaligus penasaran tamu-tamu asing yang datang.

Jamuan makan siang yang diperuntukkan buat food blogger, food fotographer, dan culinary editor menjadi satu dari momen berkesan selama acara.

“Mereka sangat antusias, dan mengapresiasi keunikan kuliner Indonesia, kata Santhi yang menggemari tahu, tempe, kerupuk, dan sambal. Pertanyaan kritis seputar menu menjadi dialog menarik bagi Santhi dan Petty selama berlangsungnya perhelatan tersebut.

Selain mempromosikan kuliner Nusantara, Santhi membawa 22 jenis kopi Indonesia, 10 teh terbaik Indonesia, serta rempah eksotis diantaranya andaliman, bunga lawang, kecombrang, dan kemukus.

Promosi teh Indonesia diulas khusus dalam talkshow “Leaf it to tea” yang bersumber dari buku yang dibuatnya. Buku yang menceritakan budaya minum teh ala masyarakat Indonesia, menyertakan beragam teh dari perkebunan teh di beberapa daerah di Indonesia.

Kiranya ide, gagasan, dan pemikiran kreatif yang direalisasikan melalui upaya dan usaha oleh generasi ke generasi, akan menjadi kunci kesuksesan kuliner Indinesia, semoga. (bud)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
17 April 2024 - 14:51
Kemhan Kembali Beli Kapal Perang

WARTAPENANEWS.COM -  Kementerian Pertahanan RI menandatangani kontak pengadaan kapal perang canggih fregat jenis FREMM (Frigate European Multi-Mission). Total ada dua unit kapal yang dibeli Kemhan. Kemhan RI menjelaskan, pengadaan kapal

01
|
17 April 2024 - 14:11
Diduga Sakit Hati, Suami Bunuh Istri dengan 17 Tusukan

WARTAPENANEWS.COM -  Sakit hati gegara orangtuanya kerap dihina, seorang suami di Kabupaten Pelalawan, Riau nekat menghabisi nyawa istrinya dengan menikam 17 tusukan di kamar mandi rumah saudaranya. Dalam hitungan jam,

02
|
17 April 2024 - 13:14
Satu Terduga Pembunuh Pria Bersimbah Darah di Sampang Ditangkap

WARTAPENANEWS.COM - Polisi berhasil mengamankan satu pelaku dugaan pembunuhan di Desa Jelgung, Kecamatan Robatal, Sampang Madura, Rabu (17/4/2023). Peristiwa berdarah itu menimpa korban IA (26) warga banyusokah, Kecamatan Ketapang, Sampang,

03