WartaPenaNews, Los Angeles – Sekretaris Negara Bagian Michigan Jocelyn Benson menyebut tuntutan calon presiden petahana Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menghentikan penghitungan surat suara di wilayah itu sebagai suatu hal yang konyol.
Tim kampanye Trump menyebut bahwa pihaknya telah mengajukan tuntutan hukum di Michigan untuk meminta agar penghitungan surat suara dihentikan, serta meminta akses yang lebih luas terhadap proses tabulasi.
“Saya yakin hal ini konyol,” kata Benson, menanggapi tuntutan yang diajukan tim kampanye Trump tersebut, dalam sebuah konferensi pers, Rabu (4/10). Ia menambahkan bahwa semua surat suara sah di wilayah negara bagian itu telah ditabulasi sesuai jadwalnya.
Benson juga menyebut penghitungan suara dilakukan secara “efisien, transparan, aman, dan sesuai prosedur” dan bahwa “siapa pun yang menyatakan hal sebaliknya berarti tidak senang dengan hasilnya.”
Otoritas Negara Bagian Michigan akan melakukan perlawanan yang keras terhadap upaya apapun dilancarkan untuk membuat sengketa atas hasil penghitungan suara atau menyebarkan informasi keliru.
Media CNN dan NBC memproyeksikan capres AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, menang di Michigan per Rabu siang–sehingga memberikan Biden 16 suara electoral college yang menambah perolehan dia untuk mencapai persyaratan 270 suara yang dibutuhkan untuk memenangkan pemilu.
Dengan 99 persen suara yang telah dihitung, Biden mengungguli Trump dengan perbandingan 50,3 persen lawan 48,1 persen, atau hampir 120.000 suara–jauh melebihi jumlah suara yang memenangkan Trump di Michigan pada pemilu 2016 lalu, yakni sekitar 10.000 suara.
Rusuh di Portland dan New York
Unjuk rasa pasca pilpres Amerika Serikat (AS) yang berujung rusuh di Portland, Oregon, telah memicu pengerahan Garda Nasional. Otoritas negara bagian Oregon melaporkan tindak kekerasan terjadi secara luas di pusat kota Portland, kota terbesar di negara bagian tersebut.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (5/11/2020), Gubernur Oregon, Kate Brown, mengaktifkan pengerahan Garda Nasional Oregon beberapa saat setelah Kantor Sherif Multnomah County menetapkan situasi kerusuhan di pusat kota Portland pada Rabu (4/11) malam waktu setempat.
Laporan Kantor Sherif Multnomah County menyebut para perusuh di Portland melakukan aksi perusakan properti. Media lokal KPTV juga melaporkan bahwa para perusuh melakukan vandalisme terhadap gedung-gedung setempat, termasuk memecahkan kaca jendela salah satu gereja, kemudian merusak mesin ATM dan membakar sebuah bendera Amerika di tengah jalan.
Diketahui bahwa warga AS di berbagai wilayah turun ke jalanan untuk meminta setiap suara pemilih dalam pilpres tahun ini dihitung, setelah Presiden Donald Trump yang tanpa dasar mengklaim ada penipuan besar dalam pilpres dan menyatakan akan mengambil langkah hukum di beberapa negara bagian.
Bentrokan juga terjadi di kawasan Greenwich Village, New York City, Amerika Serikat antara polisi dan massa pendemo. Kepolisian New York atau NYPD melaporkan lebih dari 20 orang ditangkap dalam bentrokan tersebut.
Laporan Associated Press, Kamis (5/11/2020) menyebut aksi protes di Fifth Avenue, New York City, pada Rabu (4/11) waktu setempat awalnya berjalan dengan damai. Aksi itu menyerukan agar setiap suara pemilih dalam pilpres AS dihitung.
Namun kemudian muncul sekelompok orang yang membuat kegaduhan di lokasi yang sama, dengan memprotes kebrutalan polisi. Orang-orang dari kelompok inilah yang terlibat bentrok dengan polisi dan akhirnya ditangkap. Polisi setempat juga sempat memadamkan sejumlah api kecil yang disulut oleh para demonstran di lokasi aksi.(wsa/ap/rtr/cnn/ant)