IPOL.ID – Puluhan pedagang pecinta batu mulia berupaya untuk melestarikan batu kecubung dengan membentuk Asosiasi Kecubung Amethyst Indonesia (Akami) di Jakarta Gems Centre atau Pasar Rawa Bening, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (14/7).
Chaerullah, 40, selaku Ketua Asosiasi Kecubung Amethyst Indonesia (Akami) menerangkan, kini para pedagang batu kecubung atau amethyst di Pasar Rawa Bening telah memiliki wadah dengan membentuk Asosiasi Kecubung Amethyst Indonesia (Akami). Tujuannya untuk melestarikan batu kecubung di Indonesia yang tercinta ini.
“Pembentukan wadah asosiasi itu dilakukan untuk melestarikan batu kecubung khas Indonesia dan melawan para oknum pemalsu amethyst. Supaya amethyst ini bisa dikenal lebih banyak orang lagi, pembeli dan kita pastikan yang beredar barang natural (bukan imitasi),” terang Chaerullah di Pasar Rawa Bening, Jumat (14/7) sore.
Meski amethyst bukan termasuk asing di kalangan pencinta batu mulia di Indonesia dan internasional. Sebab, amethyst memiliki keindahan tersendiri, tapi belum semua mengenali karekteristiknya.
Masih ada anggapan dalam pecinta batu mulia bahwa batu kecubung berkualitas dan memiliki harga bernilai tinggi hanya satu warna saja, yaitu ungu tua.
“Padahal bukan berarti (kecubung) warna ungu gelap tidak ada nilainya. Justru balik ke selera, ada yang senang warna amethyst ungu pekat, ada warna ungu muda,” ungkap Chaerullah.
Batu kecubung sendiri banyak ditemukan di Daerah Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Ketapang, Kalimantan Barat, dan Tanjung Bintang, Lampung Selatan.
Lebih jauh, sambung dia, karakteristik dan kualitas batu kecubung itulah yang digaungkan oleh para anggota Akami, baik secara langsung kepada pembeli di Pasar Rawa Bening dan grup jual beli secara online. “Jadi ada edukasi juga yang Akami lakukan,” ucap dia.
Sejurus selama ini kualitas batu kecubung asal Indonesia sudah mendapat tempat di hati masyarakat, bahkan diakui di tingkat internasional. Hanya diperlukan agar semakin ditingkatkan.
Amethyst dengan kualitas dan harga yang tidak berbeda jauh juga banyak dihasilkan dari negara antara lain Uruguay, Brazil dan Bolivia. Namun batu kecubung amethyst Indonesia tetap jadi incaran.
“Menurut mereka kecubung Indonesia sinar merahnya lebih naik, warna ungu pun sangat menarik hati. Pengalaman pribadi, saya beberapa kali dapat konsumen dari Hongkong, Korea dan Rusia, mereka selalu maunya barang lokal,” beber Chaerullah.
Persoalannya banyak oknum yang mengambil untung dari pamor kecubung Indonesia dengan membuat produk sintetis lalu menjual di pasaran layaknya produk asli.
Padahal, kecubung amethyst yang dibuat secara sintetis dan proses hydrothermal semestinya dijual sebagai aksesoris saja. Sebaliknya justru dijajakan layaknya produk asli untuk meraup untung.
Banyak pecinta ametis ragu untuk membeli, sehingga berdampak pada meruginya para pedagang batu kecubung amethyst yang benar-benar menjual produk asli dan berkualitas seperti di Pasar Rawa Bening ini.
“Banyak orang beli amethyst mereka enggak tahu, ternyata pas dicek di laboratorium hasilnya sintetis, hydrothermal. Balik lagi, yang bisa membuktikan batu itu sintetis atau tidak hanya dengan uji laboratorium (lab),” tukas Chaerullah.
Di Pasar Rawa Bening sendiri terdapat sejumlah laboratorium yang dapat melayani pecinta batu untuk memastikan kualitas berbagai batu mulia agar pembeli tidak terkecoh.
“Jadi kalau mau tau batu itu asli kecubung atau tidaknya (sintetis) seperti ada kandungan kaca maupun plastik ya uji lab,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Pasar Rawa Bening, Ahmad Subhan mengatakan, pihaknya mengapresiasi pembentukan Akami untuk semakin meningkatkan pamor batu mulia di Indonesia.
“Pembeli tidak perlu ragu datang ke Pasar Rawa Bening. Bisa datang langsung untuk berbelanja. Di sini tidak hanya ada pedagang, ada pengrajin batu, hingga laboratorium agar batu mulia bisa diuji keasliannya atau jangan-jangan sintetis atau buatan,” ujar Subhan.
Pasar Rawa Bening pun hingga kini terus berupaya menggaet pecinta batu mulia tidak hanya dari Indonesia, tapi juga mancanegara untuk datang berburu batu mulia, akik hingga asesoris.
Bahkan beberapa waktu lalu pihak Kedutaan Korea, Jepang, Jerman, Prancis, Inggris datang untuk mengetahui lebih dalam batu mulia asli Indonesia dan benda warisan budaya lainnya.
“Kita juga sebelumnya rutin menggelar kontes melibatkan komunitas-komunitas dari berbagai wilayah, asosiasi, dan penguji lab. Kita didukung Sudin Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Timur juga,” pungkas Subhan. (Joesvicar Iqbal)
home » Lestarikan Batu Mulia Ini, Pedagang Pasar Rawa Bening Membentuk Asosiasi Kecubung Amethyst Indonesia
Lestarikan Batu Mulia Ini, Pedagang Pasar Rawa Bening Membentuk Asosiasi Kecubung Amethyst Indonesia

Follow Google News Wartapenanews.com
Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.
Trending
Pilihan Redaksi

Peresmian Rumah Sakit Utama Diserang Geng Haiti, 2 Jurnalis dan 1 Polisi Tewas
26 December 2024 - 12:07

Dini Hari Tadi Terjadi 2 Kecelakaan di Tol Cipularang, Dua Orang Meninggal
26 December 2024 - 11:09

Reaksi Tegas Ketua KPK Jika Hasto Ditangkap Megawati Datangi KPK
25 December 2024 - 11:16