21 April 2025 - 07:50 7:50
Search

Luncurkan Buku ke-4 Menuju Indonesia Inklusi, Stafsus Presiden Angkie Yakin Indonesia Bakal Ramah Disabilitas

IPOL.ID – Lebih dari 21 juta penyandang disabilitas di negeri ini sama-sama ingin menikmati Indonesia inklusi.

Tanah air yang ramah disabilitas, sama-sama menikmati hasil pembangunan tanpa diskriminasi serta mendapatkan kesempatan setara untuk berkontribusi.

Berbekal dari itu semua, Staf Khusus Presiden Republik Indonesia (RI), Angkie Yudistia meluncurkan buku ke-4 berjudul ‘Menuju Indonesia Inklusi’, catatan kecil perjalanan ekosistem menuju Indonesia inklusi terhadap penyandang disabilitas.

“Di negara beragam dan berwarna ini, Indonesia tengah berjalan menuju kesana, terimakasih kepada Presiden RI yang telah membela hak-hak para disabilitas di Indonesia,” tutur Angkie Yudistia saat peluncuran buku ke-4 ‘Menuju Indonesia Inklusi’ #TerimakasihPresiden di Gedung TB 41, Jalan Teluk Betung, Jakarta Pusat, Jumat (21/7) siang.

Angkie menceritakan, tentang perjalanan hidupnya dituangkan dalam buku ke-4 ‘Menuju Indonesia Inklusi’. Karena banyak teman-teman disabilitas dengan adanya perkembangan di dunia digital.

“Namun buku tidak didapat dari dunia digital, literasi atau kemelekan membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Angkie.

Sejauh ini apa saja yang telah dilakukan pemerintah, untuk itu buku itu dibuat. Dengan target pembaca di antaranya adalah kaum milenial agar lebih melek ke depannya khususnya terhadap kesetaraan.

Dia berharap sebagai perpanjangan tangan untuk semua disabilitas dan masyarakat Indonesia. Menyuarakan lebih dari 21 juta jiwa disabilitas di Indonesia.

“Sudah waktunya disabilitas setara, harapannya Indonesia lebih ramah disabilitas,” ungkapnya.

Kemudian bagaimana menciptakan itu semua, sambungnya, jujur dia yang juga disabilitas pernah mengalami masa-masa sulit. Bagaimana disabilitas berupaya memperjuangkan hak untuk menjadi warga negara dan lainnya.

Seperti halnya dia harus mengenakan alat bantu dengar, disabilitas punya hak untuk mendapatkan pendidikan, pendataan, menjadi tenaga kerja, kesehatan dan lain sebagainya.

Pengalaman dari 2019-2022, karena saat itu pandemi Covid-19 sebagai penyandang disabilitas tuli sangat sulit bagi dirinya dan disabilitas lainnya dalam berjuang di masa sulit tersebut. Dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperjuangkan hak-hak disabilitas.

“Untuk itu, kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Presiden telah memperjuangkan hak-hak disabilitas. Dan ucapan terimakasih dari para disabilitas itu pun ditulis dan dibingkai”.

Beberapa ucapan terimakasihPresiden dari para disabilitas, di antaranya tertulis:

“TerimakasihPresiden karena telah membantu mewujudkan cita-cita kami meraih prestasi,” tulis Faris Sugiata, Disabilitas Daksa, Para Atlet Cabang Olahraga Boccia.

“TerimakasihPresiden karena telah memberikan kesetaraan kepada kami atlet disabilitas,” tulis Mutiara Kartika, Disabilitas Daksa, Para Atlet Cabang Olahraga Paraswimming.

“TerimakasihPresiden atas kesempatan saya untuk bisa bertanding dan berprestasi untuk nama Indonesia,” tulis Gayuh Satrio, Disabilitas Netra, Para Atlet Cabang Olahraga Catur.

Angkie yang diberikan kesempatan untuk menulis bukunya tersebut membuatnya untuk memberikan dampak luas kepada para disabilitas di Indonesia.

Menurutnya, masih banyak disabilitas yang tidak memiliki NIK. Itu diperjuangkan. Karena dibalik keterbatasan ada kelebihan. Mereka maupun dirinya ingin diberikan kesempatan yang sama.

“Jadi buku itu dibuat selama 1 tahun enam bulan. Pengalaman seperti olah rasa, melihat, memandang, apa yang kita lihat dan dialami ditulis. Tipsnya adalah menulis setiap hari apa yang dirasakan,” ungkapnya.

Ketika stigma itu terjadi, tidak mudah merubah bagi penyandang disabilitas. Tetapi bagaimana implementasi masyarakat, toleransi, dan tenggang rasanya, menjadikan disabilitas sebagai teman. Mendapat pekerjaan sama dan lainnya.

Kemudian etika dalam berinteraksi dengan disabilitas, jangan memandang hanya satu titiknya, jangan mendorong, dan sebaliknya rangkul disabilitas.

Di keluarganya pun Angkie menerapkan inklusi tersebut, tentang bagaimana mengedukasi anak-anak dengan keterbatasan seorang ibu yang tidak bisa mendengar.

“Saya harus melihat gerakan bibir anaknya dan saya tidak boleh terbawa perasaan (baper). Saya juga memberikan pengertian kepada anak bahwa saya menggunakan alat bantu dengar,” jelasnya.

Kemudian untuk pendidikan anak, dia menyerahkannya kepada guru saat di sekolah. Gurunya pun mengerti jadi perlunya kepercayaan kepada suport system.

Nah, sama menariknya dengan buku ke-4 itu, lanjut Angkie, lebih kepada orang tua dia bagaimana mendidik anak berkebutuhan khusus.

Menurutnya, buku itu membuktikan bahwa dia berhasil untuk mandiri dan ingin menunjukkan kepada orang tuanya jika dia berhasil.

Namun demikian, masih banyak pekerjaan rumah (PR) ke depan, rancangan hidup disabilitas dari hulu ke hilir. Saat ini tahap menyelesaikan menuju Indonesia pada inklusinya, masih tahap awalnya masih hilir sekali, dimulai dari pendataan, krusial pendidikan, perekonomian, dan pekerjaan.

“Kalau tidak kerja mau melakukan apa. Tiga prioritas ini saja perlu effort/upaya yang luar biasa. Membangun ekosistem yang tidak mudah, tidak bisa kerja sendirian,” tukasnya.

Untuk itu, disabilitas membutuhkan sinergi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Harapan ke depan adalah buku ini sebagai awal mula untuk semua orang melek bahwa disabilitas ada dan bisa.

“Ketika kesadaran itu terbentuk langkah berikutnya adalah fasilitas, aksesabilitas, kesehatan dan sebagainya. Kami butuh gotong royong, toleransi dan tenggang rasa itu,” ujarnya.

Pak Presiden Jokowi juga sudah memberikan kata pengantarnya. Jadi respon dari awal, arahan beliau untuk komunikasi publik sehingga masyarakat harus tahu.

Bahwa kedudukan warga negara sama dimata hukum apapun keadaannya sudah menjadi kewajiban negara untuk memberikan pelindungan dan pemenuhan hak bagi seluruh rakyat Indonesia.

Disabilitas bagian dari yang tidak terpisahkan dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga peran disabilitas penting bagi negara ini.

Sejauh ini, katanya, Bapak Presiden sangat memperhatikan disabilitas, disabilitas memiliki payung hukum Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas.

Dalam peraturan pemerintah dan peraturan presiden yang ada, artinya bentuk komitmen Bapak Presiden bahwa kepemimpinan inklusi dimulai dari beliau dan juga bersinergi dengan kementerian serta lembaga, pemerintah pusat dan daerah. “Kebijakannya sudah bagus”.

Bahkan beberapa waktu lalu di konfrensi internasional, banyak forum internasional mengatakan, kok bisa Indonesia dapat secepat itu memiliki kebijakan.

Sehingga buku ini dari hulu ke hilir sebagai tolak ukur negara-negara ramah disabilitas, lalu komisi, lembaga disabilitas, inklusi yang diimplementasikan ke sana dan terakhir perihal disabilitas yang berprestasi di bidangnya masing-masing.

“Jadi ke depan saya optimis Indonesia akan ramah disabilitas, dengan bersinergi, kolaborasi bersama, dan jika itu terwujud maka Indonesia yakin akan ramah disabilitas,” pungkas Angkie. (Joesvicar Iqbal/msb)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait