WartaPenaNews, Jakarta -Â Jadwal perpindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur (Kalimantan timur) terus memunculkan tanggapan dari semua golongan. Tidak kecuali pada mahasiswa asal Kalimantan timur yang sedang penempuh studi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Rahma Nur Wida, yang sekarang mengenyam pendidikan di Universitas Hasyim Asyari itu mengatakan, sebagai penduduk asli Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan timur tentu saja perpindahan ibu kota itu ada efek positif dan negatifnya.
“Ya tentunya ada yang membuat suka ada yang membuat tidak seneng. Aku kurang siap dengan kondisi yang akan penuh polusi atau macet, dan jarak yg lama-lama dan jauh untuk ke arah satu wilayah ke wilayah lain,” tuturnya pada TIMES Indonesia Jumat (30/8/2019).
Contohnya, lanjut ia, kecepatan dalam tempuh perjalanan yang biasanya cepat, tetapi karena ada perpindahan ibu kota, akan berbenturan dengan adanya banyak kendaraan yang setiap tahun akan bertambah.
“Dari kecamatan aku ke arah ke kecamatan calon ibu kota yakni di Samboja untuk saat ini butuh tempuh 2 jam itu dengan kecepatan 60-80, itu masih satu kabupaten. Bagaimana kelak saat ibu kota pindah, jumlahnya kendaraan makin banyak, pasti jalanan makin macet,” jelasnya.
Tetapi disamping positifnya, katanya, karena perpindahan ke Kalimantan timur itu dalam berpotensi pada bidang perekonomian. “Kalimantan timur sendiri sudah cukup maju, dua kota (samarinda dan balikpapan) ini saling memiliki lapangan terbang, pelabuhan, pusat perusahaan. Jadi tingkat perkembangan ibu kota kelak akan cepat,” katanya.
Mahasiswi yang lain, yaitu Uswatun khasanah, masyarakat Sepinggan, Balikpapan. Kaltin memiliki pendapat akan berefek positif dan negatif. Misalnya katanya, efek positif fasilitas prasarana dapat makin baik di bumi Kalimantan.
“Sebab kebanyakan rumah dan infrastruktur yang ada (Kalimantan timur) tidak sebagus yg berada di Jakarta dan kota besar yang lain. Mungkin saja warga pedalaman akan lebih mendapatkan perhatian dari pemerintah, hingga pendidikan yang ada bisa terselenggara secara baik,” tuturnya.
Bagian negatifnya, jika ibukota pindah ke Kalimantan timur, perkembangan penduduk akan makin cepat. Di kuatirkan, hutan-hutan di Kalimantan tersulap jadi tempat tandus yg penuh dengan industri.
“Beberapa orang akan bersama-sama pindah ke kalimantan untuk cari peluang hidup semakin besar. Beberapa pendatang akan cari tempat mukim, dan beli tempat lahan kosong yang ada hingga makin lama tanah akan memiliki harga yang menggila (tinggi),” katanya. (mus)
