23 April 2025 - 09:55 9:55
Search

Masa Depan Timnas di Bawah Pelatih Shin Tae-yong

WartaPenaNews, Jakarta – Shin Tae-yong sontak membuat geger Indonesia. Kedatangan pelatih asal Korea Selatan jadi sosok baru setelah dua pelatih asing sebelumnya, Luis Milla Aspas dan Simon McMenemy. Tak hanya banjir dukungan, eks juru taktik Timnas Korsel itu juga membuat sebuah polemik.

Sedikit mengingat saat pelatih berusia 50 tahun ini resmi diperkenalkan kepada publik, sebagai nakhoda baru armada Garuda. Sejak ditunjuk oleh PSSI, Tae-yong langsung bikin rekor. Ya, ia adalah satu-satunya pelatih yang mendapat kontrak jangka panjang, empat tahun.

Sebelum akhirnya menunjuk Tae-yong, nama Milla sempat digadang akan kembali menangani Timnas. Tapi pada akhirnya, Tae-yong diangkat PSSI dengan beberapa pertimbangan. Sayangnya, tak ada penjabaran spesifik soal pertimbangan PSSI menunjuknya.

Target memperbaiki performa Timnas senior yang jeblok di kualifikasi Piala Dunia 2022, adalah tugas pertama yang dibebankan kepada Tae-yong. Instruksi ini diberikan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Komjen Pol Mochamad Iriawan. Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu meminta Tae-yong untuk bisa membawa Timnas menang dalam tiga laga sisa Grup G, melawan Thailand, Uni Emirat Arab, dan Vietnam.

“Saya sampaikan kepada Shin tantangannya. Saya minta timnas kita bisa mencapai yang terbaik dalam sisa laga Kualifikasi Piala Dunia 2022. Saya minta tampil maksimal saat lawan Thailand, UEA dan Vietnam. Saya minta ada perubahan dalam timnas,” ujar Iwan kepada wartawan dalam sesi perkenalan Tae-yong di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Sabtu, 28 Desember 2019.

Dibebani target itu, tugas Tae-yong tentu tak mudah. Meskipun, eks pemain Seongnam Ilhwa Chunma FC ini punya rekor cukup baik sebagai pelatih. Tae-yong pernah menangani Timnas Korsel di berbagai level usia hingga senior. Ia juga pernah membawa Seongnam meraih gelar juara Piala Champions Asia 2010, dan Piala FA Korsel pada 2011.

Yang paling mencengangkan tentunya saat Tae-yong membawa Korsel melibas Jerman yang saat itu berstatus juara bertahan. Berhadapan dengan Jerman di Kazan Arena, The Taeguk Warriors di bawah komando Tae-yong berhasil mempecundangi Jerman 2-0.

Beberapa catatan tersebut yang sepertinya jadi alasan PSSI untuk mendatangkan Tae-yong, untuk menjadi orang nomor satu di skuat Garuda. Meskipun, PSSI tak pernah menjelaskan secara detail alasan menunjuk Tae-yong.

“Keputusan diambil secara faktual dan obyektif,” kata Iwan.

Di sisi lain, Tae-yong sendiri punya misi tersendiri. Tentu, ia ingin meningkatkan kualitas Evan Dimas cs. Kejutan yang pernah ditunjukkan Korsel saat melibas Jerman, ingin ditularkan Tae-yong ke Timnas, dengan karakter asli Indonesia.

Seperti yang dikatakan tadi, pasca-ditunjuknya Tae-yong, lahir sebuah polemik. Sebenarnya, pertanyaan soal mengapa PSSI lebih memilih pelatih asing daripada pelatih lokal, banyak diutarakan oleh publik. Ini juga terjadi saat Milla ditunjuk PSSI untuk menangani Timnas U-22 untuk SEA Games 2017.

Kondisi semakin meruncing, setelah mantan pelatih Timnas U-16 dan U-19, Fakhri Husaini, angkat suara soal statusnya. Legenda Timnas Indonesia ini sempat diminta PSSI untuk menjadi salah satu asisten pelatih Tae-yong. Sosok Fakhri memang sangat vital, mengingat pencapaiannya bersama Garuda Asia saat juara Piala AFF U-16 2018.

Ya, Fakhri punya kemampuan untuk mencari dan menyaring potensi muda. Tapi sayangnya, PSSI terlalu lambat dalam penyelesaian status mantan pemain Petrokimia Putra dan PKT Bontang ini. Fakhri pun meradang. Ia merasa PSSI sedari awal memang tak punya iktikad baik untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Pandangan Fakhri ini tak lepas dari sikap PSSI yang lebih memilih mengirim utusan, dalam hal ini Direktur Teknik Timnas Indonesia, Danurwindo, dibanding mendelegasikan Sekjen atau langsung dengan Ketum PSSI.

“Bang Danur (Danurwindo) bilang saya masih diinginkan PSSI. Tetapi, saya tanya, karena Coach Tae-yong melatih tiga timnas, saya itu sebagai apa? Tetapi, Bang Danur tak bisa jawab. Sebenarnya, buat saya apa yang saya bicarakan dengan Bang Danur itu resmi, karena Bang Danur bilang diperintah (Ratu) Tisha (Sekjen PSSI),” ucap Fakhri.

“Kenapa malah kirim Bang Danur? Kenapa saya tak diundang ke Kantor PSSI, padahal saya di Jakarta. Susahnya bicara dengan PSSI. Menurut saya, PSSI tidak punya itikad baik,” katanya.

Tak segan, kritik pun dilayangkan pria 54 tahun itu kepada induk sepakbola tertinggi di Indonesia. Menurut Fakhri, sudah seharusnya PSSI percaya dengan kualitas pelatih lokal dan tidak melulu memberikan jabatan pelatih utama kepada orang asing.

“PSSI harus percaya bahwa pelatih lokal juga bisa mengangkat prestasi sepakbola Indonesia,” ujar Fakhri.

“Bukan saya merendahkan Shin Tae-yong. Saya yakin, akan banyak ilmu baru, karena memang dia pelatih asing. Tetapi, buat apa? Apakah ada jaminan pelatih asing akan sukses? Menurut saya, rasa hormat PSSI kepada pelatih lokal harus dijaga,” katanya. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait