24 January 2025 - 21:10 21:10
Search

Massa Tuntut PM Bangladesh Mundur

WARTAPENANEWS.COM – Petugas polisi melemparkan gas air mata dan peluru karet ketika para pelajar di Bangladesh membuat blokade manusia di jalan-jalan pada Kamis (18/7/2024).

Menurut seorang pejabat di jaringan tersebut, para pelajar yang menyerbu BTV sebelumnya telah membakar sebuah kantor polisi.

Seperti diketahui, kerusuhan semakin memanas di Bangladesh ketika mahasiswa Bangladesh membakar kantor televisi negara pada Kamis (18/7/2024). Hal ini dilakukan sehari setelah Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina muncul di jaringan tersebut untuk berusaha meredakan bentrokan yang meningkat yang telah menewaskan sedikitnya 32 orang.

Ratusan pengunjuk rasa yang menuntut reformasi peraturan perekrutan pegawai negeri sipil melakukan perlawanan dan membuat kewalahan polisi antihuru-hara yang menembaki mereka dengan peluru karet.

Massa yang marah mengejar petugas yang mundur tersebut hingga ke kantor pusat BTV di ibu kota Dhaka, kemudian membakar gedung penerimaan jaringan tersebut dan puluhan kendaraan yang diparkir di luarnya.

Di tempat lain, BBC Bengali berbicara kepada sekelompok mahasiswa kedokteran yang berlindung di dalam kompleks perguruan tinggi kedokteran setelah mereka diserang oleh kelompok partai pro-pemerintah.

“Saya di sini untuk memprotes diskriminasi dalam pelayanan sipil dan sekarang begitu banyak mahasiswa yang dibunuh oleh polisi, saya juga memprotes hal tersebut,” terag salah satu mahasiswa, Sumi, kepada BBC.

“Protes kami berlangsung damai, namun cara kami diserang membuat saya merasa seperti kami akan dibunuh oleh kelompok partai pro-pemerintah,” lanjutnya.
Layanan BBC Bengali sejauh ini mengonfirmasi 19 kematian, 13 di antaranya terjadi pada Kamis (18/7/2024). Di antara korban tewas adalah seorang jurnalis Dhaka Times berusia 32 tahun.

Dikutip AFP, hari itu menjadi hari paling mematikan sejauh ini. Menurut penghitungan yang mengutip rumah sakit, total 32 orang tewas dalam protes tersebut.

Sheikh Hasina mengecam kematian pengunjuk rasa sebagai “pembunuhan” dalam penampilannya di televisi pada Rabu (17/7/2024), namun kata-katanya sebagian besar ditolak oleh penyelenggara protes, yang menolak tawaran pemerintah untuk melakukan pembicaraan.

“Pemerintah telah membunuh begitu banyak orang dalam sehari sehingga kami tidak dapat melakukan diskusi apa pun dalam situasi saat ini,” kata Nahid Iqbal, seorang pemimpin protes anti-kuota.

“Perdana Menteri meminta diakhirinya kekerasan dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menyerang mahasiswa dengan menggunakan kelompok partai pro-pemerintah dan polisi,” terang mahasiswa lainnya, Aleem Khan, 22 tahun, kepada BBC. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait