WartaPenaNews, Jakarta – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui, proses vaksinasi COVID-19 saat ini belum optimal. Salah satu alasannya karena dosisnya masih terbatas. Namun, ia bilang mulai semester II-2021, dipastikannya vaksinasi akan cepat.
Budi menyebut, hingga semester I tahun ini, dosis vaksin yang dimiliki Indonesia baru sebanyak 70-80 juta. Untuk itu, supaya mencapai target 363 juta dosis akan bisa dilakukan mulai semester II-2021.
Dengan kapasitas vaksin hanya 70-80 juta maka masyarakat yang divaksin baru bisa sebanyak 24 persennya dari target 181,5 jutal. “Akibatnya, sisanya yang kira-kira 75 persen akan tersedia mulai Juli,” kata dia di kawasan ICE BSD, Tangerang, Sabtu, 13 Maret 2021.
Budi menekankan, saat jumlah vaksin COVID-19 sudah mulai optimal pada semester II-2021, maka proses vaksinasi per harinya akan lebih optimal. Angka vaksinasi itu mencapai 1,5 juta per hari. Pun, hari ini baru mampu di level ratusan ribu per hari.
“Itu kalau vaksinnya rata tersedia banyak di semester II, akibatnya kita kepepet di semester II, itung-itungan saya harus 1,5 juta suntik per hari,” jelasnya.
Maka itu, Budi menekankan, saat ini proses vaksinasi masih terus dilakukan dengan mendahulukan masyarakat prioritas dengan berbasis risiko, seperti tenaga kesehatan (nakes) dan masyarakat lanjut usia (lansia).
“Lansia karena dari 100 orang yang terkena COVID, 10 persennya yang lansia. Tapi, dari 100 yang masuk rumah sakit, 50 persen yang check out,” ujarnya.
Untuk orang-orang yang terbilang lebih tidak rentan dari COVID-19 maka dimintanya untuk bersabar. Tapi, dia menjamin, 181,5 juta masyarakat akan mendapatkan vaksinasi meski waktunya berbeda-beda.
“Jadi kalau ditanya 24 persen dikasih siapa, ya nakes dan lansia. Mohon sabar pasti dapat karena kita cukup kuat kita lindungi seinor kita yang tidak sekuat kita,” katanya.
Pun, Budi meminta masyarakat bersabar supaya bisa mendapatkan vaksin COVID-19. Sebab, jumlah dosis yang dimiliki hingga tengah tahun ini hanya cukup bagi 24 persen penduduk.
Dalam program vaksinasi, pemerintah menargetkan jumlah penduduk yang akan divaksin sebanyak 181,55 juta orang. Jumlah itu diharapkan sudah mampu membentuk kekebalan komunal atau herd immunity.
“Rakyat disebarkan, karena memang keterbatasan vaksin hanya 24 persen dari populasi kita yang akan disuntik,” lanjut Budi.
Budi menekankan, kondisi ini tidak terlepas dari jumlah dosis vaksin yang masuk ke Indonesia. Menurut dia, hingga Juni 2021, diperkirakan jumlah dosis vaksin yang masuk baru mencapai 70-80 juta dosis.
Maka itu, ia menekankan, saat ini pemerintah baru bisa menyuntik vaksin per harinya sebanyak 100 ribu dosis pada Januari-Februari 2021. Sebab, dosis vaksin yang dimiliki hanya 3 juta. “Itu kenapa kita suntiknya cuma 100 ribu, kalau 1 juta sehari, 3 hari habis, nanti protes semua. Itu kenapa kita atur di 100 ribu,” tuturnya.
Meski demikian, Budi memastikan, mulai bulan ini hingga April 2020, dosis vaksin yang dimiliki Indonesia akan mencapai 10 jutaan. Dengan demikian, penyuntikan harian bisa dilakukan hingga 300 ribu dosis.
“Maret April rata-rata ada 10 jutaan vaksin. Itu sebabnya kita atur base-nya 300 ribuan supaya pas vaksinnya satu bulan terserap,” jelas Budi.
Hingga akhir semester I 2021 atau periode Mei-Juni, Budi menyatakan, dosis vaksin yang akan dimiliki Indonesia mencapai 20 jutaan. Dengan demikian, target vaksinasi harian juga dinaikkan hingga 700 ribu.
“Mei-Juni naik jadi 20 jutaan. Kita naikkan dari hari ini 300 ribu jadi 600-700 ribu vaksinasi. Sampai sekitar Juni kita baru punya vaksin 70-80 juta,” tutur Budi.(mus)