WartaPenaNews, Jakarta – Kawasan Berikat Nusantara (KBN) di Takalar, Sulawesi Selatan, diduga bermasalah. Legislator Kebon Sirih mengungkap temuan ketiadaan bukti fisik pembangunan Kawasan Industri Takalar (KITA) yang selama ini digadang-gadang sebagai proyek potensial dengan nilai investasi fantastis.
Untuk diketahui, KITA ditetapkan sebagai proyek strategis nasional melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020. Data diperoleh, KBN sedang mengembangkan Takalar Integrated Industrial Park (TIIP) sebagai kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan dan berkonsep industri multiklaster yang didukung infrastruktur kawasan lengkap.
Di penghujung tahun 2019, Direktur Pengembangan KBN, Rahayu Ahmad Junaedi menyebutkan, mega proyek tersebut telah banyak dilirik investor. Dia mengklaim sebanyak 50 perusahaan daur ulang asal China di bawah bendera CMRA telah menyatakan kesiapannya bergabung di kawasan industri baru ini.
“Nilai investasi diperkirakan mencapai Rp40 triliun dan nilai produksi dari industri pengolahan ini diperkirakan bisa mencapai Rp200 triliun per tahun setelah konstruksi selesai,” katanya kepada indoposonline.id (WPN Group), Rabu (26/5).
Namun hingga memasuki pertengahan tahun 2021, lanjut dia, tak ada fakta pembangunan yang terlihat di lokasi. Hal itu membuat publik bertanya apakah ini proyek fiktif atau mangrak.
Untuk menjawab itu semua, akhirnya Pansus KBN DPRD DKI melakukan kunjungan ke wilayah proyek yang ditetapkan sebagai proyek strategis nasional. Dalam kunjungannya ke Takalar, DPRD DKI yang memperjuangkan kepentingan DKI sebagai pemilik 26,85% saham di KBN dibuat geleng-geleng kepala.
“(Proyek KBN di Takalar) Belum ada apa-apanya. Itu kan kebijakan dia untuk ekspansi bisnisnya. Anggaran dah ada tapi enggak ada pembangunan. Masyarakat protes pembebasan lahannya,†kata anggota DPRD Jakarta yang terlibat dalam Pansus KBN, Syahrial, Selasa (25/5).
Di sela-sela rapat Pansus KBN, Syahrial bahkan menyentil KBN yang dianggapnya hebat di atas kertas karena melakukan ekspansi tapi belum mampu merealisasikan mimpi mengenai KITA. Padahal anggaran pembangunan telah dimiliki KBN.
“Objek yang kami kunjungi di Takalar. Kalau saya pikir enggak ada objeknya yang dikunjungi. Artinya belum pantas untuk dikunjungi karena belum ada apa-apanya. Selama ini saya terkagum dengan KBN sampai ke Takalar pun sudah ekspansi ke sana. Tapi yang saya lihat hanya gubuk kecil, tanahnya juga enggak jelas,†kata anggota Fraksi PDIP itu.
“Yang katanya juga ada masalah, orang tidak berani ngukur di sana, takut diparangi masyarakat di sana. Yang begini tidak muncul selama ini. Karena kita kunjungan kita mendapatkan masukan seperti itu,†sambungnya.
Syahrial menekankan, persoalan dialami KBN dalam ekspansinya ke Takalar selama ini tertutupi dan baru diketahui saat kunjungan ke lokasi. Padahal Direktur Utama KBN yang kala itu masih dijabat Sattar Taba meyakinkan kawasan industri diperkirakan akan menyerap 15.000 tenaga kerja. Investasi ini akan membawa dampak positif bagi ekonomi Sulawesi Selatan.
“Jangan dulu membayangkan kawasan industri sebagaimana umumnya kita saksikan, pengukuran tanah bahkan sulit dilakukan karena mendapat penolakan keras dari masyarakat. Istilahnya mereka takut ‘diparangi’,†ungkap Syahrial.
Senada, kolega di PDIP yang juga terlibat dalam Pansus KBN, Panji Virgianto menyindir proyek KBN di Takalar. Dirinya meminta direksi KBN hadir tanpa diwakili dalam agenda rapat Pansus KBN mendatang untuk mengklarifikasi persoalan-persoalan dialami KBN, termasuk di Takalar.
“Takalar, saya tertawa prihatin. Anggaran sudah disiapkan tapi tidak dieksekusi. Kayak main-mainan,†sesalnya.
Di lokasi yang sama, Direktur Pengembangan KBN, Agus Hendardi, mengatakan, ekspansi dilakukan karena okupansi di Cakung dan Marunda hampir penuh. Dari tiga opsi lokasi yang ditawarkan, mitra strategis dari China memilih Takalar sebagai lokasi KITA.
KBN merencanakan dibangun di lahan 3.500 hektare dengan perincian 2.600 hektare untuk kawasan industri, 100 hektare kawasan pelabuhan, 100 hektare kawasan perumahan dan komersial, serta 45 hektare menjadi kawasan golf. (msb/ibl)