WartaPenaNews, Jakarta –Â Program bantuan sosial (bansos) dari pemerintah pusat berupa paket sembako untuk keluarga yang terdampak Covid-19 di Jabodetabek, menyisakan persoalan.
Program mulia dari Kementerian Sosial yang mulai dibagikan sejak April 2020 itu, dimanfaatkan sejumlah oknum yang tak bertanggung jawab, mengeruk keuntungan pribadi. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Jakarta, Billy Haryanto, Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Dia menyesalkan adanya oknum yang memanfaatkan program bansos sembako untuk kepentingan pribadi. “Dia membeli beras dari pengusaha, katanya untuk bansos. Namun, hingga kini belum dibayar. Alasannya macam-macam, sampai bilang belum dibayar pemerintah,” kata Billy.
Padahal, kata dia, jika oknum itu belum bayar, pengusaha beras bakal kelimpungan. Lantaran tidak bisa membeli beras dari petani. Siapa oknum itu? Billy enggan menyebutkan. “Yang jelas saya tahu namanya, gelarnya profesor. Kalau enggak beres, saya gigit. Saya akan lapor polisi,” kata Billy.
Sebetulnya, kata dia, pengusaha beras sangat bersyukur dengan program bansos sembako. Karena membantu pengusaha di tengah gonjang-ganjing ekonomi karena corona. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan manfaat dari program itu. “Program itu menyerap stok beras anggota Perpadi,” kata dia.
Menurut Billy, kebijakan Presiden Joko Widodo yang memberikan bansos sembako di tengah pandemi Covid-19, sudah tepat. “Masyarakat butuhnya kebutuhan pokok agar bisa makan,” kata dia. Karenanya, ia dan pengusaha beras mendukung program itu agar sukses. “Rupanya ada oknum yang bikin masalah. Saya akan bawa persoalan ini ke hukum jika tidak asa itikad baik,” kata pengusaha beras yang hobi badminton itu.
Pendapat senada disampaikan Hidayat, pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Dia bilang, banyak pedagang beras mulai mengandalkan penjualan bansos untuk menjaga omzet mereka.
Selain pemerintah pusat, pedagang PIBC juga bermitra dengan PD Pasar Jaya selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyediakan beras bansos ini.
Sejumlah perusahaan, jelas Hidayat, datang ke PIBC dan menawarkan untuk memasok bansos kepada para pedagang. Hanya saja, pedagang beras perlu berhati-hati karena kini ramai penipuan oknum yang datang menawarkan kerja sama pembelian beras bansos, mengatasnamakan pribadi, bukan instansi.
Alhasil, pedagang berisiko mengalami kerugian seperti penundaan pembayaran. Risiko ini jelas dikhawatirkan pedagang, karena mereka tak bisa memutar modalnya untuk membeli beras lagi. “Kami harus pintar-pintar mencari mitra agar beras bansos ini bisa terjual,” tandasnya.
Program bansos sembako untuk wilayah Jabodetabek mulai disalurkan pada April lalu. Program pemerintah itu menyasar lebih dari 5 juta warga jabodetabek yang terdampak covid. Program berjalan selama 3 bulan.(mus)