WartaPenaNews, Jakarta –Â Ketua Bidang Ekonomi Kreatif, Pariwisata, Koperasi dan UMKM Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha muda Indonesia (BPP HIPMI) Rano Wiharta berharap agar para pengusaha disektor pariwisata bersiap menyambut kedatangan masyarakat yang akan berlibur pasca berakhirnya masa pandemi Covid-19.
“Golden moment atau peluang emas ini tentunya harus dimanfaatkan betul-betul oleh industri pariwisata. Akan ada lonjakan besar di sektor ini bahkan Presiden Joko Widodo sudah memprediksi lonjakan ini akan terjadi di awal 2021,” ujar Rano, seperti keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumay (1/5/2020).
Pasca berakhirnya pandemi Corona, tentunya masyarakat memerlukan refreshing keluar rumah. Hal ini tentunya digunakan oleh banyak masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata sebagai “balas dendam†karena berbulan-bulan melakukan semua aktivitas di dalam rumah.
Yang harus dilakukan industri pariwisata saat ini, lanjut Rano, tak lain adalah promosi. Promosi adalah sebuah langkah tepat yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) lalu pemerintah daerah (Pemda) yang memiliki tempat-tempat wisata yang potensial dan seluruh stakeholder.
“Ini tepat dilakukan disaat semua orang jenuh di rumah dan mengidam-idamkan untuk jalan-jalan. Lalu bagaimana dengan pelaku industri pariwisata dalam skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terkena dampak besar seperti penginapan, restoran, rental mobil, dll?,” ucapnya.
Menurutnya, pelaku industri pariwisata yang tidak lagi memiliki biaya untuk berpromosi, disarankan untuk menggunakan kekuatan media sosial. Media sosial adalah sarana gratis, mudah dan paling efektif disituasi saat ini serta bisa dilakukan dimana saja, termasuk di rumah.
“Untuk skala yang lebih besar, Kemenparekraf harus dapat menggunakan peluang ini dengan baik, banyak tempat indah di Indonesia yang belum diketahui oleh masyarakat Indonesia sendiri. Ini saatnya berpromosi masif agar tempat tersebut diketahui luas, supaya nanti setelah wabah Covid-19, masyarakat memiliki banyak pilihan tempat tujuan di negaranya sendiri, ketimbang mereka harus lari pergi berwisata ke luar negeri,” ungkapnya.
Dalam konteks konten promosi, Rano menyarankan, harus juga dibuat visual yang menarik tentunya dan airing atau penyebaran promosinya dibuat luas, bukan hanya dalam tapi juga luar negeri. Satu hal yang sangat prinsip yang harus diubah oleh Kemenparekraf, yaitu tag line promosi pariwisata Indonesia terlalu banyak, seperti Wonderful Indonesia untuk audience luar negeri dan Pesona Indonesia untuk publik dalam negeri.
“Belum lagi tiap daerah memiliki tag line masing-masing. Ini sangat ambigu, seperti kita bingung menentukan identitas pariwisata kita sendiri, jadi jangan heran juga jika orang luar bingung dengan identitas kita. Contohlah Malaysia, begitu berani membuat slogan untuk pariwisatanya, yaitu “Malaysia, The Trully Asia” dengan aktris Michelle Yeoh sebagai Ambassador-nya,” tegasnya. (rob)