24 April 2024 - 05:30 5:30

Pembatasan Sosial Skala Besar Perintah Negara, Warga Sortir Pendatang

WartaPenaNews, Jakarta – Sekelompok warga di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berinisiatif melakukan penyemprotan disinfektan kepada semua orang yang memasuki kawasan permukiman.

Di tengah opsi `pembatasan sosial dalam skala besar` yang dipilih Presiden Joko Widodo, beberapa desa dan kampung di Yogyakarta dan daerah lain mulai melakukan karantina mandiri dan menyortir para pendatang.

Presiden Joko Widodo memastikan pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pembatasan sosial dalam skala besar yang diiringi dengan kebijakan darurat sipil.

Dalam rapat terbatas yang digelar Senin (30/03) dia menghendaki kebijakan pembatasan sosial berskala besar dilakukan “lebih tegas, lebih disiplin dan lebih efektif lagi”.

“Dalam menjalankan kebijakan pembatasan sosial berskala besar, saya minta agar segera disiapkan aturan pelaksanaannya yang lebih jelas, sebagai panduan-panduan untuk provinsi, kabupaten dan kota sehingga mereka bisa kerja,” ujar Jokowi.

Dia juga menekankan bahwa karantina kesehatan, termasuk karantina wilayah menjadi “wewenang pemerintah pusat, bukan pemerintah daerah”.

Baca Juga: Ketua Gugus Tugas Percepatan Covid -19 Mengajak Agar Media Bisa Menyampaikan Berita Positif

Akan tetapi, sejumlah daerah sebelumnya sudah memutuskan untuk melakukan karantina wilayah atau local lockdown, seperti Tegal, Tasikmalaya, Makassar, Ciamis, serta Provinsi Papua.

Meski tak merespons langsung kebijakan yang diambil pemerintah daerah, Jokowi meminta jajaran menterinya untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil pemerintah daerah sejalan dengan kebijakan di pusat.

“Saya harap seluruh menteri memastikan pemerintah pusat dan daerah harus memiliki visi yang sama,” kata dia.

Namun, karena hingga kini belum ada aturan pelaksanaan `pembatasan sosial berskala besar`, warga di daerah berinisiatif melakukan karantina wilayah dengan cara masing-masing.

Beberapa desa dan kampung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah lain mulai melakukan karantina mandiri dan menyortir para pendatang.

`Kalau tidak penting, tidak boleh masuk`

Tulisan `LOCKDOWN. Cukup atimu sing ambyar ojo kesehatanmu` (cukup hatimu yang hancur, kesehatanmu jangan) terpampang di pintu masuk Dukuh Kropoh, Condong Catur, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Beberapa pria berjaga sambil bercengkerama di ujung gang, sementara palang pintu menghalangi jalan. Siapa pun yang masuk ke pemukiman itu, dihentikan. Mereka diperiksa dan disemprot disinfektan jika hendak masuk.

“Kita mengantisipasi agar tidak terkena wabah,” kata Sukisawanto, salah seorang warga yang siang itu bersama dengan warga kampungnya berjaga di pintu masuk, Senin, (30/03), seperti dilaporkan oleh wartawan Yaya Ulya untuk BBC News Indonesia.

Menurut Sukiswanto yang juga ketua RW setempat, setiap warganya yang akan masuk ke perkampungan, diminta berhenti terlebih dahulu lalu disemprot dengan cairan disinfektan ke tubuhnya.

Adapun, bagi warga dari luar kampung yang ingin masuk akan didata terlebih dahulu, sekaligus ditanya keperluannya datang ke kampung itu.

“Kalau tidak penting, kami tidak perbolehkan. Kalau penting, kami data dan kami semprot dulu,” katanya.

“Karena kami mengantipasi pendatang dari luar,” lanjutnya kemudian.

Beredarnya informasi tentang ribuan orang di Jabodetabek yang terpaksa pulang kampung ke Jawa Tengah, Yogyakarta dan sekitarnya karena imbas wabah Covid-19, membuat warga khawatir tempat tinggalnya terpapar virus corona.

“Di warga kami tidak ada yang ODP (Orang dalam pemantauan), tapi tetangga sebelah (desa) kami sudah ada, makanya kami hati-hati,” katanya.

Sukiswanto mengaku sudah berkordinasi dengan pihak kepala desa untuk memberlakukan lockdown atau penutupan akses bagi pendatang yang akan masuk perkampungannya.

Sementara itu, di Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta, sejumlah akses masuk ke kampung juga ditutup. Akses masuk kini hanya dipusatkan di pintu utama desa.

“Kalau ada yang mau masuk, kami tanyai dulu kepentingan apa. Kalau tidak penting tidak boleh masuk,” kata Rafael Alvialdo, pemuda desa yang saat itu berjaga di pintu masuk, Senin (30/03).

Sama seperti kampung-kampung lain, alasan penutupan akses jalan, menurut Rafael, agar warga sekitar aman dari dari wabah Covid-19.

Rafael mengaku juga sudah meminta kepada warga pendatang yang tinggal di Patukan atau kos-kosan untuk tidak menerima tamu dari luar dan mengimbau agar warga kos tidak mudik terlebih dahulu.

“Di sini (Patukan) mayoritas warga sendiri. Dan warga kos kami minta untuk tidak mudik dulu,” katanya.

Sementara, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, mengatakan apa yang dilakukan oleh warganya bukanlah bagian dari lockdown, akan tetapi upaya untuk menyeleksi pendatang yang masuk. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
17 April 2024 - 14:51
Kemhan Kembali Beli Kapal Perang

WARTAPENANEWS.COM -  Kementerian Pertahanan RI menandatangani kontak pengadaan kapal perang canggih fregat jenis FREMM (Frigate European Multi-Mission). Total ada dua unit kapal yang dibeli Kemhan. Kemhan RI menjelaskan, pengadaan kapal

01
|
17 April 2024 - 14:11
Diduga Sakit Hati, Suami Bunuh Istri dengan 17 Tusukan

WARTAPENANEWS.COM -  Sakit hati gegara orangtuanya kerap dihina, seorang suami di Kabupaten Pelalawan, Riau nekat menghabisi nyawa istrinya dengan menikam 17 tusukan di kamar mandi rumah saudaranya. Dalam hitungan jam,

02
|
17 April 2024 - 13:14
Satu Terduga Pembunuh Pria Bersimbah Darah di Sampang Ditangkap

WARTAPENANEWS.COM - Polisi berhasil mengamankan satu pelaku dugaan pembunuhan di Desa Jelgung, Kecamatan Robatal, Sampang Madura, Rabu (17/4/2023). Peristiwa berdarah itu menimpa korban IA (26) warga banyusokah, Kecamatan Ketapang, Sampang,

03