21 April 2025 - 06:49 6:49
Search

Pembelajaran Reaktor Nuklir Jarak Jauh Melalui Internet Reactor Laboratory

Reaktor nuklir Kartini

IPOL.ID – Pada 2015 tim Reaktor Nuklir Kartini ingin memperbaiki sistem parameter operasi seperti suhu, tekanan, laju alir, batang kendali, daya reaktor, dan lain-lain. Saat itu, mereka ingin melakukan digitalisasi semua parameter operasi agar Reaktor Nuklir Kartini memiliki logbook yang terekam secara otomatis.

Tim tersebut kemudian memanfaatkan ide logbook yang terekam secara digital untuk digunakan dalam layanan pembelajaran. Jika data sudah terakuisisi, maka akan dapat diakses baik secara intranet maupun internet. Dalam proses uji coba membuahkan hasil, keberhasilan akses data untuk parameter-parameter dari luar lokasi reaktor.

Selanjutnya, tim Reaktor Nuklir Kartini mengembangkannya menjadi pembelajaran jarak jauh melalui kegiatan Nuclear Youth Summit (NYS) di Jakarta. Demonstrasi kegiatan operasi reaktor nuklir secara online untuk pertama kalinya, yang disiarkan secara langsung dari Yogyakarta pada kegiatan NYS tersebut.

Hal itu menandai lahirnya IRL (Internet Reactor Laboratory) Reaktor Nuklir Kartini, menggunakan media teleconference, saat itu.  “Keberhasilan siaran langsung untuk pertama kalinya membuat kami melakukan studi literatur lanjutan, bahwa ada reaktor nuklir yang digunakan untuk pembelajaran jarak jauh seperti di Amerika Serikat, Argentina, dan Prancis. Sistem mereka sama seperti yang kami lakukan,” ungkap Koordinator Pelaksana Fungsi Reaktor Nuklir Kartini BRIN, Umar Sahiful Hidayat, seperti dikutip dalam laman BRIN di Jakarta, baru-baru ini.

Menindaklanjuti keberhasilan percobaan pembelajaran jarak jauh tersebut, tim Reaktor Nuklir Kartini kemudian mengajukan bantuan teknis kepada International Atomic Energy Agency (IAEA). Pada 2017 dan 2018 IAEA mengirimkan pakar IRL dari Argentina untuk membantu melakukan pembenahan sistem yang ada di reaktor, terutama terkait tata letak modul untuk pembelajaran. Ada tiga modul yang disiapkan, yakni operasi reaktor, mengukur daya reaktor, dan mengukur keselamatan reaktor. Tiga modul tersebut dicobakan untuk pembelajaran mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN), atau Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nukir) saat ini.

Mengapa Reaktor Nuklir Kartini cocok untuk IRL? “Karena reaktor itu memiliki daya kecil yaitu 100 kW dan tidak digunakan untuk memproduksi isotop,” tegas Umar. Isotop sendiri dalam produksinya memerlukan operasi panjang. Selain itu, jika daya sebuah reaktor nuklir besar, maka tidak bisa melihat fenomena fisika sebuah reaksi nuklir di dalamnya secara detail.

Modul Pembelajaran

Modul pembelajaran IRL terus dikembangkan, termasuk alat yang dibuat semakin handal terutama terkait pengiriman data. Di 2019 tim Reaktor Nuklir Kartini sudah memiliki lima modul yang ditawarkan kepada universitas-universitas.

“Kampus tidak memiliki reaktor nuklir, padahal topik terkait reaktor nuklir ada dalam pembelajaran mereka dan membutuhkan pratikum yang interaktif terkait reaktor,”papar Umar. Melihat peluang tersebut, tim Reaktor Nuklir Kartini kemudian mengundang komunitas Nuclear School yang beranggotakan para dosen fisika dari berbagai universitas untuk melakukan demo pembelajaran jarak jauh. Hasilnya, pada 2019 peminat yang mencoba pembelajaran jarak jauh ini sangatlah banyak.

Keberhasilan percobaan pembelajaran jarak jauh itu tentunya tidak lepas dari kendala, yakni mahalnya fasilitas teleconference. Kendala ini kemudian teratasi saat masa pandemi COVID-19 di 2020 dengan meningkatnya penggunaan aplikasi Zoom. “Masa pandemi yang mengharuskan pembelajaran dari rumah membuat Reaktor Nuklir Kartini semakin diminati oleh kampus-kampus untuk pratikum, sesuai permintaan topik pembelajaran dari mereka,” jelas Umar.

Pemetaan yang dilakukan oleh Umar dan tim menunjukkan bahwa tidak hanya kampus dalam negeri saja yang membutuhkan pembelajaran terkait Reaktor Nuklir Kartini. Menurutnya, peluang tersebut sangat potensial karena pembelajaran jarak jauh juga dibutuhkan oleh mahasiswa dari luar negeri, lebih lagi jumlah reaktor riset di dunia semakin terbatas.

Untuk itulah, IRL Reaktor Kartini didemonstrasikan secara langsung selama kegiatan General Conference (GC) ke-63, Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) di Wina, Austria, 16 – 20 September 2019, untuk menjaring peminat dari luar negeri. Demo praktikum IRL berjalan sangat interaktif, dimana pengunjung yang berada di markas besar IAEA di Wina, Austria bisa berinteraksi dan berdiskusi secara langsung dengan operator di Control Room reaktor Kartini Yogyakarta.

Sampai dengan saat ini, IRL sendiri sudah berkembang layanannya hingga digunakan oleh universitas dari Uni Emirat Arab, Malaysia, Armenia, dan Kamboja, selain kampus-kampus di dalam negeri. IRL dapat digunakan secara gratis untuk pengguna dari kampus dalam negeri, sedangkan pengguna layanan dari kampus luar negeri wajib berbayar sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain memberikan layanan, modul pembelajaran juga terus dikembangkan dan saat ini tim sedang mengkaji modul dari salah satu reaktor nuklir di Jepang untuk diterapkan di Reaktor Nuklir Kartini.

Peluang IRL Reaktor Nuklir Kartini

Umar juga menjelaskan bahwa Reaktor Nuklir Kartini harus dimaksimalkan pemanfaatannya karena bahan bakar yang ada masih cukup digunakan sampai 40 tahun lagi. Pemanfaatannya tentu tidak hanya sebagai IRL untuk layanan pendidikan, tetapi juga dapat digunakan untuk riset dasar dan pelatihan serta sertifikasi.

Pengembangan IRL juga dilakukan dengan menggandeng IAEA sebagai official partner. Tim Reaktor Nuklir Kartini telah mendapatkan izin dari IAEA dengan menambah jam terbang penggunaan IRL. “IAEA menekankan Reaktor Nuklir Kartini untuk menambah pengguna dari member state (anggota IAEA),” tambah Umar.

“Penetapan kampus BRIN di Babarsari Yogyakarta yang memiliki fasilitas Reaktor Nuklir Kartini, Akselerator, Iradiator Gamma, Radiografi dan lainnya, termasuk Poltek Nuklir sebagai satu-satunya Kawasan Sains dan Edukasi (KSE) dengan nama KSE Achmad Baiquni, menunjukkan komitmen dan strategi BRIN dalam pengembangan dan penguatan sumber daya manusia (SDM), khususnya SDM nuklir baik di tingkat nasional, maupun internasional. KSE Achmad Baiquni ke depan disiapkan menjadi IAEA Collaborating Center on Nuclear Science, Technology and Education, sebagai kontribusi Indonesia untuk pendidikan dunia di bidang nuklir,” tegas Edy Giri Rachman Putra, Plt. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek BRIN. (timur)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait