8 May 2024 - 07:00 7:00

Pendidikan Anak Pengungsi Nduga di Papua Terbengkalai

Perselisihan bersenjata di Nduga Papua dalam delapan bulan terakhir membuat kegiatan belajar-mengajar beberapa anak tidak terurus. Lebih dari 700 anak sekarang terpaksa belajar di sekolah genting yang dibuat para relawan. Beberapa anak korban perselisihan ini hadapi banyak masalah dalam mendapatkan hak pendidikan.

Opinus, bocah lelaki yang duduk di kelas empat Sekolah Basic itu terbata-bata membaca tulisan yang disodorkan kepadanya.

Ia salah satu anak pengungsi Nduga yang sekarang tinggal di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Karena perselisihan, ia terpaksa terpisah dengan ibunya.

Telah berapa waktu lamanya, Opinus tidak belajar di sekolahnya yang terletak di Distrik Yigi.

Berlainan dengan Opinus, Dutiana yang sudah berbulan-bulan pindah di Wamena, sudah sempat belajar di sekolah genting yang dibuat untuk para pengungsi.

Bahkan juga, ia melaksanakan ujian akhir SD-nya di sekolah genting itu.

Anak pengungsi lain, Balison, yang masih duduk di kelas tiga SD, sayai mendapatkan banyak pelajaran saat bersekolah di sekolah genting yang terletak di halaman Gereja Weneroma.

Keadaan sekolah genting yang rusak berat membuat beberapa anak pengungsi terpaksa kembali tidak dapat mengenyam pendidikan.

Sekarang, para relawan sedang membuat kembali sekolah genting yang sudah sempat vsayam selama satu bulan terakhir.

“Yang utama buat kami ialah hak anak jangan hilang cuma karena ada perselisihan, ada masalah politik,” tutur Koordinator relawan pengungsi Nduga dari Yayasan Teratai Hati Papua, Ence Geong, pada BBC News Indonesia, Kamis (01/08).

Ketua Yayasan Peningkatan Pendidikan dan Perekonomian Rakyat Papua, Aki Logoh, menyatakan harapannya supaya pemerintah dan faksi gereja lebih memerhatikan nasib pendidikan beberapa anak pengungsi.

“Sediakan tempat yang wajar untuk beberapa anak agar mereka ada peluang belajar, karena semua harus belajar untuk kebutuhan hari esok,” tutur Aki.

“Semestinya pemerintah membuka mata, gereja membuka mata. Kita kerja sama, pemerintah, warga, gereja, kita kerja sama untuk mengusung beberapa anak ini,” paparnya.

Sudah sempat rusak, sekarang dibuat kembali

Bangunan semipermanen berdinding terpal dan beratap seng yang terletak di halaman Gereja Weneroma jadi tempat bersekolah buat sekitar 723 anak pengungsi Nduga yang sekarang tinggal di Wamena.

Dengan material seadanya, sekolah genting dibuat pada 1 Februari yang lalu, setelah pembangunan usai satu pekan sesudahnya, beberapa anak pengungsi mulai bersekolah.

Pertamanya, sekolah genting menyimpan sekitar 320 anak sekolah dari 10 SD, empat SMP, dan satu SMA di 16 titik di Kabupaten Nduga.

Seiring waktu berjalan, jumlahnya pengungsi semakin bertambah. Jumlahnya terakhir anak pengungsi Nduga yang tempuh pendidikan di sekolah genting mencapai 723 siswa.

“Jumlahnya itu kita tampung di sekolah genting, apa adanya, kita punyai sepuluh kelas di sekolah genting ditambah tiga ruangan dari gedung sekolah minggu yang kita pinjam dari gereja,” papar Ence.

Disadari, keadaan sekolah genting memang tidak wajar. Bangunan sekolah itu cuma dibuat dari kayu dan beratap seng. Beberapa anak yang sekolah juga terpaksa berhimpitan keduanya.

“Beberapa anak ada yang terpaksa berdiri saja atau duduk di tanah, atau jika duduk berdempetan terlalu rapat hingga susah untuk menulis. Tetapi itu keadaan yang dapat kami bikin dan saat ini jika kami bangun , kami sedang bangun kembali, yang akan kami kerjakan ialah memperluas ruang kelas,” jelas Ence.

Bulan lalu, bangunan sekolah dalam keadaan rusak berat dengan keadaan terpal yang sudah compang-camping.

Ini membuat aktivitas sekolah sudah sempat vsayam, hingga aktivitas belajar mengajar beberapa anak pengungsi, ketinggalan dari sekolah-sekolah lain.

Pemerintah Wilayah Nduga sudah sempat memberikan pilihan untuk menyekolahkan beberapa anak itu di sekolah di Wamena, Kenyam dan distrik-distrik lain.

Tetapi menurut Ence, ada masalah buat beberapa anak pengungsi. Pada akhirnya ditetapkan sekolah genting dibuat kembali.

“Kami ingin tidak ingin tetap membuat sekolah genting, meskipun ini sudah terlambat satu bulan.”

“Kami sebenarnya merasakan bersalah dengan adik-adik pengungsi. Tetapi ingin bilang apa, kami harus bekerjasama, tidak dapat asal bangun saja,” jelas Ence.

Jumlahnya beberapa anak Nduga yang pindah diperkirakan akan terus bertambah.

Setidaknya empat anak pengungsi baru masuk dengan belasan anak pengungsi lain di rumah berkunjung yang diurus oleh satu diantara relawan, Raga Kogoya.

Dikatakan Raga, beberapa anak sudah tak sabar untuk bersekolah kembali.

“saya bilang `kamu nantikan ini kami mencari jalan`,” tutur Raga.

“saya yakin minggu esok mereka akan usahakan masuk. Kami akan berikan jika tanggal lima kamu anak sekolah dapat hadir, tanggal 5 (Agustus) akan operasi, itu janjinya. Sekolah sudah rusak keseluruhan tetapi kami berupaya,” tutur Raga.

Masalah jika sekolah dipindahkan

Sebelumnya, Dirjen Perlindungan dan Agunan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, menjelaskan pemerintah berencana untuk menyekolahkan beberapa anak itu di sekolah paling dekat.

“Pada saat bantuan-bantuan mungkin hanya terbatas, akhirnya beberapa anak tidak dapat dilanjutkan di sekolah genting, hingga dinas ditempat sudah memberikan satu kebijakan supaya disekolahkan di sekolah-sekolah paling dekat disana,” katanya.

Tetapi, kebijakan ini dianggap akan memunculkan masalah baru buat beberapa anak pengungsi.

Ence Geong dari Yayasan Teratai Hati Papua yang mengikuti pengungsi sejak eskalasi perselisihan menghangat pada Desember tahun lalu mengutarakan beberapa anak korban perselisihan masih trauma.

Bahkan juga, saat bertemu dengan beberapa orang baru, mereka selalu ketsayatan.

“Ditambah lagi orang baru yang mereka tidak mengenal, yang bertemu kadang-kadang, itu beresiko sekali, mereka tidak akan nyaman sekolah disana.”

Bahasa, lanjut Ence, jadi masalah karena kebanyakan beberapa anak Nduga menggunakan bahasa wilayah, yang berlainan jauh dengan bahasa wilayah Wamena.

“Hingga komunikasi tidak akan menyambung dan itu menghalangi pergaulan beberapa anak Nduga dan beberapa anak yang berada di Wamena.”

Ditambah lagi, kualitas pendidikan di Nduga, disadari Ence, tidak sebaik di Wamena.

Secara nasional, indeks pembangunan manusia di Nduga merupakan yang paling rendah.

Dari segi pendidikan, menurut Ence, kualitas yang berada di Nduga terbilang rendah, demikian perihal dengan keterlibatan siswa didik.

“Karena itu jika beberapa anak Nduga hadir ke Wamena dan hadir ke sekolah-sekolah di Wamena, itu ada ketidaksamaan level yang akan jadi susah untuk disertai oleh beberapa anak Nduga,” papar Ence.

Sangat terpaksa mengulang-ulang dari pertama

Ketua Yayasan Peningkatan Pendidikan dan Perekonomian Rakyat Papua, Aki Logoh, yang mengurus sekolah swasta Tiranus, saat ini sedang mengolah kepindahan tujuh anak pengungsi Nduga di sekolahnya, termasuk Dutiana yang ingin meneruskan pendidikan di sekolah menengah pertamanya di sekolah itu.

Aki Logoh menjelaskan tidak hanya harus mengulang-ulang mulai dari kelas satu, mereka harus juga lengkapi beberapa surat yang dibutuhkan, yang seringkali tidak dibawa mereka saat dalam pengungsian.

“Prioritas cuma hanya itu, kartu keluarga, akta [kelahiran] karena harus masuk di data semua berdasarkan data kartu keluarga itu. Yang prioritas kami di sini kartu keluarga dahulu. Jika yang di SMP harus ada ijazah SD karena ijazahnya ingin dirubah, sulit ya,” katanya.

Bila banyak pengungsi dipindah ke sekolah-sekolah di Wamena, menurut Aki, jadi masalah tertentu karena kemampuan kelas yang hanya terbatas.

“Sebab kelas hanya terbatas, jadi sulit untuk terima banyak. Sebab yang lain sudah ada duluan, jadi kita harus batasi beberapa,” katanya.

Sekarang, jumlahnya siswa SD di yayasannya sudah melewati kemampuan. Kemampuan sekolah yang seharusnya cuma diisi 120 siswa, sekarang diisi dengan 180 siswa yang terdiri dari enam kelas. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
6 May 2024 - 12:17
Rafah Diserang Israel, 19 Warga Gaza Tewas

WARTAPENANEWS.COM – Israel menyerang Rafah di selatan Gaza pada Minggu (5/5). Aksi Israel adalah tindakan balas dendam atas serangan roket sayap militer Hamas yang menewaskan tiga tentara IDF. Menurut pejabat

01
|
6 May 2024 - 11:14
Pagi Tadi, Gunung Semeru Kembali Erupsi

WARTAPENANEWS.COM – Gunung Semeru yang terletak di Lumajang "batuk" pagi ini, Senin (6/5). Gunung tersebut memuntahkan kolom abu setinggi 700 meter dari atas puncaknya. "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari

02
|
6 May 2024 - 10:16
Ada Tumpahan Oli, Jalan Juanda Depok Macet Parah

WARTAPENANEWS.COM – Jalan Juanda dari arah Cisalak ke arah Margonda, Depok, macet parah tadi pagi, Senin (6/5) sekitar pukul 08.00 WIB. Ada tumpahan oli jalan dekat Pesona Square Mal. Pantauan

03