WartaPeneNews, Jakarta – Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan, kesulitan keuangan yang dialami perusahaan maskapai penerbangan di dalam negeri menjadi pemicu mahalnya harga tiket pesawat. Persoalan ini disebabkan terjadinya perang harga antar maskapai, khususnya di low class atau penerbangan kelas ekonomi.
“Sekarang keuangan mereka (maskapai) sudah menipis. Masih harus bayar sewa pesawat ditambah perawatan pesawat yang sudah banyak jatuh tempo,” kata Gatot ketika dimintai komentarnya oleh WartaPenaNews.com, Senin (13/5/2019).
Menurutnya, perang harga menyebabkan sejumlah maskapai mengalami kesulitan keuangan, dan ada beberapa maskapai terpaksa harus menutup usahanya seperti, Mandala, Kalstar, Batavia, dan terakhir Sriwijaya yang diakuisisi oleh Garuda Indonesia.
Selain komponen bahan bakar Avtur yang mencapai 40% dari biaya operasional, minimnya pengawasan pemerintah terhadap perang harga tiket menjadi pendongkrak semakin sulitnya keuangan yang dialami maskapai.
“Salahnya dulu pas main perang harga tidak diawasi dan diingatkan sama pemerintah. Malah didorong. Jadinya masyarakat merasa harga tiket pesawat itu murah. Padahal biaya operasionalnya tinggi,” sambung Gatot.
Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan pemerintah, yakni dengan meniadakan aturan tarif bagi penerbangan rute pulau Jawa. Sedangkan untuk tiket rute luar pulau Jawa harganya bisa diturunkan. “Dengan begitu maskapai bisa subsidi silang antara yang Jawa dan luar Jawa,” kata dia.
Sebagai gantinya, Gatot bilang, masyarakat yang ingin mudik lebaran dengan tujuan wilayah sekitar pulau Jawa bisa menggunakan moda transportasi darat, seperti kereta api, bus, dan mobil pribadi. (rob)