WartaPenaNews, Jakarta – Anak picky eater atau anak yang sulit, pemilih dan rewel soal makan merupakan problem bagi banyak orang tua. Ketidak pahaman orang tua untuk mengolah bahan pangan, minimnya wawasan seputar nutrisi serta trauma anak terhadap bahan pangan tertentu menjadi penyebab anak menjadi picky eater.
Jika kondisi dibiarkan berlarut, serta peran orang tua masih kurang maksimal, ancaman mal nutrisi dan penyakit akan menyerang anak.
Untuk menghindar dari permasalahan ini, para praktisi dan ahli gizi bersepakat untuk memberikan panduan kepada kaum ibu.
Kaum ibu diminta untuk tidak menyerah, serta diharapkan melakukan beragam cara, agar anak picky eater menjadi senang makan.
Ada banyak penyebab anak menjadi picky eater, diantaranya:
1. Faktor lingkungan
Peran orang tua terlalu dominan untuk “memaksakan” selera kepada anak terhadap sejumlah bahan makanan tertentu. Harusnya orang tua mengenalkan semua jenis bahan pangan sesuai dengan kebutuhan anak, agar anak terkesan.
Hal lain, orang tua kurang up-date, dan kreatif ketika menyajikan makanan yang digemari anak.
Untuk mencari jenis makanan dan proses pengolahan yang difavoritkan anak, cari tahu melalui makanan favorit yang digemari anak-anak lainnya. Bahan pangan favorit terbilang beragam, utamanya berupa susu, mentega, dan keju.
2. Trauma Terhadap Bahan Pangan Tertentu
Sayur
Anak sulit bahkan tidak mau makan sayur, karena rasanya hambar, aromanya langu, dan bentuknya kurang menarik.
Solusinya, olah sayur dengan menggunakan keju, susu, dan mentega, diantaranya dibuat krim sup. Bentuk asli sayur yang bikin anak enggan menyantapnya jadi tersamar dan tidak terlihat. Aroma susu dan keju yang sedap, serta bahan tambahan berupa daging olahan seperti daging asap, sosis, dan baso sangat digemari. Dijamin deh, olahan sup krim menjadi favorit anak.
Cara lain mengolah sayur menjadi smoothies. Blender bersama nanas palembang, daun bayam hijau atau bok coi dengan air secukupnya. Kemudian sajikan smoothies dengan es krim vanila, rasanya enak dan segar.
Atau potong sayur kecil-kecil, kemudian dicampurkan dengan bahan pangan lain seperti untuk isian daging gulung.
Jika akan menyajikan sayuran dalam bentuk utuh, Ibu dapat membuat beragam obyek menarik seperti ikan, beruang, atau pohon kelapa dengan membentuk dan memotong atau mencetak sayuran. Kemudian menatanya bersama anak di atas piring saji.
Ikan
Anak trauma karena seringkali tercium aroma amis yang kuat, serta penyajiannya tidak spesial untuk anak, lebih cocok untuk orang dewasa. Selain aroma amis, duri ikan pun ditengarai meninggalkan trauma buat anak.
Solusinya, sajikan ikan sesuai dengan selera anak. Gunakan ikan segar yang aroma amisnya tidak terlalu kuat. Lakukan teknik fillet, mengiris daging tanpa kulit dan tulang. Olahan spesial dan cocok untuk anak, ikan digoreng dengan lapisan bumbu, disajikan dengan saus.
Olahan steam atau kukus dapat dicoba, intinya tidak amis, disajikan dengan saus favorit. Selain varian ikan panggang saus keju, selain lezat, aromanya juga harum.
3. Buat dan Atur Waktu Makan Anak
Banyak kaum ibu yang salah kaprah dengan memberikan makanan tanpa mengikuti waktu makan. Bahkan memaksa anak untuk terus makan.
Cara ini justru membuat anak jadi tidak mau makan, karena merasa dipaksa, bisa jadi anak masih dalam keadaan kenyang. Karenanya, buat waktu dan jadwal makan anak.
Penting juga untuk menghadirkan daftar menu bulanan, untuk menghindari rasa bosan.
4. Anak Menderita Penyakit
Ketika panas dalam, sariawan atau gigi berlubang anak menjadi sulit makan. Penting bagi ibu untuk cek kesehatan anak.
5. Biarkan Anak Makan Sesuai Gayanya
Ketika makan, anak menginginkan gaya santai sesuai dengan kebiasaannya. Disarankan untuk tidak membuat aturan layaknya anak remaja. Walau rada berantakkan, atau dinilai kurang sopan, anak akan merasa nyaman dengan gaya makannya.
Tata cara makan harus diajarkan secara perlahan dan bertahap, dengan pemahaman sesuai dengan daya tangkap anak.
6. Beri Pemahaman dan Ajak Masak
Agar anak picky eater tergugah serta berselera makan, dianjurkan untuk melakukan aktifitas memasak bersama si anak. Ini cara ampuh untuk melibatkan emosinya.
Lakukan menjadi gimmick menarik, seperti menceritakan manfaat sayur dan buah menjadi sebuah cerita menarik.
Agar terjadi interaksi yang membangun pemahaman anak, jangan ragu untuk mengajaknya berbelanja. Diharapkan anak akan menghargai dan tertarik untuk makan.
Dari proses memasak bersama, diharapkan anak akan menghargai makanan, tertarik untuk mengonsumsi, mengetahui manfaatnya, khususnya makanan yang diolah sendiri.
Tugas ibu selain membimbing anak menyelesaikan tahapan-tahapan memasak, juga menerangkan manfaat makanan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, sehingga memori anak akan merekam dan menyerap informasi mengenai makanan-makanan yang bermanfaat bagi anak. (Bud)