Oleh: Arif Reza Fahlepi M.Ikom
HUBUNGAN Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Humas memiliki fungsi yang sangat strategis dalam sebuah korporasi. Dengan fungsi tersebut, praktisi humas punya peran penting menciptakan sebuah reputasi dan harus memiliki strategi yang tepat.
Menurut saya, strategi humas haruslah adaptif, relationship, dan fast respons (ARF). Strategi ini sangat penting karena seorang humas di era digital harus memiliki kelebihan untuk mensuport bisnis perusahaanya.
Apalagi, di tahun 2021 nanti boleh dibilang tahun yang penuh dengan tantangan. Mengingat tahun 2020 ini adalah tahun yang sangat berat setelah segala sektor terdampak COVID-19
Menurut analisa saya, ada dua tantangan yang akan dihadapi industri tahun depan. Diantaranya, pendanaan dari bank yang semakin selektif.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah perpanjangan restrukturisasi yang berpotensi menaikkan rasio NPF karena kemampuan membayar debitur turun.
Kedua tantangan tersebut menjadi tugas seorang Public Relation (PR) juga bagaimana dia dapat memberikan informasi positif sehingga tingkat kepercayaan atau trust masyarakat dan investor tetap terjaga dengan baik.
Seperti kita tahu, dalam dunia PR, trust merupakan elemen penting untuk membangun hubungan yang berkelanjutan. Tanpa trust, pesan-pesan yang disampaikan oleh perusahaan tidak akan efektif.
Pada akhirnya, perusahaan akan terus berkembang berkelanjutan jika siap dan adaptif terhadap perubahan.
Berdasarkan data OJK per Oktober 2020, peningkatan NPF selama pandemi dari sebelumnya sekitar 2 persen menjadi 4,71 persen.
Berdasarkan data-data itulah, kita harus lebih siap diberbagai fungsi diinternal perusahaan khususnya agar pertumbuhan tetap terjaga dengan positif.
Mengutip pernyataan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno, APPI memproyeksikan pertumbuhan industri pembiayaan pada 2021 akan tercermin dari tumbuhnya tiga sektor utama penopang industri. (bisnis.com, 17 Desember 2020)
Yang pertama, dari sisi industri alat berat yang berkaitan dengan konstruksi, pertambangan, agrikultur, dan forestry. Penggunaan kredit lewat multifinance diproyeksi membaik meskipun cenderung konservatif.
Multifinance bisa berharap besar pada faktor kunci keberhasilan pertumbuhan di sektor ini. Di antaranya, proyek pemerintah untuk konstruksi, peningkatan harga komoditas terutama batu bara, nikel, dan emas.
Sedangkan untuk sektor agri, ini akan tergantung pada palm oil, biodiesel, dan harga CPO global.  Adapun, untuk forestry peluang pertumbuhan yang berpengaruh pada alat berat ditopang tren peningkatan harga dan produksi kertas.
Untuk kendaraan roda empat, optimisme tercermin dari target Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang memproyeksi penjualan mobil bisa mencapai setidaknya 700.000 sampai 775.000 unit di tahun 2021.
Sementara roda dua versi Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), memproyeksi adanya pertumbuhan sekitar 11 persen pada 2021.
Tepatnya dari proyeksi 3,6 juta sampai 3,9 juta unit pada penutupan periode 2020, ke angka 4 juta sampai 4,3 juta unit pada 2021.
Sebagai insan humas, kita harus optimis untuk melakukan inovasi dan melakukan proses yang lebih baik lagi membaca peluang dan mendongkrak value bisnis khususnya di industry multifinance
Korelasi antara fungsi humas dan industri mutifinance merupakan kesatuan yang kuat. Sebab tanpa komunikasi yang baik, strategi PR yang baik, pertumbuhan yang diharapkan akan sulit terwujud.
Saya kira, tahun 2021 nanti, banyak peluang yang bisa diambil oleh praktisi humas, khususnya di perusahaan pembiayaan. Peluang itu di antaranya optimalisasi digital ekosistem, karena kita yakin masyarakat Indonesia di manapun sudah terbiasa dengan teknologi digital. Salam ARF
Penulis adalah:
Corporate Secretary & Legal Compliance Division Head PT Mandiri Tunas Finance (MTF) dan praktisi kehumasan.
