29 March 2024 - 04:44 4:44

Peringati 29 Tahun Genosida Khojaly, Dubes Azerbaijan; Butuh Waktu 5 Tahun untuk Bangun Kembali Nagorno-Karabakh

Jakarta, WartaPenaNews – Duta Besar (Dubes) Azerbaijan Jalal Mirzayev mengatakan, saat ini pemerintahnya tengah membangun kembali wilayah bekas pendudukan Armenia di Nagorno-Karabakh. Namun, Jalal Mirzayev mengakui butuh waktu untuk membangun kembali wilayah tersebut.

“Kami kini membangun kembali wilayah Nagorno-Karabakh, jadi butuh sedikit waktu dalam prosesnya,” ujar Mirzayev dalam diskusi webinar untuk mengenang peristiwa pembantaian Khojaly 29 tahun silam, Senin (22/2/2021).

Mirzayev memprediksi pembangunan wilayah Nagorno-Karabakh akan berlangsung selama 4-5 tahun ke depan. “Kami juga dapat mengundang teman-teman Indonesia, jurnalis Indonesia untuk datang dan melihat bagaimana situasi di lapangan (Nagorno-Karabakh),” ujar Dubes Mirzayev.

Peristiwa Genosida Khojaly atau pembantaian yang dilakukan oleh tentara Armenia terhadap penduduk Khojaly, sebuah distrik di daerah Nagorno-Karabkh, Azerbaijan, Eropa Timur terjadi pada tanggal, 26 Februari 1992.

Konflik kedua negara pecahan Soviet ini disebabkan klaim teritorial Armenia terhadap Azerbaijan dengan memisahkan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan dan mencaploknya ke Armenia.

Pada akhir 1991 dan awal 1992, serangan Armenia di Azerbaijan meningkat. Khojaly, sebuah kota di wilayah Nagorno-Karabakh dengan luas total 940 Km2 dan penduduk sebelum konflik 7.000, kebanyakan orang Azerbaijan, menjadi sasaran salah satu operasi tersebut.

Dubes mengatakan, warga Azerbaijan tinggal di wilayah sudut Karabakh, serta tujuh wilayah yang berdekatan yang berada di wilayah pendudukan Armenia. Kini, warga sudah dibebaskan dari pendudukan Armenia dan 90 persen pasukan Armenia telah pergi dari kawasan itu.

Sementara itu, warga yang mengungsi akan kembali ke Azerbaijan. “Kami akan kembali ke semua terapis pengorbanan hingga meninjau wilayah Nagorno-Karabakh, rumah dari Azerbaijan,” ujarnya.

Dubes juga menjelaskan bagaimana peran Rusia dan Turki dalam menjaga perdamaian di Azerbaijan. Sebelumnya, Rusia dan Turki mendirikan pusat kendali bersama di Nagorno-Karabakh.

“Kami berharap kehadiran pihak Rusia dan Turki dengan aktivitas mereka di pusat kendali bersama akan memberikan kontribusi positif bagi perdamaian dan keamanan di kawasan,” ujarnya.

Peristiwa Genosida
Hingga saat ini peristiwa genosida atau pembantaian terhadap warga sipil masih diingat oleh warga Azerbaijan.

Konflik ini pecah pada, 25-26 Februari 1992 saat pasukan Armenia yang dibantu oleh pasukan Rezim ke-366 Uni Soviet menghantam distrik Khojaly, menewaskan 613 warga sipil Azerbaijan, termasuk 106 perempuan dan 63 anak-anak dan 487 korban lainnya yang mengalami luka kritis, dan 1.275 orang mengungsi.

Begitu penyerangan dimulai, sekitar 2.500 penduduk yang tersisa mencoba pergi dengan harapan mencapai daerah terdekat di bawah kendali Azerbaijan. Namun, harapan mereka sia-sia. Orang-orang yang melarikan diri disergap dan dibunuh oleh tembakan dari pos militer Armenia. Hanya sedikit yang berhasil mencapai kota Aghdam, yang dikendalikan oleh Azerbaijan.

“Tidak diragukan lagi, apa yang terjadi di Khojaly adalah pembantaian terbesar dari konflik tersebut,” ujar Dubes Mirzayev.

Mirzayev juga menyebut, aksi penyerangan itu telah merenggut nyawa 613 orang, termasuk 106 wanita, 63 anak-anak dan 70 lansia. 1275 disandera, sementara nasib 150 orang lainnya masih belum diketahui.

“Dari mereka yang tewas, 56 orang dibunuh dengan kekejaman khusus: mereka dibakar hidup-hidup, dipenggal atau dicungkil matanya, sementara wanita hamil disayat di perut,” ujar Mirzayev.

Mirzayev menambahkan, peristiwa Khojaly bukanlah kasus yang terisolasi. Faktanya, pembantaian massal di permukiman Azerbaijan lainnya yang dilakukan oleh Armenia sebelum pembantaian ini, harus dianggap sebagai operasi yang dirancang untuk membuka jalan untuk mengepung Khojaly.

“Armenia melakukan pembersihan etnis di wilayah Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik yang berdekatan. Mengusir sekitar satu juta orang Azerbaijan dari tanah air mereka dan melakukan kejahatan internasional serius lainnya,” pungkas Dubes Mirzayev. (rob)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
28 March 2024 - 12:19
Libur Paskah 29 Maret, Dishub DKI Ganjil Genap Ditiadakan

WARTAPENANEWS.COM - Dinas Perhubungan [Dishub] DKI Jakarta meniadakan aturan ganjil genap saat libur Paskah pada Jumat, 29 Maret 2024. Hal ini disampaikan Dishub DKI melalui akun X yang dilihat  pada

01
|
28 March 2024 - 11:18
Massa Demo di Patung Kuda, Tuntut Prabowo-Gibran Didiskualifikasi

WARTAPENANEWS.COM - Sekelompok massa menggelar aksi unjuk rasa di Patung Kuda, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2024). Mereka menuntut hakim Mahkamah Konstitusi (MK) mendiskualifikasi pasangan calon (paslon) capres-cawapres 02, Prabowo Subianto-Gibran

02
|
28 March 2024 - 10:12
Lebaran 2024, Jumlah Pemudik Pesawat Diprediksi 7,9 Juta Orang

WARTAPENANEWS.COM -  PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney memprediksi peningkatan jumlah penumpang pesawat pada Angkutan Mudik Lebaran 2024. Diperkirakan mencapai 7,9 juta orang. Angka itu akumulasi dari penumpang yang

03