WartaPenaNews, Jakarta – Dalam 3 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Jakarta memiliki trend yang sangat positif dimana Tahun 2016 sebesar 5,85 persen,memasuki tahun 2017 naik sebesar 6,22 Persen dan tahun 2018 walaupun ada penurunan akan tetapi masih berada diangka 6,17persen ini berarti bahwa kinerja ekonomi Jakarta mengalami produktivitas yang positif.
Untuk tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Jakarta walaupun mengalami sedikit penurunan dipastikan tetap bercokol diangka 6 persen dengan melihat pertumbuhan ekonomi triwulan I sebesar 6,23 persen, kemudian riwulan II sebesar 5,72 persen dan triwulan III sebesar 6,07persen, sedangkan triwulan IV dengan naiknya konsumsi rumah tangga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan sebesar 6.00persen. Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang yang trendnya tidak sesuai harapan.
Tahun 2016 sebesar 5,02 persen,tahun 2017 sebesar 5,07 persen,berlanjut tahun 2018 sebesar 5,17 persen dan tahun 2019 pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan sebesar 5,1persen dengan melihat pertumbuhan ekonomi triwulan I sebesar 5,07 persen,triwulan II sebesar 5,05 persen dan triwulan III sebesar 5,02 sedangkan triwulan IV diperkirakan diangka 5,1persen. Trend kinerja ekonomi Jakarta yang positif ini dipengaruhi oleh kemampuan pemprov DKI Jakarta mengelola harga pokok pangan yang stabil untuk menjaga konsumi rumah tangga atau daya beli masyarakat yang terjaga sehingga tingkat inflasi juga selalu terkendali.Berbagai program bantuan yang diberikan pemerintah kepada berbagai kalangan masyarakat melalui Kartu Jakarta Sehat,Kartu Jakarta Pintar,Kartu Pekerja,Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul dan lain lain dipastikan tepat sasaran yang mendorong daya beli masyarakat tetap stabil.
Disisi lain kepercayaan investor menanamkan modalnya di DKI Jakarta juga sangat tinggi dan ini bisa dilihat dari pencapaian target investasi triwulan III/2019 yang menembus angka 41,1 triliun sebagai indicator bahwa Jakarta masih memiliki daya tarik bagi investor ditengah sentiment perpindahan ibukota.Tentu hal ini juga tidak luput dari pelayanan perizinan yang semakin terukur dan memiliki kepastian dan iklim usaha yang kondusif. Diakui bahwa beberapa sector yang mengalami kelesuan atau tekanan sepanjang tahun 2019 adalah sector Ritel dan Property. Usaha ritel tertekan akibat maraknya bisnis online dan adanya pengiritan belanja masyarakat.
Sedangkan sektor property disamping karena sentiment perpindahan ibukota juga masyarakat kelas menengah yang cenderung menahan uangnya untuk berinvestasi ditengah gejolak ekonomi global dan nasional yang tidak stabil. Namun demikian untuk di Jakarta kondisi kedua sector ini masih belum berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta,namun tidak tertutup kemungkinan tahun depan dapat mempengaruhi. Untuk tahun 2020 kita berharap agar kinerja ekonomi Jakarta tetap terjaga dan kondusif dengan harapan bahwa prestasi yang diraih dalam 3 tahun terakhir mampu tetap dipertahankan. Beberapa indicator yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar konsumsi rumah tangga tetap terjaga,target investasi diharapkan mencapai target dengan penyempurnaan pelayanan perizinan serta kebijakan yang semakin menarik dan yang paling penting juga adalah penyerapan anggaran pemerintah yang tepat waktu sepanjang tahun. Karena dengan belanja pemerintah yang tepat waktu akan mampu mendongkrak pertumbuhan sector sector bisnis yang lain sehingga geliat ekonomi semakin bergairah.
Kemudian tahun depan akan dilaksanakan Pilkada serentak yang diharapkan juga dapat menggairahkan perdagangan di DKI Jakarta melalui UKM yang memproduksi berbagai atribut kampanye, karena para pasangan calon kepala daerah masih banyak yang berbelanja berbagai atribut kampanye dari Jakarta karena factor kualitas,desain dan harga yang lebih baik. Kemudian sebagai tuan rumah balap mobil Formula E yang akan dilaksanakan 5 tahun berturut turut akan sangat berdampak pada peningkatan kinerja perekonomian Jakarta dari sisi pariwisata. Kesempatan ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pemerintah dan pelaku usaha karena Jakarta akan menjadi sorotan dunia dan tentu jumlah turis sebagai penonton Formula E tersebut akan datang dari berbagai Negara. DPD HIPPI juga berharap agar Pemerintah DKI Jakarta menjadi pelopor untuk melaksanakan apa yang saat ini dilakukan pemerintah pusat yaitu program Omnibus Law ditingkat Provinsi DKI Jakarta.
Dimana Perda Perda yang selama ini tumpang tindih dan menghambat dunia usaha dapat direvisi segera menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada dan ini dapat mengacu kepada UU yang masuk dalam program Omnibus Law yang ada ditingkat nasional. Sehingga ini akan lebih menggairahkan iklim usaha dan berbisnis di DKI Jakarta. Juga sumber sumber PAD yang belum digali semaksimal mungkin untuk tahun 2020 agar dapat mulai misalnya pajak Reklame yang berpotensi menyumbang PAD 1 triliun kami melihat masih belum maksimal. Pergub Reklame sampai saat ini belum direvisi sehingga pelaku usaha dibidangg Reklame Media Luar Giya mengalami ketidak pastian disisi lain banyak reklame yang tumbuh tanpa izin dan tidak membayar pajak. Dengan kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta pak Anies Baswedan yang mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mendapat pengakuan melalui berbagai penghargaan diharapkan pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun 2020 akan tetap terjaga diangka 6persen dengan dukungan dan kerjasama dari berbagai stake holder.
Walaupun pertumbuhan ekononomi global mengalami penurunan yang berdampak juga terhadap perekonomian nasional akan tetapi pertumbuhan ekonomi Jakarta akan tetap tumbuh positif minimal bertahan. (cim)