WartaPenaNews, Jakarta – Pertamina kini sudah bisa bernapas lega dalam pengelolaan Blok Rokan. Pasalnya, PT PLN (Persero) sudah memastikan mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 300 Mega Watt (MW) yang dikelola PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN). Dengan demikian, pasokan listrik ke Blok Rokan setelah diambil alih Pertamina tetap bisa berjalan lancar nantinya.
Sebagaimana diketahui, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) akan melakukan alih tata kelola migas Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero) terhitung mulai 9 Agustus 2021 mendatang.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Jaffee A. Suardin mengapresiasi proses kesepakatan yang terjadi antara Chevron Standard Limited dengan PLN terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan listrik untuk Wilayah Kerja Rokan,
Hal itu menyusul telah ditandatangani Share Sale and Purchase Agreement (SPA) atau Perjanjian Jual Beli Saham antara PT PLN (Persero) dengan Chevron Standard Limited (CSL), unit usaha Chevron, pemilik saham mayoritas MCTN, Selasa, (6/7/2021).
Menurutnya, komitmen ini akan memperkuat posisi Pertamina, dalam hal ini melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), untuk memastikan keberlangsungan produksi WK Rokan di mana Blok Rokan bakal berkontribusi signifikan bagi produksi migas nasional.
“Kehadiran PLN untuk kelistrikan WK Rokan merupakan bentuk sinergi BUMN yang baik, dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi usaha, khususnya terkait biaya listrik dan uap yang dapat lebih ekonomis dan efisien, sehingga mampu mendukung pengembangan sumur-sumur minyak PHR dengan skala keekonomian yang lebih baik,” tuturnya, seperti dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Selasa (06/07/2021).
Lebih lanjut dia mengatakan, PLN memiliki kompetensi dalam memberikan keandalan pasokan listrik dan uap secara berkelanjutan, dan tanpa kendala, termasuk menjaga keandalan dan performa penyediaan listrik dan uap jangka panjang.
“Saya juga menyampaikan terima kasih atas dukungan Menteri BUMN, Menteri ESDM dan juga SKK Migas yang mengawal dan memastikan proses alih kelola WK Rokan ini dapat berjalan lancar, untuk ketahanan energi migas nasional ke depan,” ujarnya.
Dia mengatakan, kebutuhan listrik dan uap WK Rokan sebesar 400 Mega Watt (MW) dan 335 ribu barel steam per hari (MBSPD). Sebagian besar kebutuhan tersebut dipasok dari pembangkit MCTN sebesar 270 MW dan 265 MBSPD, dan sisa kebutuhan tersebut dipenuhi dari pembangkit internal WK Rokan.
Demi mempertahankan dan meningkatkan produksi migas, PHR merencanakan pengeboran 141 sumur pengembangan pada 2021. PHR juga mempersiapkan lebih dari 270 sumur di tahun 2022. Ini adalah WK migas dengan investasi jumlah sumur terbanyak.
“Terkait pengeboran sumur, kami juga siapkan tambahan delapan rig pemboran melalui pengadaan baru, sehingga secara total tersedia 16 rig pemboran, serta 29 rig untuk kegiatan workover & well service yang merupakan mirroring dari kontrak sebelumnya,” paparnya.
Untuk proses mirroring seluruh kontrak existing sudah mencapai lebih dari 98 persen dari 290 kontrak. Selain mirroring, juga dilakukan pengadaan baru dan kontrak melalui program Local Business Development (LBD) yang saat ini masih berproses.
Dan proses alih pekerja, sebagai aset terpenting juga berjalan baik, tercatat 98,7 persen telah melengkapi dan mengembalikan aplikasi termasuk perjanjian kerja sesuai waktu yg ditentukan.
Jaffee menyebut, PHR telah melakukan koordinasi erat dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan, asosiasi, lembaga adat, pengusaha lokal dan nasional untuk memperlancar proses perizinan dan operasional ke depan.
“Kami harapkan pada 9 Agustus 2021 dengan dukungan semua pihak, transisi bisa berlangsung lancar dan aman sehingga PHR bisa langsung berproduksi mengejar target produksi migas yang ditetapkan pemerintah,” tegasnya. (rob)