21 April 2025 - 20:07 20:07
Search

Rawat Alam dan Lingkungan, Kejati Sulsel Inisiasi Penanaman Bibit Produktif

IPOL.ID – Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Selatan kembali menunjukkan kepada masyarakat bahwa Korps Adhyaksa tidak semata-mata melulu berjibaku dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pada penegakan hukum semata, tapi juga punya kecintaan pada pelestarian lingkungan dan alam tumbuh2an dan tanaman yang menopang simbiosis mutualisme.

Adagium itu ditunjukkan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Selatan, Leonard Eben Ezer Simanjuntak, yang menginisiasi menanam 12.500 bibit buah-buahan produktif secara serentak pada 63 titik lokasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel).

Gerakan tanam bibit buah-buahan produktif ini mengambil lokasi di Desa Toddopulia, Kecamatan Tanralilli, Kabupaten Maros.

“Kegiatan ini sekaligus dalam rangka menyambut Hari Bhakti Adhyaksa (HBA) ke -63 pada 22 Juli tahun 2023 dan Hari Ulang Tahun (HUT) IAD ke XXIII pada 21 Juli 2023,” ujar Leo seperti dikutip, Jumat (14/7).

Dalam sambutannya, Leo menyampaikan, Kegiatan Gerakan Penanaman Bibit Produktif memiliki makna yang sangat penting dan strategis bagi semua orang, utamanya dalam membangun komitmen bersama untuk menyelamatkan lingkungan dari berbagai permasalahan yang timbul sebagai akibat dari berbagai aktifitas pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Leo mengatakan, kondisi lingkungan yang saat ini dalam keadaan tidak sehat.Bencana-bencana hidrometerologi frekwensi dan sebarannya yang semakin meluas, seperti halnya kejadian bencana banjir dan tanah longsor di Bali, yang mengakibatkan 156 rumah terendam, 7 jembatan dan jalan terputus dan 1 orang korban jiwa.

Banyak lagi kejadian bencana yang melanda wilayah kita, termasuk kejadian banjir di kota Makassar, Pangkep Pare-Pare dan beberapa Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan yang terjadi pada akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023.

“Bencana-bencana tersebut sebagai dampak dari perubahan iklim yang mana dipicu oleh faktor internal berupa el-nino dan faktor eksternal yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dalam bentuk perubahan komposisi udara dan perubahan penggunaan lahan,” terang Leo.

Dia melanjutkan, perubahan alam eksternal berupa aktivitas manusia telah menyebabkan efek gas rumah kaca.

Seperti halnya yang dirasakan saat ini, kenaikan suhu bumi, musim kemarau yang berkepanjangan, pola curah hujan yang tidak teratur dan ekstrim yang akhirnya berdampak pada sektor pangan, kesehatan, dan lainnya.(Yudha Krastawan)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait