WartaPenaNews, Banten – PPKM Darurat yang berjalan sudah berjalan hampir satu bulan, membuat pengelola ‘Caffe Gue’ di Kota Cilegon, Banten, merugi puluhan juta. Mereka harus membuang bahan baku masakan yang sudah membusuk, karena tidak digunakan untuk memasak.
Saat di datang, ‘Caffe Gue’ tampak berdebu dan sampah berserakan di terasnya. Hanya ada manajer dan dua orang pegawainya yang sedang duduk santai. Rizki Irawan, manajer ‘Caffe Gue’ mengaku sosialisasi PPKM Darurat terlalu mendadak, sehingga dia tak ada persiapan.
Seingat dia, ada 50 kilogram daging untuk steak busuk dan 30 dus susu murni yang tak bisa dipakai, sehingga harus dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan.
“Kita tutup, pemasukan enggak ada. Kebetulan sosialisasinya juga enggak dari jauh-jauh hari, kita udah keburu belanja bahan baku daging, sayur, susu murni, terus buah-buahan, ya basi semua, dibuang. Ada sebagian susu saya kasihin ke orang yang ngebutuhin, pemulung, tukang becak saya kasih,” kata Rizki Irawan, Jumat, 3o Juli 2021.
Rizki mengaku pada 2 Juli 2021, saat itu kafe nya buka. Saat malam, dia didatangi petugas dan diberi tahu mulai tanggal 3 Juli 2021 diberlakukan PPKM Darurat. Nahas baginya, peraturan itu berlanjut hingga 2 Agustus 2021 atau satu bulan penuh Rizki tidak bisa mencari nafkah.
Lamanya pemberlakuan PPKM Darurat, dia pun mengikat plastik putih ke gagang sapu. Sebagai simbol menyerahnya pelaku usaha kafe yang tidak beroperasi dan mendapat pemasukan, selama PPKM Darurat diberlakukan.
Meski tutup, namun Rizki enggan memecat pegawainya. Dia tetap menggaji 15 karyawannya, mulai dari OB hingga chef. Alasannya sederhana, ingin memanusiakan manusia.
“Kami menyerah, plastik itu karena memang, boro-boro mau beli bendera, kita pemasukan aja enggak ada, sedangkan sewa gedung sudah dibayar, modal defisit, belum lagi kita juga harus memperhatikan karyawan, token listrik udah diisi, tutup satu bulan ini aja kerugian puluhan juta,” terangnya.
Rizki mengaku, hanya relaksasi pajak yang diberikan oleh Pemkot Cilegon. Sedangkan solusi lainnya belum didapatkan.
Pria bertubuh tambun ini berharap ada solusi dari pemerintah pusat maupun daerah, agar pengusaha kecil dan kafe tidak sampai gulung tikar selama pandemi COVID-19. Selain harus menjaga kesehatan, dapur pegawai mereka juga harus tetap ngebul agar perut tak lapar dan listrik tak padam.
“Harapannya, bisa ada sinergitas dengan kami yang buka mulai sore sampai malam. Bisa memberikan kami edukasi, solusi cara-cara berjualan yang lain dengan metode yang kami ketahui. Kalau harus jualan online, gimana caranya,” ujarnya. (mus)