WartaPenaNews, Jakarta – Aksi 22 Mei 2019 atau aksi massa memprotes keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuat nilai rupiah terus tertekan.
Melansir Bloomberg, Rabu (22/5), rupiah dibuka diangka 14.488 per dolar AS, melemah jika dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di angka 14.480 per dolar AS.
Hingga sore rupiah bergerak di kisaran 14.499 per dolar AS hingga 14.512 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah sebesar 0,85 poersen.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira memperkirakan rupiah akan bergerak melemah selama kondisi keamanan belum kondusif.
“Masih akan lanjutkan pelemahan prediksinya, hingga situasi keamanan membaik,†kata Bhima, Rabu (22/5).
Bhima memperkirakan rupiah terus bergerak melemah di kisaran 14.500 per dolar AS-14.500 per Dolar AS.
“Selama sebulan pasca pencoblosan Pemilu 2019 memang rupiah cenderung melemah. Rupiah terdepresiasi 0.45 persen sepekan terakhir,†ucap Bhima.
Menurut Bhima, kondisi rupiah yang cenderung melemah lantaran investor menahan uangnya diputar di Indonesia.
“Faktor stabilitas politik dan keamanan yg memburuk membuat investor menahan masuk ke pasar modal maupun surat utang,†ujar Bhima.
“Nett sells asing di pasar saham mencapai Rp2 triliun sepekan terakhir. Untuk hari ini nett sells asing di pasar reguler bisa mencapai Rp106-108 miliar,†tambah Bhima.
Ekonom Indef lainnya, Nailul Huda mengatakan, aksi massa yang berujung kisruh menjadi pertimbangan investor, sehingga dana dialihkan ke negara lain.
“Aksi massa pada dua hari terakhir ini ternyata menjadi pertimbangan serius investor. Akibatnya banyak dana keluar dari Indonesia sejak kemaren buntut adanya aksi massa yang berujung pada kerusuhan semalam,†ujar Huda.
Lanjut Huda, hal itu yang memicu rupiah terus tertekan melemah. Huda memperkirakan, rupiah akan membaik pada empat hari ke depan, dengan catatan jika kondisi keamanan semakin membaik.
“(Pelemahan rupiah) Kondisi ini akan berakhir seiring dengan kondusifnya situasi politik dalam negeri. Mungkin akan sampai tanggal 24 atau 25 Mei rupiah berhenti tertekan,†ucap Huda.
Sementara Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan lama di zona hijau. Pada awal sesi perdagangan, laju IHSG bergerak di zona merah.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Rabu (22/5) IHSG melemah tipis 2,98 poin atau 0,05 persen ke posisi 5.948,38.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pergerakan IHSG hanya dipengaruhi sentimen eksternal. Sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berpotensi pengaruhi pelemahan IHSG.
“Stabilitas fundamental makro ekonomi masih terpelihara dengan efektif,†pungkas Nafa. (*/dbs)