20 April 2025 - 22:21 22:21
Search

Rusia Dicurigai Kembangkan Senjata Siber Serang IoT

WartaPenaNews, Jakarta – Forbes memberitakan sekelompok peretas Rusia berhasil mengambil dokumen terkait Program Fronton dari FSB, Lembaga Intelijen Rusia yang juga bergerak di
wilayah siber. Rencana program fronton itu diyakini sebagai usaha Rusia
mengembangkan senjata siber yang menyerang perangkat internet of things
(IoT).

Dalam keterangannya Senin (23/3), pakar keamanan siber Pratama Persadha
menjelaskan IoT diincar karena memang memiliki keamanan yang tidak
sekuat pusat data maupun sistem komputer lainnya. Jadi IoT bisa
dijadikan pintu masuk untuk membuat chaos di wilayah siber.

“Internet of Things memang banyak menjadi target serangan. Salah satunya
memanfaatkan default password perangkat yang bisa dieksploitasi oleh
para peretas. Selain itu IoT memang sedang naik daun. Xiaomi misalnya
menciptakan ekosistem IoT dengan harga terjangkau bagi para
penggemarnya,” terang chairman Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC
(Communication & Information System Security Research Center) ini.

Pratama menambahkan dalam era siber ini, negara-negara memang bersaing
mengembangkan senjata siber. Negara-negara menggunakannya sebagai alat
tekan diplomasi bagi negara lain. Dalam kasus Nopetya dan Wannacry,
negara di eropa timur yang menjadi korban. Banyak pihak menjelaskan
bahwa itu sebagian senjata siber yang dikembangkan CIA dan NSA.

Baca Juga: Arema Perpanjang Libur Hingga Akhir Maret

Akun twitter peretas @D1G1R3V membocorkan sejumlah data usaha Kremlin
untuk mengumpulkan data lewat Program Fronton. Tujuan utamanya bukan
membuat pemilik device IoT tidak bisa memakai perangkatnya, namun
mengirimkan botnet yang kemudian bisa menghimpun jutaan IoT untuk
menyerang target tertentu, misalnya infrastruktur siber atau situs milik
negara tertentu.

“Botnet bisa menghimpun kekuatan untuk menyerang bersama-sama. Pada
tahun 2013, Indonesia dinobatkan sebagai sumber serangan siber terbanyak
kedua di dunia. Artinya bukan di Indonesia banyak peretas, namun banyak
perangkat komputer Indonesia yang disusupi malware dan botnet lalu
menyerang sistem di negara lain, jadi komputer kita menjadi seperti
zombie dikendalikan oleh orang lain,” terang pria asal Cepu Jawa Tengah
ini.

Kasus botnet IoT yang cukup mencuri perhatian terjadi pada 2016. Sekitar
600 ribu perangkat dibuat tidak bisa mengakses beberapa layanan seperti
Twitter, Amazon, AirBNB, aypal, Netflix, Reddit dan HBO, semuanya
perangkat dengan basis di AS.

“Yang bisa dilakukan Indonesia edukasi dan menambah kewaspadaan. Khusus
IoT memang di Indonesia belum banyak. Namun beberapa daerah sudah
mencanangkan smart city yang pastinya akan melibatkan sistem dan
perangkat Internet of Things. Artinya kewaspadaan harus ditingkatkan,”
jelasnya.

Pratama menambahkan dalam situasi krisis corona seperti saat ini, ada
usaha dari orang tidak bertanggungjawab untuk mengirimkan sejumlah
malware lewat pesan instan maupun email berisi link dan file info
corona.

“Waspadai pengiriman file dan link mencurigakan dengan judul obat maupun
tips menghindari corona. Email dari pihak yang tidak jelas beresiko
perangkat kita disusupi malware. Sejak awal 2020 modus ini sudah banyak
terjadi di jepang dan kini menyebar di seluruh dunia,” jelas Pratama. (cim)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait