wartapenanews.com – Usai menyepakati gencatan senjata, Rusia mengumumkan akan berhenti mengebom dua wilayah Ukraina pada Sabtu (5/3/2022) agar warga sipil dapat dievakuasi.
Pernyataan Rusia dibantah oleh Pemerintah Ukraina. Wali Kota Mariupol, Serhiy Orlov, mengungkap Kremlin terus menggencarkan pengeboman meski evakuasi tengah berlangsung. Akibatnya, para penduduk bahkan tak dapat melarikan diri.
“Rusia terus mengebom kami dan menggunakan artileri. Ini gila,†ucap Orlov kepada BBC.
“Tidak ada gencatan senjata di Mariupol dan tidak ada gencatan senjata di sepanjang rute. Warga sipil kami siap untuk melarikan diri tetapi mereka tidak dapat melarikan diri di bawah tembakan,†sambung Orlov.
Rencana evakuasi bermaksud menyelamatkan sekitar 7.000 hingga 9.000 orang dari Mariupol. Kesepakatan itu diraih melalui negosiasi sepanjang malam oleh kedua pihak.
Ukraina berharap langkah serupa dapat diambil di wilayah lain. Tetapi, Mariupol pun tidak dapat menjamin evakuasi warga akan rampung dengan aman.
Dewan kota Mariupol menyiapkan 50 bus untuk evakuasi. Kini, sekitar 6.000 orang diperkirakan dapat diangkut dalam bus tersebut belum tentu dapat melakukan perjalanan.
Babak pertama evakuasi tersebut mengangkut penduduk dari tiga lokasi di kota mulai pukul 11 pagi waktu setempat. Rute evakuasi mengikuti jalur Mariupol – Nikolske – Rozivka – Polohy – Orikhiv – Zaporizhzhia.
Wakil PM Ukraina, Iryna Vereshchuk, telah memperingatkan hal itu sebelumnya. Vereshchuk mengatakan, Kremlin menggunakan gencatan senjata untuk menduduki daerah-daerah di sepanjang rute evakuasi.
Vereshchuk lantas menuduh Rusia tidak menyepakati gencatan senjata.
“Kami menggunakan saluran ini untuk mengevakuasi warga sipil – wanita dan anak-anak – serta untuk mengirimkan kargo kemanusiaan kepada mereka yang tersisa. Seluruh dunia menyaksikan,†tegas Vereshchuk, sebagaimana dikutip dari BBC.
Otoritas setempat kini berupaya kembali bergenosiasi dengan pihak Rusia.
“Kami sedang bernegosiasi dengan pihak Rusia untuk mengkonfirmasi gencatan senjata di sepanjang rute evakuasi,†tulis dewan kota Mariupol dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters.
Selain menyelamatkan Mariupol, gencatan senjata diharapkan dapat menyelamatkan sekitar 15 ribu orang dari Volnovakha.
Hingga 90 persen dari kota itu disebut-sebut telah hancur lebur. Sehingga, para penduduk bahkan berlindung di reruntuhan bangunan. Mereka tidak memiliki pasokan air, listrik, maupun bahan makanan.
“Kami mendengar dari teman saya yang tinggal di sana bahwa ada begitu banyak orang di bawah bangunan yang hancur,†ungkap salah seorang sukarelawan yang mengumpulkan informasi, Denys Tsutsayev, seperti dikutip dari CNN. (mus)