22 April 2025 - 10:03 10:03
Search

Sinarmas Land Gandeng Sumitomo, Kumagai Gumi, dan Harjohn Timber dengan Investasi US$150 Juta

WartaPenaNews, Jakarta – Sinarmas Land Ltd, induk usaha PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) dengan Sumitomo Forestry, Kumagai Gumi, dan Harjohn Timber dalam mengembangkan proyek residensial dan komersial di Jakarta. Nilai investasi awal proyek tersebut sekitar US$ 150 juta.

Executive Director and Chief Financial Officer Sinarmas Land Ferdinand Sadeli mengatakan, proyek baru residensial dan kawasan komersial serba guna ini akan berlokasi di area Kuningan, Jakarta Selatan.

Proyek tersebut bakal terdiri atas 900 unit apartemen yang dilengkapi fasilitas kelas satu. “Investasi awal oleh seluruh mitra sekitar US$ 150 juta. Rencananya proyek ini akan memulai penjualan pada awal 2021,” jelas dia dalam keterangan resmi, Selasa (25/2/2020).

Manajemen Sinarmas Land menilai kawasan sekitar Kuningan, Jakarta akan diuntungkan dengan jalur kereta api ringan (light rail transit/LRT) yang melintasi jalan Rasuna Said. Dengan demikian, proyek baru Sinarmas Land ini juga diuntungkan dengan akses transportasi tersebut.

LRT diperkirakan mulai beroperasi pada 2021. Adapun terdapat sejumlah struktur kemitraan pada perusahaan pengembang proyek ini. Sesuai rencana, Sumitomo Forestry Kumagai Gumi Property Asia Pte Ltd (SFKG) akan terlibat dalam proyek dengan cara investasi langsung pada perusahaan patungan, PT Kusuma Sentral Kencana (KSK).

Baca Juga: Soal Revitalisasi Monas, Ombudsman Akan Panggil Pemprov DKI

Tak sampai di situ, SFKG juga akan mengakuisisi saham KSK dari para pemegang saham lamanya. Saat ini pemegang saham KSK terdiri PT Harjohn Timber sebanyak 45% dan PT Inter Sarana Prabawa sebanyak 55%. Adapun, Inter Sarana merupakan anak usaha langsung dari Sinarmas Land. Setelah transaksi, SFKG akan mengendalikan 49% saham KSK, sedangkan kepemilikan saham Harjohn Timber dan Inter Sarana dalam KSK masing-masing menjadi 22,95% dan 28,05%. Menurut Ferdinand, para mitra perseroan ini akan membawa desain dan pengalamannya pada proyek di Jakarta. Ketiga mitra strategis tersebut ingin menyediakan ruang hidup dan kerja yang modern dan berkualitas tinggi.

Seperti diketahui, Sinarmas Land dan Harjohn Timber berpengalaman dalam pengembangan properti. “Sementara Kumagai Gumi menguasai keahlian manajemen konstruksi, dan Sumitomo Forestry punya pengetahuan soal bahan bangunan,” jelas dia. Hingga saat ini,

Sinarmas Land dikenal atas operasionalnya di sejumlah negara seperti Malaysia, Tiongkok, Australia, dan Inggris. Sementara di Indonesia, perseroan memiliki tiga anak usaha yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Duta Pertiwi Tbk dan PT Puredelta Lestari Tbk (DMAS). Kapitalisasi pasar ketiga emiten tersebut jika digabung mencapai lebih dari US$ 6,1 miliar. Kinerja BSD Tahun lalu, BSD selaku anak usaha Sinarmas Land membukukan marketing sales senilai Rp 6,5 triliun. Perolehan ini melampaui target yang ditetapkan pada awal tahun sebesar Rp 6,2 triliun. Segmen residensial perseroan berkontribusi sebesar Rp 3 triliun dan komersial Rp 3,5 triliun terhadap total marketing sales.

Sementara itu, penjualan perumahan meningkat sebesar 2% secara tahunan, sedangkan dalam hal penjualan unit meningkat dari 1.299 unit menjadi 1.803 unit. Dari sisi proyek, BSD City Serpong masih menjadi kontributor utama marketing sales sebesar 51% dan Nava Park 12%. Sisanya dikontribusi oleh Kota Wisata Cibubur (7%), Southgate Apartemen (7%), The Zora (6%), Taman Banjar Wijaya (4%) dan Grand City Balikpapan (3%). Manajemen BSD optimistis permintaan terhadap properti perlahan-lahan mulai membaik dan kinerja positif dapat berlanjut pada 2020.

Di sisi lain, Puradelta Lestari sebagai pengembangan kawasan industri terpadu Kota Deltamas mampu membukukan marketing sales Rp 2,97 triliun pada 2019. Pencapaian tersebut melampaui target yang semula dipatok Rp 1,25 triliun. Tahun ini, Puradelta menargetkan marketing sales senilai Rp 2 triliun. Manajemen meyakini tren kenaikan permintaan lahan industri sudah terlihat sejak 2019, dan masih berlanjut hingga 2020. Tingginya permintaan lahan industri akan didukung dengan geliat pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh potensi pasar yang besar di Indonesia, serta cepatnya perkembangan infrastruktur pendukung industri khususnya di area timur Jakarta.(azk)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait