wartapenanews.com – Menko Polhukam Mahfud MD turut mengomentari tulisan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko. Dia menilai tulisan Budi tidak bijaksana.
Komentar Mahfud tersebut terkait dengan tulisan Budi yang memuji mahasiswa dan mahasiswi calon penerima Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kemenkeu yang ia uji hanya karena mereka tidak menggunakan kata-kata agamis.
Budi Santosa merupakan salah satu penguji bagi calon penerima beasiswa LPDP tersebut.
Berikut penggalan tulisan Budi Santosa:
“Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: Insyaallah, Barakallah, syiar, qodarullah, dan sebagainya. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang.”
Apa kata Mahfud MD?
“Memuji-muji sebagai mahasiswa/mahasiswi hebat hanya karena mereka tidak memakai kata-kata agamis, ‘Insyaallah, qadarallah, syiar’ sebagaimana ditulis oleh Rektor ITK itu juga tidak bijaksana. Itu adalah kata-kata yang baik bagi orang beriman, sama dengan ucapan Puji Tuhan, Haleluya, Kersaning Allah, dan lain-lain,” kata Mahfud MD di Twitter, Minggu (1/5).
Dalam tulisan di akun Facebook, Rektor ITK itu juga menyinggung soal ada 12 mahasiswi yang ia uji. Dia memuji mereka berpikiran terbuka. Bahkan ia menyinggung mahasiswi ini juga tak suka ikut demo. Kemudian, barulah ia menyebut soal ‘manusia gurun’.
“Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind, mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi,” demikian tulisan Budi.(mus)