WartaPenaNews, Jakarta – Pembelajaran Tatap Muka Terbatas diketahui sejak akhir Agustus sudah mulai dijalankan di beberapa daerah di Indonesia. Untuk itu Pembelajaran Tatap Muka diperlukan beberapa catatan persyaratan mulai dari mengedepankan prinsip kehati-hatian dan mengutamakan kesehatan dan keselamatan guru, siswa, dan semua tenaga kependidikan beserta keluarganya agar tak memunculkan masalah baru.
Kementerian pendidikan kebudayaan riset dan teknologi pun melansir data munculnya sejumlah kluster di berbagai sekolah.
Namun, dengan sejumlah persyaratan, anak-anak diperbolehkan kembali belajar di sekolah meski belum setiap hari. Mereka belajar dua-tiga kali dalam sepekan.
Ahmad Faiz misalnya siswa kelas 2 di sebuah sekolah dasar negeri di Jakarta itu belajar tatap muka hanya sepekan sekali. Sekolah mereka masih melakukan uji coba pembelajaran dengan protokol kesehatan ketat dan jam belajar yang singkat.
“Pertemuannya cuma 1 jam 45 menit dan dibatasi hanya 5-6 anak sekelas setiap kali masuk. Alhamdulillah protokol bagus, jadi enggak waswas,” ujar Nurhasanah, ibu dari Ahmad Faiz pada Jumat, 8 Oktober 2021
Sebelum anak-anaknya masuk sekolah, Nurhasanah mendapat penjalasan tentang protokol kesehatan serta hal-hal teknis yang harus dilakukan anak dan dipahami orang tua. Mereka juga mendapat simulasi dari sekolah.
Di kelas daring, guru pun memberitahukan kepada anak-anak tentang protokol kesehatan. Orang tua boleh mengantar dan menjemput anak tepat waktu. Di gerbang sekolah ada petugas yang mengecek suhu tubuh dan mengawasi siswa mencuci tangan.
“Anak-anak juga diwajibkan berwudhu di rumah untuk shalat dhuha di sekolah. Mereka hanya diperbolehkan membawa minuman, wajib membawa sandal sendiri untuk ke toilet, memakai masker, dan membawa masker cadangan. Tak lupa mereka juga membawa plastik kecil untuk masker bekas, tisu dan hand sanitizer, jadi sudah ada petunjuknya. Orang tua tinggal meneruskan dan mengingatkan anak-anak,” ujar Nurhasanah.
Ia senang melihat anakanya bisa belajar tatap muka. Mereka pun cukup bersemangat masuk sekolah meski waktu belajarnya tak lama.
Psikolog anak Intan Erlita memahami situasi yang dihadapi orang tua yang anaknya kembali belajar secara tatap muka. Situasi covid-19 masih mengkhawatirkan tapi belajar tatap muka juga penting terutama bagi anak-anak yang tidak mempunyai fasilitas penunjang pendidikan yang memadai.
Ia mengatakan belajar tatap muka penting, salah satunya sebagai ruang interaksi sosial anak. Sekolah, kata dia tidak hanya menjadi tempat belajar atau ruang akademis tapi juga ajang bagi anak belajar bersosialisasi dan menyiapkan anak menjawab tantangan atau persoalan hidup.
” Anak belajar untuk mengatasi masalah. Jika di rumah kan hanya bertemu keluarga, sementara di sekolah ada banyak karakter,” ujar Intan melalui pesan WhatsApp.
Sebelum siswa sekolah penting bagi orang tua dan guru membujuk anak-anak. mereka harus berdisiplin memakai dan menerapakan protokol kesehatran, orang tua harus membiasakan protokol kesehatan dan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
“Terutama untuk membiasakan bermasker di rumah karena harus berlangsung selama belajar,”ujarnya.
Dalam situasi saat ini kerja sama orang tua, guru sekolah , dinas pendidikan dan fasilitas kesehatan penting. Perlu ada perangkat aturan dan pelaksanaanya secara ketat di sekolah. tracing oleh fasilitas kesehatan terdekat juga harus diterapkan jika ditemukan kasus positif di lingkunagn sekolah.
Direktur Jenderal PAUD Pendidikan Dasar Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Jumeri, S.TP., M.Si, mengatakan pembelajaran tatap muka diperlukan. Sebab banyak kendala yang dihadapi guru,orang tua dan sekolah dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Contohnya guru kesulitan mengelola PJJ karena berfokus pada penuntasan kurikulum, waktu belajar berkurang dan kesulitan berkomunikasi dengan orang tua. Karena yang bisa PJJ daring terbatas hanya 30 persen dari seluruh siswa kita mengikuti pembelajaran guru dengan daring sedangkan lainnya PJJ mandiri di rumah.
Dari sisi orang tua dan siswa, tidak semuanya mampu mendapingin anak belajar. siswa juga kesulitan konsentrasi belajar karena banyak tugas-tugas yang dianggap berat sehingga tingkat stress meningkat.
Solusi menghindari covid-19 di sekolah
1.Protokol kesehatan
-Memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak
-Memeriksa suhu tubuh anak, guru dan semua orang di lingkungan sekolah
-Mengurangi kapasitas kelas
-Menghindari kontak fisik
-Menghindari penggunaan barang bersama
-Mencegah kerumunan dengan mengatur jam datang dengan pulang
-Tidak ada ekstrakurikuler atau olahraga.
2. Aliran udara
– Membuka jendela atau pintu kelas
– Menggunakan filter HEPA jika tidak memiliki ventilasi alami
– kelas di ruangan terbuka (jika ada)
3. Durasi belajar
-Durasi hari dan jam sekolah tatap muka dibuat pendek.(mus)