4 May 2024 - 16:21 16:21

Stunting dan Obesitas Dua Sisi Buruk Permasalahan Gizi di Indonesia

WartaPenaNews, Jakarta – Bangsa Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi. Masyarakat kelas bawah menghadapi masalah stunting (kekurangan gizi) sedangkan kelas menengah justru mengalami obesitas (gizi berlebihan).

Dampak dari kesejahteraan yang tidak merata, serta minimnya apresiasi terhadap pola makan gizi seimbang. Pola makan yang memperhatikan komposisi jenis makanan, teratur, tidak berlebihan atau malah kekurangan.

Tentunya tidak elok untuk dipertontonkan kepada dunia. Serta menjadi ancaman serius bagi pembangunan Sdm yang berkualitas dan berdaya saing, khususnya untuk menyiapkan generasi emas di tahun 2045 mendatang.

Stunting merupakan kekurangan gizi pada anak dalam waktu lama, yang berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada semua organ, terutama pada otak. Kelak berpengaruh pada kecerdasan, IQ nya rendah, daya tahan tubuhnya buruk.

Secara kasat mata, masyarakat dapat melihat seseorang yang tumbuhnya pendek karena tulangnya tidak berkembang.

Sedangkan obesitas secara kasat mata adalah orang yang bertubuh gemuk karena adanya penumpukan lemak di bagian lengan, dada dan perut.
Tidak sekedar gemuk, juga bila kondisi tubuh mudah dan banyak berkeringat, nyeri sendi dan mudah lelah.

Penyebab utama,
abai pola makan gizi seimbang yaitu pola makan yang memperhatikan komposisi jenis makanan, teratur, tidak berlebihan atau malah kekurangan.

Foto: Istimewa

Orang dengan obesitas
menggemari makan
berlebihan, dengan makanan yang tidak sehat seperti fast food. Konsumsi minuman manis dari produk instan. Jika diabaikan, obesitas akan berdampak pada permasalahan serius seperti penyakit jantung, darah tinggi dan diabetes.

Memperingati Hari Gizi Nasional 2022 “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas,” Unilever Indonesia melalui Royco mengumumkan berbagai inisiatif, serta kolaborasi untuk memperluas dampak program edukasi nutrisi “Royco Nutrimenu” yang terlaksana sejak tahun 2019.

Agar gaungnya kian meluas, Royco meresmikan kolaborasi dengan BKKBN untuk mendukung pencegahan serta penanganan stunting. Program Royco Nutrimenu menargetkan 100 juta piring, berisi makanan lezat bernutrisi yang tersaji di keluarga Indonesia melalui rangkaian kegiatan #KebaikanIsiPiringku.

Ari Astuti, (Tutut) Head of Foods & Beverages PT Unilever Indonesia Tbk. menjelaskan, ‘The Unilever Compass’ pada pilar Meningkatkan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Unilever berkomitmen ‘Future Foods’, untuk menghadirkan produk makanan dan minuman lezat, yang baik bagi masyarakat dan lingkungan.

Sejalan dengan komitmen tersebut, Royco mengedepankan purpose Gerakan Pangan untuk Masa Depan, dengan menginspirasi keluarga Indonesia mengonsumsi hidangan dari bahan makanan dari sumber berkelanjutan,
sesuai pedoman ‘Isi Piringku’ yang merupakan program nasional pemerintah.

Permasalahan triple burden malnutrition yang dihadapi masyarakat Indonesia, hadir aksi dan kolaborasi dari program ‘Royco Nutrimenu’ dengan pesan #KebaikanIsiPiringku. Berbagai aksi dan kolaborasi mengatasi malnutrisi berdampak stunting, yang merupakan program prioritas pemerintah, “ujar Tutut.

Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2021 prevalensi stunting mencapai 24,4%. Kian mengkhawatirkan di masa pandemi, sebanyak 45% rumah tangga dengan anak merasa kesulitan untuk memenuhi makanan bergizi cukup bagi anak-anak mereka.
UNICEF memprediksi jumlah anak stunting di Indonesia dapat meningkat hingga 31,8% masuk dalam kategori “very high”.

Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, mengungkapkan, “Selaku pelaksana percepatan penurunan stunting nasional yang ditunjuk oleh Presiden RI, Joko Widodo, kami mentarget penurunan 14% pada tahun 2024.

Kompleksitas di lapangan, program percepatan penurunan stunting membutuhkan kerja sama seluruh pihak, khususnya pelaku industri pangan. Bersama Unilever Indonesia, hadir kolaborasi pendekatan edukatif keluarga yang memiliki risiko stunting, sehingga kualitas gizi masyarakat dapat meningkat, serta mempercepat penurunan stunting.”

Terkait permasalahan stunting, dr. Diana F. Suganda, Sp.GK, M.Kes, Dokter Spesialis Gizi Klinik berpendapat, “Malnutrisi mengancam. kualitas tumbuh kembang anak, salah satunya disebabkan masih tingginya prevelansi malnutrisi pada ibu hamil.

Animasi dari keseharian keluarga agar pesan mudah sampai dan diterapkan. Foto: Istimewa.

Masa emas pertumbuhan anak terhitung mulai 1.000 hari pertama, sejak dari kandungan hingga usia 2 tahun. Ibu hamil harus teredukasi untuk mencukupi asupan Makronutrien seperti Iodium yang seringkali masih diabaikan. Diduga karena kebutuhan per harinya sangat kecil. Padahal lebih dari sekedar mencegah penyakit gondok, Iodium berperan penting mencegah stunting. “(RP)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
4 May 2024 - 12:14
Mal Rabinza di Lebak Hangus Terbakar

WARTAPENANEWS.COM – Kebakaran hebat terjadi di Mal Rangkasbitung Indah Plaza (Rabinza), Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada Sabtu (4/5/2024) dini hari. Informasi diperoleh, peristiwa itu terjadi pukul 00.25 WIB.

01
|
4 May 2024 - 11:13
Mayat Pria Ditemukan Tanpa Busana di Perumahan Sukabumi

WARTAPENANEWS.COM – Warga di Perumahan Frinanda, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, digegerkan dengan penemuan mayat pria dalam kondisi telanjang. Kejadian tragis tersebut terjadi di rumah blok B1 Nomor 1

02
|
4 May 2024 - 10:06
Exit Tol Jagorawi Arah Puncak Macet, Contraflow Diberlakukan di KM 44

WARTAPENANEWS.COM – Kemacetan terjadi di exit Tol Jagorawi arah Puncak pagi ini, Sabtu (4/5). Ini disebabkan wisatawan yang akan berlibur ke kawasan Puncak pada weekend. Informasi dari Jasa Marga, kemacetan

03