20 April 2025 - 23:23 23:23
Search

Tak Ada Tempat yang Aman, Gaza dan Rafah Terus Dibombardir Israel

WARTAPENANEWS.COM – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan dia tidak akan menyetujui gencatan senjata permanen sebelum Hamas dikalahkan dan sandera yang ditahannya dibebaskan. Dan pada Rabu (5/6/2024), Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan bahwa semua negosiasi dengan Hamas akan dilakukan di bawah tekanan.

Israel pun terus melancarkan kampanye militer di Gaza untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan lintas batas kelompok tersebut di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 251 lainnya disandera.

Setidaknya 36.580 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Awal tahun ini, pasukan IDF melakukan operasi darat terhadap pejuang Hamas di kamp-kamp di Gaza tengah yang berlangsung beberapa minggu.

Pada awal operasinya di Rafah pada tanggal 6 Mei, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerintahkan warga sipil untuk mengungsi ke wilayah kemanusiaan yang diperluas yang membentang dari wilayah pesisir al-Mawasi hingga Deir al-Balah, di mana mereka mengatakan akan menemukan tenda, rumah sakit lapangan dan persediaan.

Namun badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina atau Unrwa memperingatkan pada Senin (3/6/2024) bahwa ruang untuk keluarga pengungsi di Deir al-Balah hampir habis, karena orang-orang terus berdatangan dengan harapan mendapatkan keselamatan padahal sebenarnya tidak ada.

“Kondisi kehidupan sama sekali tidak cocok untuk keluarga dan layanan penting, dan persediaan terbatas,” terangnya, dikutip BBC.

IDF juga mengatakan pada Rabu (5/6/2024) bahwa pasukan melanjutkan operasi yang ditargetkan di Rafah. Ia menambahkan bahwa mereka telah menemukan senjata dan melenyapkan teroris bersenjata, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Warga mengatakan kepada Reuters bahwa tank-tank Israel telah melancarkan serangan ke pusat Rafah dan lebih jauh ke barat sebelum mundur ke wilayah timur dan selatan.

Menurut PBB, selain membuat warga sipil terpaksa mengungsi, operasi Rafah juga mengakibatkan jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza berkurang dua pertiganya.

Mesir telah menutup perbatasan Rafah sejak pasukan Israel menguasai wilayah Gaza hampir sebulan yang lalu dan PBB mengatakan terlalu berbahaya untuk mencapai perbatasan Kerem Shalom dengan Israel.

“Di Gaza, menyalurkan bantuan menjadi hampir mustahil,” kata Kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths kepada wartawan pada Selasa (4/6/2024).

“Kami ingin semua penyeberangan perbatasan dibuka. Kami membutuhkan akses yang aman dan tanpa hambatan. Kita perlu memprioritaskan bantuan kemanusiaan,” lanjutnya.

Dia berbicara setelah sekelompok ahli independen memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa mungkin kelaparan sedang terjadi di Gaza utara. Namun, Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan (FEWS NET) yang didanai AS mengatakan permusuhan dan kendala akses telah menghambat pengumpulan data untuk membuktikan hal tersebut.

Sebuah penilaian yang didukung PBB memperkirakan pada bulan Maret bahwa 1,1 juta orang di seluruh Gaza menghadapi bencana kelaparan dan kelaparan akan segera terjadi di wilayah utara pada bulan Mei. Israel membantah laporan tersebut, dengan mengatakan bahwa laporan tersebut mengandung kelemahan faktual dan metodologis. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait